Dilema Don King: Teknisi atau Manajer ?

Don King adalah penyandang Master Mikrobiologi Industri. Jagoan sistem sterilisasi produk yang telah bergabung selama 6 tahun dengan sebuah industri makanan. Kemampuannya semakin matang setelah bertahun-tahun dipraktekkan di bagian produksi. Ditambah lagi dengan puluhan pelatihan yang difasilitasi oleh perusahaan. Don King adalah operator mesin-mesin produksi yang terjun langsung mengoperasikan reaktor, mempersiapkan bahan baku, menangani proses produksi sampai ke sterilisasi produk akhir. Pendeknya dia telah berhasil menjadikan dirinya teknisi yang sangat kompeten untuk melakukan kegiatan produksi.

Rupanya kehebatan Don King membuat karirnya melesat bak meteor. Jabatan manager dipegangnya hanya setelah 4 tahun bekerja. Jabatan Kepala Divisi diraih 2 tahun kemudian. Sekilas hal itu terlihat sangat baik buat masa depan perusahaan. Namun lain halnya buat bagian produksi tempat Don King mengawali karirnya. Sepeninggal Don King, mesin-mesin vital di bagian tersebut dioperasikan oleh operator yang sekedar tahu cara mengoperasikan alat. Tanpa cukup pengetahuan tentang prinsip-prinsip kerja alat dan prinsip-prinsip sterilisasi produk. Operator yang tak pernah menerima pelatihan-pelatihan seperti yang didapatkan Don King. Tak ada lagi upaya-upaya sistematis untuk inovasi dan efisiensi di bidang teknis.

Kini Don King lebih banyak mengurusi pekerjaan-pekerjaaan managerial, kebijakan dan hubungan dengan relasi. Tak ada lagi alat yang dioperasikan. Tak ada lagi inovasi di teknis produksi. Keyboard komputer dan handphone telah menggantikan tabung-tabung reaksi dan panel reaktor. Kompetensi yang diraihnya lewat pengalaman bertahun-tahun di lapangan ditambah dengan puluhan pelatihan di dalam dan di luar negeri tak lagi dipraktekkan.

Don King ibarat seorang dokter umum yang mengambil spesialis bedah jantung, namun setelah lulus justru diangkat menjadi manager yang mengurusi kebijakan dan administrasi rumah sakit. Tanpa punya kesempatan memasuki kamar bedah lagi, sementara di kamar bedah ada puluhan pasien jantung yang membutuhkan ahli bedah yang terbaik.

Ketrampilan tingkat tinggi yang tak lagi dipaktekkan----justru karena perusahaan berusaha memberi penghargaan pada orang-orang berprestasi. Pekerjaan-pekerjaan garis depan yang menjadi jantung perusahaan dianggap kurang penting dibanding pekerjaan managerial, dan dipandang tak perlu dipegang oleh orang-orang yang terbaik. Mungkinkah menghargai orang-orang seperti Don King tanpa mencabutnya dari dunia operasional? Haruskah orang-orang terbaik keluar dari dunia teknis dan menjadi manager? Bisakah perusahaan membuat jalur karir teknis disamping jalur karir manager struktural ? Rangkaian pertanyaan yang merupakan pekerjaan rumah buat para direksi perusahaan tersebut
.(nl. house of spirit)

Puisi Pengobar Semangat dan Keberanian: SERIBU TAHUN LAGIngati Diri

Seribu tahun lagi
Seberapa besar sesalmu atas
rasa malu yang halangi keinginanmu,
keraguan yang biarkan kesempatan berlalu dan
ketakutan yang usir kemenangan di pelupuk mata

Seribu tahun lagi
Mungkin sisa-sisa tulangmu akan meratapi
nyamuk-nyamuk kecil yang
kau anggap singa raja rimba yang
siap mencabik-cabik dirimu

Seribu tahun lagi
Apalah artinya ejekan, cacian
hinaan, penolakan, ataupun

ditertawakan?
Pantaskah mereka menyurutkan
langkahmu?

Dengarlah sayangku!
Telan ego rapuhmu itu,
jangan biarkan waktu berlalu,
berteriaklah pada dunia :
Kurebut hari ini!

(puisi untuk menyemangati diri,
inspired by film Dead Poets Society
)

Jurus Matematika Kariage

Awalnya Kariage menyediakan sebuah kaleng pocari sweat, sebutir kelereng dan sebuah penggaris. Para calon teknisi diminta menghitung berapa jumlah kelereng yang bisa dimasukkan ke dalam kaleng. Sebenarnya teknik yang dibutuhkan sangat sederhana. Yaitu menggambar alas kaleng beserta informasi diameternya, mengukur tinggi kaleng, kemudian diameter kelereng diplotkan ke gambar tersebut. Dengan cara itu dapat diketahui jumlah kelereng yang dapat dimasukkan ke dalam kaleng. Ujian ini dengan jelas akan menunjukkan kemampuan problem solving mereka dan hanya memerlukan sedikit pengetahuan tentang matematika dasar. Ternyata tidak semua pelamar kerja mampu menyelesaikan soal sederhana itu.

^_^

Jurus ampuh Kariage untuk menyeleksi teknisi baru di workshop miliknya disampaikan pada Shinichi Kudo sewaktu keduanya bertemu di Kantor Pos Besar. Hari itu adalah hari peluncuran edisi terbaru perangko untuk para kolektor. Kariage datang untuk menambah koleksi perangkonya. Shinichi yang bukan kolektor-- membeli art stamp semata-mata karena perangko artistik tersebut memperindah kartu ucapan yang akan dikirim pada teman-teman jauh-nya.


"Bayangkan aku harus menyeleksi belasan lulusan STM hanya untuk memilih 1 orang calon teknisi operator mesin las orbital. Mulanya aku bingung. Untungnya aku mendapat sebuah jurus ampuh setelah membaca soal cerita yang ada pada buku pelajaran matematika keponakanku yang kelas 4 SD”.




Setelah selesai dengan soal isi kelereng dalam kaleng, berikutnya Kariage mengeluarkan soal-soal perhitungan sederhana seperti :

5(1+2) - (3-1)/4.

Soal-soal semacam itu akan menunjukkan dasar kemampuan berpikir sistematis. Angka dalam kurung harus diselesaikan terlebih dahulu. Perkalian & pembagian harus didahulukan dibanding penambahan & pengurangan. Peraturan sederhana yang tak bakal diketahui oleh mereka yang tidak menguasai matematika dasar. Soal-matematika praktis seperti :

Berapakah 17% dari 5 Kg ?

akan menunjukkan kemampuan matematika yang dibutuhkan dalam urusan sehari-hari. Idenya adalah kalau yang basic saja tidak mampu, bagaimana mungkin bisa menjalankan mesin yang telah terotomatisasi.

^_^

Rupanya jurus yang disebut-sebut ampuh oleh Kariage hanyalah memberi serangkaian soal matematika pada para calon operator. Mengukur kemampuan berpikir logis dan sistematis-lah kuncinya. Jika calon operator tersebut mampu mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan dengan benar, berarti mereka dapat diharapkan mampu belajar dengan cepat, bekerja dengan sistematis dan logis. Kelak dia hanya membutuhkan sedikit supervisi, dus tidak akan membuang-buang waktu Kariage.nl

Turut Berduka Cita

Semoga senantiasa dikaruniai
kesabaran dan ketabahan

The Death of Bottle Neck

“Kalau aku marah-marah ya bubar kabeh. Mereka tak akan berani mencoba lagi dan ujung-ujungnya semua pekerjaan terpaksa kulakukan sendiri. Mosok kabeh gawean kudu tak tandangi dewe. Mengko wong sing arep jajan sate selak ngantuk ngenteni satene mateng no”.

^_^

Malam itu di lesehan Malioboro. Secara tak terduga Shinichi bertemu dengan Okinawa yang sedang sibuk “membersihkan” piringnya dari setumpuk sate ayam. Rupanya sahabat Shinichi yang berbadan besar tersebut – seperti halnya Shinichi—sedang memanfaatkan long weekend untuk berlibur ke Jogja bersama adiknya. Sementara si adik asyik berjalan-jalan menyusuri kakilima Malioboro-- Okinawa yang menganggap jalan-jalan adalah sejenis olahraga yang membosankan -- memilih mengolahragakan mulutnya dengan 2 porsi sate ayam.

“Kamu pasti tahu, satu-satunya olahraga yang kusukai hanyalah badminton” katanya sambil tertawa lebar.

^_^

Empat orang pembantu Ibu pemilik lesehan dengan cekatan mempersiapkan sate pesanan pengunjung. Dua orang dengan tangkas membakar sate. Dua yang lain menyiapkan bumbu-bumbu, merajang ketimun & menggoreng bawang. Sementara si Ibu dengan senyum ramahnya mengantar sate-sate yang telah matang ke meja-meja pengunjung sambil sesekali mengajak bercakap-cakap para pelanggannya.

“Wah, semua teman-teman Ibu sangat trampil menyiapkan masakan” puji Shinichi pada pemilik lesehan saat mengantar sate ke mejanya.

Si Ibu tersenyum, dan mengatakan bahwa “orang biasa” pun jika dilatih dan diberi kesempatan, akan menjadi secanggih mereka. Dia bercerita bahwa ketrampilan empat orang pekerja andalannya tersebut tidak jatuh dari langit. Mereka dilatihnya dengan telaten. Diberi kesempatan mencoba. dan melakukan kesalahan tanpa dihakimi.

“Yah, waktu pertama belajar membakar sate ya gosong-gosong dikit gak apalah, walau terpaksa satenya kami makan sendiri” katanya sambil tertawa.

Rupanya selama proses pelatihan si Ibu mati-matian menahan diri untuk tidak “mengambil alih” pekerjaan yang salah. Dikoreksinya kesalahan mereka dan disemangati untuk mencoba lagi.

“Kalau aku marah-marah ya bubar kabeh. Mereka tak berani mencoba lagi. Akibatnya semua pekerjaan jatuh padaku. Mosok kabeh gawean kudu tak tandangi dewe. Mengko wong sing arep jajan sate selak ngantuk ngenteni satene mateng no”

^_^

“Ibu ini hebat lho, ilmu yang dipakai Ibu sama dengan ilmu yang didapat Pak General Manager dari sebuah biro konsultan Internasional dari Australia” celetuk Okinawa memuji dan membuat si Ibu tersipu-sipu.

Okinawa membeberkan kejadian serupa tapi tak sama di kantornya-- tentang pelatihan yang mengakhiri menumpuknya pengambilan keputusan di satu tangan. Pada mulanya serangkaian pelatihan internal & eksternal yang diwajibkan oleh GM pada seluruh anak buahnya -- dianggap Okinawa hanya membuang-buang waktu. Menyebabkan terbengkalainya pekerjaan rutin.

Belakangan terbukti bahwa pelatihan membuat kompetensi para manager beserta asisten-asistennya meningkat dengan pesat. Manfaatnya pengambilan keputusan yang selama ini ditangani sendiri oleh GM, pelan-pelan mulai dialirkan ke bawah.

GM praktis hanya memegang masalah-masalah yang sangat kritis. Masalah-masalah yang tidak sangat kritis dilimpahkan pada para manager – termasuk atasan Okinawa. GM menahan diri untuk tidak turut campur dalam proses pengambilan keputusan -- bahkan sengaja tidak ikut serta dalam meeting agar para manager dapat mengambil keputusan dengan leluasa.

Asisten manager seperti Okinawa juga diberi wewenang mengambil keputusan atas pekerjaan-pekerjaan rutin. Atasan Okinawa-pun menahan diri saat melihat anak buahnya salah dalam membuat keputusan. Tidak ngamuk atau buru-buru mengambil alih pengambilan keputusan. Namun memberi koreksi yang konstruktif. Hasilnya nyata. Kini proses pengambilan keputusan di kantor Okinawa terdadikbusi dengan rapi. Tidak terkonsentrasi di satu tangan. Yang pasti keputusan dapat diambil tepat pada waktunya.

^_^

Malam berlangit bersih dari gumpalan mendung ketika Shinichi bersama Okinawa dan adiknya meluncur di atas kijang – meninggalkan Malioboro yang sayup-sayup masih memperdengarkan musisi jalanan lengkap dengan drum dan simbal-nya-- sedang memainkan Rio Funk-nya Le Ritenour. Mereka bertiga berencana ke Parangtritis untuk menikmati indahnya laut bermandikan cahaya bulan purnama dari pantai yang dikelilingi bukit-bukit pasir yang indah itu.

Totto-chan, Sekolah itu Asyik!

Obrolan buku ini telah aku buat beberapa tahun yang lalu. Namun karena isinya bagus banget jadi ingin menampilkannya disini. Mungkin banyak diantara kita yang telah baca bukunya. Isinya tentang sebuah sekolah yang sangat mengasyikkan di Jepang. Siapa tahu dengan membaca review ini — teman-teman jadi tergerak untuk membongkar-bongkar tumpukan buku lama dan membaca Totto-chan lagi.

Bila Anda menganggap Kepala Sekolah bukanlah sosok yang dekat dengan murid-murid sekolah dasar. Bila Anda menganggap seorang anak --yang melakukan perbuatan yang dianggap aneh oleh orang dewasa-- harus diberi hukuman, maka Anda adalah salah seorang yang perlu menyimak kisah berikut ini.

Peristiwa ini terjadi tatkala dompet kesayangan Totto-chan jatuh di lubang pembuangan kakus di sekolah. Gadis cilik yang baru saja dikeluarkan dari sekolah lamanya karena dianggap badung itu, menciduk kotoran yang ada di lubang penampungan kakus sembari berharap menemukan dompetnya. Namun sampai bel pelajaran sekolah berbunyi dan tumpukan kotoran telah meninggi, dompet belum juga ketemu. Pada saat itu muncullah Kepala Sekolah. Hebatnya dia sama sekali tidak memarahi Totto-chan. Bahkan menganggapnya sedang melakukan pekerjaan penting.

Tumpukan kotoran di tanah sudah cukup tinggi ketika Kepala Sekolah kebetulan lewat.
“Kau sedang apa?” tanyanya kepada Totto-chan
“Dompetku jatuh,” jawab Totto-chan, sambil terus mencedok. Ia tidak ingin membuang waktu.
“Oh, begitu,” kata Kepala Sekolah, lalu berjalan pergi, kedua tangannya bertaut di belakang punggung, seperti kebiasaannya ketika berjalan-jalan.
Waktu berlalu, Totto-chan belum juga menemukan dompetnya. Gundukan berbau busuk itu semakin tinggi.
Kepala Sekolah datang lagi. “Kau sudah menemukan dompetmu?” tanyanya.
“Belum,” jawab Totto-chan dari tengah-tengah gundukan. Keringatnya berleleran dan pipinya memerah.
Kepala sekolah mendekat dan berkata ramah, “Kau akan mengembalikan semuanya kalau sudah selesai kan?”. Kemudian pria itu pergi lagi seperti sebelumnya.
“Ya,” jawab Totto-chan riang, sambil terus bekerja (hal. 57 – 58).

Alih-alih memarahi Totto-chan, Kepala Sekolah memilih menanyakan kesediaan Totto-chan mengembalikan kotoran ke dalam kakus. Tidak melarang Totto-chan melanjutkan “proyeknya”, namun mengajarkan tanggung jawab kepada murid kecilnya. Tidak ada kemarahan, tidak juga hardikan, yang ada adalah pengertian mendalam terhadap alasan tindakan seorang anak. Buat siswa kelas satu SD, menciduk kotoran dari lubang penampungan kakus bukanlah hal yang aneh, apalagi bila hal itu dilakukan untuk mencari dompet yang jatuh ke kakus.

Kepala Sekolah berusaha menjaga agar bibit-bibit keberanian mengambil tindakan yang mulai tumbuh di dalam jiwa muridnya tidak mati. Biar kelak saat umurnya bertambah, si anak akan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Sebuah tindakan yang dilandasi empati luar biasa terhadap perkembangan kepribadian seorang anak.

Tomoe Gakuen adalah sebuah sekolah unik yang didirikan di Jepang pada tahun 1937. Sekolah itu menerapkan cara belajar yang menarik. Di awal jam pelajaran Guru membuat daftar soal dan pertanyaan tentang pelajaran hari itu. Murid-murid boleh memilih urutan mata pelajaran sesuai keinginannya. Bila mengalami kesulitan, mereka boleh berkonsultasi dengan guru kapan saja. Dalam satu ruangan kelas setiap murid memiliki aktifitas yang berbeda-beda sesuai keinginannya. Bagi yang suka menggambar akan mulai dengan menggambar, murid yang suka fisika akan memulai harinya dengan menggeluti alat-alat laboratorium. Alhasil sekolah menjadi tempat yang menyenangkan. Disamping menyenangkan, metode mengajar tersebut membuat murid-murid merasa dihargai, dan diberi kebebasan memilih sehingga keberanian mengambil keputusan akan berkembang,

Pemupukan kepercayaan diri juga dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki hambatan fisik yang kebetulan bersekolah di Tomoe. Perlombaan pada saat perayaan Hari Olahraga di Tomoe sepertinya dirancang sedemikian rupa sehingga mereka dapat ikut serta. Bahkan dapat menjadi pemenang! Takahashi, seorang murid yang tubuh, tangan dan kakinya berukuran pendek, mampu meraih juara umum. Kaki dan tangan Takahashi yang pendek membantunya memenangkan bermacam-macam lomba, seperti perlombaan menaiki tangga yang anak tangganya tersusun rapat, dan perlombaan merayap ke dalam ikan karper yang terbuat dari kain. Perlombaan yang berhasil membuat seorang anak yang memiliki hambatan fisik merasa dirinya mampu berprestasi seperti anak-anak lainnya.

Bahkan saking ingin menjaga mental anak didiknya, Kepala Sekolah pernah memarahi seorang guru yang pada saat menerangkan pelajaran biologi menanyakan pada seorang anak, apakah anak itu masih punya ekor. Pertanyaan yang wajar ditanyakan seorang guru saat pelajaran. Pertanyaan yang biasa saja bila ditujukan kepada anak normal. Namun pertanyaan tersebut kebetulan ditujukan pada seorang anak yang mengalami kelainan pada pertumbuhan tubuhnya. Kepala Sekolah tak ingin perkembangan jiwa si anak terganggu, karena merasa dirinya dianggap makhluk aneh.

Kelebihan lain Tomoe Gakoen adalah pelajaran praktek yang langsung dibimbing seorang ahli di bidangnya. Seperti yang dialami Totto-chan pada saat Kepala Sekolah memperkenalkan seorang guru baru kepada murid-murid.
Saat memandangi guru itu, Totto-chan merasa pernah melihatnya. “Dimana, ya?” ia berusaha mengingat-ingat. Wajah pria itu ramah, terbakar matahari, dan penuh kerutan. Ia merasa telah sering melihat pipa ramping yang tergantung pada tali hitam yang berfungsi sebagai ikat pinggang itu. Tiba-tiba Totto-chan ingat!
“Bukankah Anda petani yang mengolah ladang dekat anak sungai itu?”tanyanya riang pada si pria.
“Benar,” kata “Guru Baru” itu sambil tersenyum lebar (hal. 177 -178).


Kepala Sekolah menghargai kompetensi Si Petani untuk mengajarkan pada murid-murid tentang cara bertani yang baik. Perhatikan reaksi Kepala sekolah ketika Si Petani tersebut menolak disebut “Guru” oleh anak-anak Tomoe. Reaksi yang menunjukkan penghormatan terhadap kompetensi seseorang :

“Oh, itu tidak benar. Dia guru. Dia Guru Pertanian Kalian,” kata Kepala Sekolah yang berdiri di samping petani itu. “Dengan senang hati Dia setuju untuk mengajari Kalian bagai mana cara bercocok tanam. Ini seperti mendapatkan pembuat roti untuk mengajari Kalian caranya membuat roti. Nah, dengar,” katanya kepada Petani itu, “Katakan kepada Anak-anak apa yang harus Mereka lakukan, lalu Kita akan mulai sekarang juga.” (hal 178).

Buku berjudul Totto-chan, Gadis di Tepi Jendela ditulis oleh salah seorang bekas murid Tomoe Gakoen yang menyatakan buku ini adalah kumpulan pengalaman pribadinya selama bersekolah di sekolah yang ruang kelasnya berupa bekas gerbong kereta ini. Buku ditulis sebagai pengganti janji yang pernah diucapkannya kepada Kepala Sekolah untuk menjadi guru di Tomoe. Sebuah janji yang tidak kesampaian karena Tomoe musnah terbakar sewaktu terjadi serangan bom di Tokyo tahun 1945, pada saat Perang Dunia Kedua berkecamuk. Dia berharap buku ini akan menyebarkan ide-ide Kobayashi, Sang Kepala Sekolah, tentang metode pendidikan yang mendasarkan diri pada menemukan watak baik seorang anak dan mengembangkannya sehingga tumbuh menjadi seorang dewasa dengan kepribadian yang khas.

Susunan buku yang mirip sekumpulan cerita pendek, ditulis secara kronologis, namun dapat dibaca terpisah, sangat memudahkan pembaca yang hanya memiliki sedikit waktu luang. Alur cerita yang menarik yang dibumbui tingkah laku lucu seorang anak, teknik penterjemahan yang bagus dan pembagian buku menjadi bagian-bagian cerita yang panjangnya kebanyakan kurang dari 4 halaman, membuat buku ini enak dibaca dan mudah dimengerti, termasuk bagi anak-anak.

Namun Anda jangan berharap buku yang diterjemahkan dari Totto-chan, Little Girl at The Windows merupakan buku panduan teknis untuk membangun sebuah sekolah yang ideal. Buku ini lebih mirip buku cerita ringan yang dapat menjadi sumber inspirasi siapa saja yang ingin membuat sekolah menjadi tempat pengembangan diri yang menyenangkan. Banyak hal-hal yang menarik yang bisa dilakukan di sekolah, bukan hanya sekedar membaca, menulis dan berhitung. Sekolah adalah sebuah tempat yang mengasyikkan untuk membina potensi diri dan belajar menikmati interaksi dengan orang lain. Buku ini juga akan membuka wawasan Anda tentang potret kehidupan sehari-hari di sekolah dari kacamata seorang gadis kecil. Sebuah buku ringan dan mengasyikkan, namun isinya sangat berbobot dan layak dibaca semua usia. (nl. juli 2003)

Judul Buku : Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Alih Bahasa : Widya Kirana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2003
Harga : Rp. 30.000 (waktu itu th 2003)

Tiada Kata Rumit

Jalur Karir Bebas Hambatan

Ada satu durian di kebun,
ayo kita berebut mendapatkannya.
Ada banyak durian di kebun,
mari kita bahu membahu memetiknya.


Doni, Dino, Dini, Dona dan Dani adalah 5 orang analis mikrobiologi yang masuk berbarengan pada bagian produksi sebuah perusahaan bioteknologi. Mereka berlima bernaung di sebuah seksi yang dikepalai seorang kepala seksi senior. Prestasi mereka dapat dikatakan sama, tak ada yang lebih menonjol atau ketinggalan. Semangat kerja mereka tinggi, karena mereka mampu membangun hubungan yang harmonis, saling bahu membahu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tuntas.

Alkisah 5 tahun kemudian kepala seksi dipromosikan menjadi manajer di bagian lain, akibatnya posisi kepala seksi lowong dan harus diisi oleh salah satu diantara mereka. Manajer sempat ragu memilih analis yang akan mengisi posisi tersebut. Setelah melakukan seleksi kelayakan, akhirnya manajer memilih Doni menjadi kepala seksi. Apakah keempat analis yang lain menjadi iri karena Doni--yang notabene prestasinya tidak lebih baik dibanding mereka-- mendapat posisi tersebut?

Jawabnya adalah tidak!. Mengapa ?

Ternyata karena point prestasi mereka telah memenuhi syarat, keempat analis yang lain mendapat kenaikan karir juga, namun secara fungsional, yaitu dari pelaksana biasa menjadi ahli muda dengan penghasilan relatif sama dengan kepala seksi.

Rupanya para penentu kebijakan di perusahaan tersebut cerdik dan berpandangan jauh kedepan. Mereka tahu persis bahwa jabatan-jabatan struktural tidak mungkin diperbanyak, sementara seiring perkembangan pesat perusahaan, jumlah karyawan profesional yang berlatarbelakang pendidikan tinggi akan semakin besar. Tanpa usaha menghargai perkembangan karir mereka, perusahaan akan kesulitan memotivasi para profesional tersebut untuk bekerja maksimal.

Jalur fungsional membuka jalan bagi semua orang untuk mengalami peningkatan karir seiring peningkatan ketrampilan kerja yang dimiliki. Jaminan jenjang karir fungsional dengan penghasilan relatif sama dengan karir struktural mencegah timbulnya persaingan untuk memperebutkan jabatan, bahkan mendorong mereka saling bahu membahu karena kemajuan seseorang bukanlah ancaman bagi yang lainnya. Dan mereka-pun memiliki motivasi kerja yang tinggi karena harapan perkembangan karir selalu terbentang luas di hadapan mereka.

Tentu saja kenaikan karir fungsional tidak otomatis didapat seseorang setelah jangka waktu tertentu, tetapi melalui seleksi kelayakan sehingga hanya diperoleh oleh mereka yang memenuhi syarat yang telah ditentukan. nl

Kalau Lihat Dia

Kalau lihat dia,
rasanya jadi ingin manja
Soalnya roman mukanya
sepertinya berkata :

“Hai kamu,
bermanja-manjalah padaku
Karena aku paling suka
kau jadikan tempat bermanja-manja”

makmur 14 bandung

How High Can You Go ?

Kaoru dan Akira adalah manajer produksi pada sebuah perusahaan. Kaoru memproduksi produk A, sedang Akira produk B. Pada saat perusahaan berencana meningkatkan standar yang dipakai untuk proses produksi, Kaoru dengan senang hati menerimanya, tetapi Akira tidak. Akira meminta perusahaan melakukan kajian terhadap standar yang baru. Apakah standar baru tersebut adalah persyaratan minimal untuk proses produksi yang tak dapat ditawar-tawar lagi, atau hanya sekedar sebuah standar ideal yang tidak ada keharusan untuk diikuti. Akira menyatakan keberatan bila harus "terbang" setinggi Kaoru.

Mengapa Akira tidak semudah Kaoru dalam menerima standar baru?

Kaoru memproduksi Produk A, yang karena sifat produksinya mikrolab, tidak membutuhkan ruang yang luas, maupun bahan baku yang banyak, sehingga biaya produksinya rendah. Perusahaan mendapat margin keuntungan yang besar karena harga jual produk A juga tinggi. Dengan sifat-sifat produksinya tersebut, produk A dapat dengan mudah mengikuti standar produksi yang tinggi. Alat-alat tertentu dapat sekali pakai, demikian juga dengan penggunaan bahan-bahan, peralatan produksi dan standar ruangan dapat dengan mudah mengikuti standar yang tinggi. Disamping itu peningkatan biaya produksi masih dapat diimbangi harga jual produk yang tinggi.

Akira bertanggung jawab terhadap Produk B yang merupakan produk yang membutuhkan bahan baku yang banyak, peralatan besar dan ruangan yang luas untuk dapat berproduksi. Harga jual produk B pun tidak tinggi, sehingga perusahaan mendapat margin keuntungan yang tipis. Akibatnya produk B cenderung diproduksi dengan mengikuti persyaratan dasar saja. Produk B tidak begitu saja dapat mengikuti standar produksi yang tinggi seperti produk A, karena harus dijaga agar biaya produksi tidak melampaui harga jual produk.

Pada dasarnya bisnis manufaktur mencari untung dari selisih antara biaya produksi dengan harga jual produk. Biaya produksi terkait erat dengan kualitas produk yang akan dihasilkan, termasuk standar produksi yang digunakan. Semakin tinggi standar produksi, berpotensi semakin membengkakkan biaya produksi. Sementara konsumen calon pembeli produk memiliki ambang batas harga yang bersedia dibayar untuk sebuah produk. Standar produksi adalah kompromi antara biaya produksi dengan jumlah uang yang bersedia dibayar konsumen untuk mendapatkan produk tersebut.

Lalu, menurut Akira, standar mana yang sebaiknya digunakan perusahaan untuk memproduksi produk B?

Bagi Akira, standar dasar yang masih memenuhi persyaratan adalah sebuah pilihan realistis bagi produk B. Margin keuntungan tipis, akan semakin menipis bila perusahaan memaksakan diri memakai standar produksi yang tinggi. Perusahaan harus sangat berhati-hati bila ingin menyeragamkan standar produksi antara produk A dengan produk B, karena hal itu bisa berarti perusahaan menjual rugi produk B
(kalimantan 5 bandung)

Hiawata versus File Box

Ada dua makhluk yang biasa digunakan untuk menyimpan dokumen. Satu bernama dokumen binder yang menyimpan dokumen seperti sebuah buku besar. Satu lagi adalah file box yang lebih mirip keranjang untuk meletakkan dokumen dalam posisi berdiri. Bila pada binder, dokumen-dokumen dapat disusun berurutan dan diberi daftar isi — pada box hanya bisa dibuat list dokumen tanpa urutan letaknya. Alhasil dokumen dalam binder jauh lebih mudah dicari dibanding dalam box. Fakta terakhir inilah yang memantik api pertempuran antara Hiawata versus file box.

Awal mula perseteruan Hiawata dengan bangsa box adalah hilangnya beberapa dokumen yang tersimpan di box. Alkisah setelah seharian dicari-cari ternyata si dokumen berpindah alamat ke box lain. Tragisnya ketersesatan dokumen tersebut selalu terulang kembali. Hampir tiap bulan sekali Hiawata harus meluangkan waktu untuk mengecek seluruh file box-nya hanya karena hilangnya satu dokumen. Bukan itu saja, malapetaka yang lebih besar datang dari dokumen-dokumen yang masih dalam proses pengerjaan. Draft-draft laporan dan draft SOP seringkali terlupakan karena tersembunyi diantara lautan dokumen. Setiap bulan ada saja dokumen yang terlambat dikerjakan karena tersesat didalam box --- pertanda lemahnya kontrol dokumen.

^_^

Sampai di sabtu pagi yang cerah itu --- Hiawata bagaikan Hitokiri Battousai yang menghunus pedang katana dan menyerbu kubu-kubu pertahanan musuh --- yang tak lain adalah “benteng-benteng” box. Dalam waktu singkat sebagian besar box “runtuh” dan dilipat untuk disimpan kembali di kardusnya. Dokumen-dokumen yang berada di dalamnya segera berpindah ke dalam binder dan dilengkapi dengan daftar isi. Tak terkecuali dokumen-dokumen baru yang masih dalam taraf pengerjaan – tidak dibiarkan berkeliaran di box, apalagi di atas meja kerja. Mereka langsung saja “dipenjara” di dalam binder (bantex) --- agar mudah dilacak kembali. Box-box yang dibiarkan tetap eksis hanyalah box yang dipergunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen berhalaman tebal--- seperti laporan validasi---karena Hiawata kesulitan bila harus menyimpannya dalam binder dan sejumlah file box untuk tempat penyimpanan sementara.

Tentu saja Hiawata membedakan binder untuk dokumen yang telah final yang disebut binder permanen dan binder untuk dokumen yang masih “on going” yang disebut binder temporer. Dokumentasi dalam binder pertama didasarkan pada jenis dokumen --- misalnya ada binder annual report & binder data uji filter. Dokumentasi binder-binder temporer didasarkan pada tanggal mulai pengerjaan tanpa memperhatikan jenis dokumen. Dokumen yang telah selesai dikerjakan akan dipindahkan ke binder permanen. Konsekuensinya daftar isi binder temporer secara periodik perlu diperbarui.

^_^

Apakah setelah hari itu Hiawata tidak pernah lagi mengalami kesulitan mencari dokumen? Nggak juga sih! Kadang-kadang dia terlihat sibuk mencari-cari sebuah dokumen karena ada saja dokumen yang tersesat. Mengapa? Karena kadangkala dokumen tidak segera dimasukkan kedalam binder --- baik karena “overload” pekerjaan maupun karena lupa --- sehingga di atas meja Hiawata tumbuhlah bukit dokumen yang bikin bingung. Namun kejadian menyedihkan seperti itu sudah lumayan berkurang bila dibanding saat Hiawata masih bersahabat dekat dengan file box. Saat hal itu diceritakan Hiawata pada Shinichi Kudo, dia tertawa dan mengatakan menyimpan dokumen di file box memang lebih gampang namun menuntut ketelitian dan disiplin untuk tidak mencampur baur isi satu box dengan isi box lainnya(NL)

KEBIRI IT POWER

Apa yang diceritakan Tsukasa Enomoto malam itu adalah bahwa dia secara tak sadar telah mengebiri kekuatan teknologi informasi (IT). Selama ini gaya berpikirnya adalah struktural; yang beranggapan arus informasi mengalir dari dirinya selaku counterpart IT di divisinya, kepada para manager. Selanjutnya para managerlah yang yang bertugas meneruskan informasi kepada personil yang terkait di departemennya. Kenyataan tidak seideal itu. Informasi tidak selalu mengalir seperti yang diharapkan. Buntutnya adalah Tsukasa mendapat teguran dari bos besar.


Kadangkala seorang manager terlalu sibuk sehingga terlambat membaca dan mem-forward e-mail dari Tsukasa kepada personil-personil di departemennya. Akibatnya beberapakali Tsukasa kena semprot dari beberapa personil yang pekerjaannya terhambat karena tidak mendapat informasi yang dibutuhkannya. Sering juga mereka marah karena datang ke sebuah kegiatan yang ternyata telah dibatalkan atau ditunda pelaksanaannya.

Keluhan yang akhirnya sampai ke telinga General Manager membuat dirinya terpojok. Usaha untuk membela diri bahwa seharusnya para managerlah yang bertanggungjawab meneruskan informasi ---ditolak mentah-mentah oleh GM. Bagi si Boss, fasilitas IT yang dimiliki Tsukasa lebih dari cukup untuk menjangkau seluruh personil yang membutuhkan informasi. Hanya untuk informasi yang bersifat rahasia atau informasi terbatas untuk para managerlah penyebaran secara struktural dapat diterima.

Menurut GM kekuatan IT justru pada daya sebarnya yang cepat dan tidak mengenal batas-batas struktural. Jadi untuk apa dipasang fasilitas IT bila informasi tetap berjalan secara birokratis dari atasan ke bawahan. Cara seperti itu tak lebih dari menggunakan metode lama tapi dengan bantuan komputer. Spirit kecepatan dan efektifitas IT tidak diadaptasi, sehingga arus informasi bergerak lambat.

^_^

“Jadi sekarang kau kirim informasi ke semua personil yang terkait?” tanya Shinichi.
Tsukasa mengangguk dan mengatakan bahwa dahulu dirinya masih terbawa gaya lama. Satu surat untuk satu departemen dengan tujuan menghemat kertas. Padahal dengan adanya e-mail, istilah penghematan kertas sudah tidak relevan lagi untuk digunakan. Apalagi kebanyakan informasi yang dikirim adalah berupa pemberitahuan atau jadwal sebuah kegiatan yang sebenarnya tidak bersifat rahasia dan boleh diketahui oleh semua orang.

“Dan ....?” Shinichi bertanya seraya menekuk kelingking, jari manis dan jari tengah kedua tangannya membentuk “pistol” yang diarahkan ke Tsukasa.
Tsukasa tertawa, sadar bahwa motif lainnya telah diketahui Shinichi. Akhirnya dia mengakui bahwa dibalik kebijakan mengirim e-mail hanya kepada manager juga tersimpan keinginan untuk membuat para manager bertanggung jawab terhadap arus informasi di departemennya dan bukan mengandalkan dirinya. Karena dia tahu pasti bahwa para personil yang tidak menerima informasi bukan saja komplain kepada dirinya namun juga protes kepada para managernya.

Namun sudahlah! Pekerjaan utamanya adalah menjamin arus informasi mengalir lancar kepada semua personil yang berkepentingan dan bukannya “memberi pelajaran” kepada para manager. NL. makmur no. 14 bandung

Elegi Penghuni Negeri "Besok Pagi!"

Sebuah negeri impian
idola kaum penunda

Negeri indah menawan
tempat semangat datang
kebosanan hilang
otak dalam kondisi puncak
energi tubuh meledak-ledak
cepat menyelesaikan pekerjaan
gigih bekerja keras atasi keterbatasan
dan tegar mengatasi semua rintangan

Sayang malang nian
negeri itu hanya ada dalam impian
yang tak kunjung datang
sampai waktu habis terbuang

Sampai di Suatu Hari

Sampai di suatu hari
kau terbangun dan
ada sosok menyapamu

"Siapakah Tuhanmu?"

Lalu sadarlah kau
bahwa saat menanam
telah berlalu
Tibalah saat memetik
semua buah perilaku.
Tibalah saat mahkamah suci
menuntut jawab atas setiap
hembusan nafas hidupmu

Semangkuk Sup Hangat

Semangkuk sup hangat untukmu
Serasa lebih nikmat dibanding
sepuluh mangkuk sup hangat
yang kumakan sendiri

Tempat yang Lebih Tinggi

Kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang kita peroleh setelah membaca adalah “berada di tempat yang lebih tinggi”. Ibarat seorang gembala yang secara tak sengaja naik ke puncak bukit dan melihat ternyata di balik bukit terdapat padang rumput yang hijau dan telaga yang airnya melimpah. Sejak saat itu ia giring kambing-kambingnya kesana. Sebelumnya, dia tak pernah berpikir untuk menyeberangi bukit!

Apa maksudnya?

Maksudnya setelah membaca, kita akan mendapat pengalaman-pengalaman baru, memiliki wawasan yang lebih luas dan mampu melihat masalah-masalah yang sedang kita hadapi dengan lebih jernih. Seolah olah kita berdiri di tempat yang lebih tinggi dan bisa melihat lebih jauh dan lebih luas dibanding sebelum membaca.

Bayangkan bila suatu saat kita bersama ribuan orang harus berlomba menuju ke suatu tempat di hutan—sebelum berlomba, kita mempelajari peta hutan dan memanjat pohon yang tinggi sehingga tahu bahwa jalan tercepat menuju tempat tujuan adalah berperahu menyusuri sungai. Hasilnya, disaat orang lain berdesak-desakan berebutan di jalan setapak hutan yang panjang dan penuh duri, kita melenggang nyaman naik perahu menyusuri sungai dan sampai ke tempat tujuan setengah hari lebih cepat di banding orang lain.

Tempat yang lebih tinggi memungkinkan kita mengetahui hal-hal yang sama sekali tidak terlintas dalam pikiran kita. Ibarat seorang gembala yang secara tak sengaja naik ke puncak bukit dan melihat ternyata di balik bukit terdapat padang rumput yang hijau dan telaga yang airnya melimpah. Sejak saat itu ia giring kambing-kambingnya kesana. Sebelumnya, dia tak pernah berpikir untuk menyeberangi bukit! Ya! sama sekali tak terpikirkan bahwa di balik bukit yang tandus ada padang gembalaan yang sangat subur! Dia beranggapan di balik bukit hanya terdapat padang rumput tandus sama seperti padang rumput pinggir kampung yang selama puluhan tahun dia gunakan. Kambing-kambing yang kurus dia anggap sebagai kewajaran yang tak perlu dipikirkan. Peristiwa naik ke puncak bukit telah merubah anggapannya. Melihat dari tempat yang lebih tinggi telah merubah pikirannya.

Bowie-Dick Test ?

Otoklaf adalah peralatan sterilisasi panas basah (menggunakan uap) yang biasa digunakan untuk sterilisasi material-material yang diperlukan dalam proses produksi. Salah satu tahapan penting sterilisasi pada otoklaf modern adalah tahap prevakum chamber (chamber adalah ruang tempat meletakkan material yang akan disterilisasi). Pada tahap tersebut udara dikeluarkan dari chamber sampai otoklaf vakum. Dalam kondisi vakum, penetrasi uap ke material akan berjalan lebih baik karena udara bisa mencegah penetrasi steam ke dalam kemasan material.

Bowie dick test digunakan untuk menguji --- apakah tahap pem-vakuman chamber berjalan normal --- sehingga uap dapat penetrasi dengan cepat dan kontinyu ke material yang disterilisasi. Bowie dick adalah indikator kimia yang akan berubah warna setelah disterilisasi. Berdasar perubahan warna tersebut dapat disimpulkan apakah proses pem-vakuman berjalan baik atau kurang baik.

Pada salah satu merek produk bowie dick test pack perubahan warna yang terjadi adalah sebagai berikut :
pada awalnya lembar bowie dick test berwarna kuning, tetapi setelah disterilisasi akan berubah :
- menjadi biru tua/ungu bila pem-vakuman otoklaf berjalan dengan baik.
- namun bila proses pem-vakuman kurang baik, akan terbentuk alur warna coklat kuning pada lembar bowie dick test..

Bagaimana cara melakukan bowie dick tes?

Salah satu cara melakukan bowie-dick test adalah sebagai berikut :
1. Otoklaf di panaskan dulu dengan menjalankan 1 run sterilisasi.
2. Buka otoklaf, kemudian pasang bowie dick test pack pada holdernya dan letakkan 10 – 20 cm di atas drain otoklaf.
3. Jalankan program sterilisasi pada suhu 134 - 138 C selama 3,3 – 3,5 menit, gunakan program sterilisasi yang memiliki tahap pem-vakuman yang sama dengan program sterilisasi yang akan digunakan untuk sterilisasi material.
4. Setelah selesai sterilisasi, bowie dick test pack diambil dan dilihat hasilnya, Bila prevakum berjalan baik, lembar bowie dick test akan berwarna ungu/biru tua.

bacaan pendukung : Mechanical Monitoring and the Bowie-Dick test, SAFMED, www.safmed.co.za