True Friend Poem: Theatrum Amoris

You're not a lamp
who brighten my life
Nor the wings
who keep me flying
Nor the shade
where I take shelter and lamented
However you're a companion
where I share
the gratitude in happiness
the patience in sadness
and the readiness in accepting them
as our destiny

Kancil Stories in English: Kancil Stole The Cucumbers

Mr. Peasant upset since his cucumbers frequently stolen by an unidentified animal of the forest. He have put a scarecrow (a wooden statue that was given clothes and shirts to resemble real people) in the rice fields to scare him.  Unfortunately the thief not scared. Therefore Mr. Peasant intends to do a little innovation. Apparently the thief had know that the scarecrow was just a mere statue, so he is not afraid anymore. Even the thief had dared to mock the scarecrow.

Mr. Peasant then try another way. By borrowing techniques to capture a bird with jackfruit sap (jackfruit tree sap is very sticky) - Mr. Peasant smearing the scarecrow with the sticky sap, hoping the animal will be attached to the scarecrow.

Luckily for Mr. Peasant and really unfortunate fate of the animal that end up really stuck on the statue. At first the animal, which apparently is Sang Kancil  aka Mouse Deer just mock  the effigy with the words. Followed by stuck out his tongue. Then he put his index fingers on the riht and left side of his head and ended by kicking the scarecrow using his little legs.

"Gubraaak!" His feet were attached to the sap that covered on the feet of the effigy. Sang Kancil tried to butting the scarecrow with his head, but his head then sticking on. His conditions are even worse after Sang Kancil hit the scarecrow with his tail. The body of Sang Kancil completely attached on the scarecrow.

Mr. Peasant who came home from collecting firewood in the forest whistling merrily when he saw the thief catched in his field.

"Tralala Trilili, Cihuiiii!" shouted Mr. Peasant while imagining his cucumbers will not be stolen again by the animal and his dinner will be accompanied by a pepper seasoning mouse deer satay. "So crunchy, The mouse deer satay is very delicious!” He exclaimed with excitement like the sun smiled especially for him.

The poor Kancil is tied up and locked in cock’s cages, while waiting for his life ended in the burning of satay. But the act of Shepherd Dog of the peasant have save Sang Kancil. The Dog jealous when Sang Kancil boasted that he was waiting for a tailor came to measure clothes for him, and Mr. Farmer was looking for delicious food served in the forest for him.

The Dog who want the fake clothes and the fake food is willing to swap places with Sang Kancil. He was tied up and placed in confinement chicken, while Sang Kancil went out from the cages.

^_^

Mr. Peasant was angry after learning that Sang Kancil  released. He called The Dog as a stupid and greedy creature! The gullible creature who easy tricked by  their enemy. The poor Dog is accused as a person who unable to think clearly and failed in assessing the facts. He should know that Mr. Peasant has been setting a trap for Sang Kancil since a few months ago.

The Shepherd Dog who thinks he is very competent in matters of herding goats, do not accept the words of Mr. Peasant . He mentioned that Mr. Farmer as a leader who is not communicative. The Leader who do not work professionally. 

He accused Mr. Peasant is carelessly! Judging The Shepherd Dog on the field that was not his responsibility!. Mr. Peasant is selfish. Thinking of just his self-interest. He never want to develop his men! He just wanted to gain the yields from the farm and ranch without his ever willing to train his men, share information.....blah! blah!

"I was busy herding goats everyday. How could I know if Sang Kancil being hunted?. Mr. Peasant never had communicate the work to catch Sang Kancil! He never share the information!



Then The Shepherd Dog is also defending him self when he is alleged that he was greedy for wanting clothes and food intended for others.

"I had bad experience about the vagueness rules that made by Mr. Peasant. For example in last week, The Horse tied on the tree in front of the peasant house, then he was taken to the city and comeback with a new shoes and a new saddle. The Cow moored in the same tree last month, and in the afternoon he was wearing a new bell. The Cat locked up in cages of chicken yesterday, then in the afternoon she was wearing a gold necklace.

I'm always left with no explanation for all the cases. Why they got the gifts while I was left alone to work hard without ever noticed! Do not blame me if I felt unfairly treated!

^ _ ^

Mr. Peasant was silent to hear the words of The Shepherd Dog. He was embarrassed because he has been rebutted by his own men in front of dozens of other farmers. But he could not do anything because everything said by The Shepherd Dog merely true. Mr.Peasant did not want to ruin his reputation as a strong candidate for village chief to punish The Shepherd Dog. His prospective voters can be going to other candidates for fear of what happened to The poor Dog will be happened to them.

Dongeng Sang Kancil dan Seribu Kunang-kunang

Seekor kunang-kunang hanya punya setitik cahaya, namun 
seribu kunang-kunang adalah matahari mungil  terang 
benderang yang bisa terbang kesana kemari dengan lincahnya.

 









Alkisah seekor kunang-kunang datang pada Kancil, sambil menangis tersedu-sedu. Si kunang-kunang merasa bahwa dirinya adalah binatang tidak berguna di hutan raya. Tak ada yang bisa dia berikan pada penduduk hutan. Dirinya ada atau tiada tidak ada pengaruhnya bagi mereka.

Kunang-kunang sungguh malu sekali pada Sang Gajah yang telah berjasa menyingkirkan pohon-pohon tumbang yang menghalangi jalan dengan belalainya. Malu pada Pak Kuda yang sering membantu penduduk mengangkut bahan makanan dari tempat jauh dengan cepat. 

Minder pada burung-burung yang rajin mengabarkan berita-berita penting dari tempat jauh. Bahkan sungkan pada seekor ikan cethul kecil, yang pernah berjasa menunjukkan lokasi sebuah mata air yang tak pernah kering hingga sekarang.

“Waaaah kebetulan sekali kamu datang hari ini wahai kunang-kunang. Aku sangat butuh bantuanmu” kata Sang Kancil sambil tertawa girang

“Appaaa? Kamu butuh bantuanku???” kata Kunang-kunang dengan heran. “Binatang mana yang butuh bantuan makhluk tak berguna seperti diriku” desahnya pelan.

Lalu Sang Kancil bercerita bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam musim kemarau tahun yang akan datang diperkirakan berlangsung sangat panjang dengan hanya sesekali akan turun hujan. Kesimpulan itu diambil dari hasil observasi musim selama bertahun-tahun yang dilakukan Sang Kancil dibantu para cendekiawan hutan lainnya.

Jenis gandum dan padi-padian yang biasa tumbuh di hutan raya tidak akan dapat tumbuh dalam kondisi seperti itu, karena jenis tersebut termasuk jenis yang butuh banyak air agar dapat tumbuh dengan baik. Tanaman ini tidak akan bertahan pada musim kemarau yang panjang. Akibatnya penduduk hutan terancam gagal panen dan ujung-ujungnya bahaya kekurangan makanan mengintai.

Harus diusahakan mencari benih-benih baru untuk disebarkan di hutan raya. Sang Kancil tahu persis, bahwa benih yang cocok untuk tanah yang kekurangan air adalah benih gandum dari Bukit Menangis. Di sana hanya tersedia sedikit air dan jarang hujan, sehingga tumbuh-tumbuhan yang hidup di Bukit Menangis adalah jenis tumbuhan yang tahan kekeringan.

“Bukit Menangis????. Bukankah itu jauh sekali di balik perbukitan kapur di cakrawala sebelah utara. Konon kita harus berhari-hari menyusuri gua bawah tanah yang gelap pekat untuk mencapai sana. Katanya di sana juga ada suara-suara orang menangis yang  menyeramkan. Jangan! Jangan pernah mencoba ke sana!! Tidak ada penduduk hutan raya yang pernah ke Bukit Menangis!! “ teriak kunang-kunang kaget

“Ah nggak juga. Entah gimana caranya nenek moyangku dulu pernah ke sana. Buktinya ada manuskrip-manuskrip lama di perpustakaan yang bercerita tentang kondisi alam dan tumbuh-tumbuhan di Bukit Menangis. Menurut penyelidikan nenek moyangku, pohon-pohon di Bukit Menangis jenisnya sama dan kala tertiup angin daun-daun pohon-pohon itu saling bergesekan sehingga menimbulkan suara seperti orang menangis. Tanah di sana kering sehingga padi-padian yang tumbuh di sana tahan kekeringan. Kali ini giliran kita yang ke sana. Kamu yang akan membantu aku ke sana!!”

“Apa!!! Membantu Sang Kancil ke sana???” Mana bisa! Aku tak akan bisa berbuat apa-apa untuk membantu Sang Kancil “ teriak Kunang-kunang dengan kesal merasa dipermainkan

“Dengarkan dulu Nang!. Bukankah kamu punya cahaya yang bisa menerangi lorong-lorong gua bawah tanah!! Cahayamu akan menuntun kami sampai ke Bukit Menangis!”

“Ahhhh watatitaaaa! Mana mungkin kaliii! Cahayaku kecil mungil, hanya cukup untuk menerangi sejumput dunia kecil mungil yang tak berguna!” cetus Si Kunang

“Seekor kunang-kunang hanya punya setitik cahaya. Namun seribu kunang-kunang adalah matahari mungil yang terang benderang dan bisa terbang kesana kemari dengan lincahnya” seru Sang Kancil.

Sebuah kalimat luar biasa dahsyatnya yang mampu membesarkan hati kunang-kunang. Betul juga Sang Kancil! Seribu kunang-kunang adalah sebuah lampu yang bisa terbang meliuk-liuk dengan lincahnya. Dengan bekal cahaya di tubuhnya, ada sebuah pekerjaan penting yang hanya bisa dilakukan dia dan teman-temannya. Kini saatnya bangsa kunang-kunang memberikan jasanya bagi penduduk hutan raya.


^_^

Jadilah kunang-kunang dengan hati berbunga-bunga mengumpulkan teman-temannya. Saking semangatnya para kunang-kunang, jumlah yang terkumpul bukan hanya seribu, tapi puluhan ribu, ratusan ribu bahkan mungkin sejuta kunang-kunang yang ada di hutan raya -- tumpek bleg jadi satu di depan rumah Sang Kancil. Maka pada hari yang ditentukan, Sang Kancil memimpin serombongan binatang hutan raya untuk menelusuri lorong-lorong gua bawah tanah menuju Bukit Menangis.

Jutaan kunang-kunang membentuk puluhan gerombolan kunang-kunang yang menjadi pelita bagi para binatang selama berjalan di lorong bawah tanah yang sempit dan gelap gulita. Cahaya gerombolan-gerombolan kunang-kunang tersebut laksana puluhan matahari kecil yang lincah bergerak kesana kemari untuk menerangi jalan selama 3 hari perjalanan.

Pada hari ke-4 rombongan binatang telah mencapai tempat tujuan. Saat mendengar suara-suara tanpa wujud berupa bisikan, teriakan, tangisan, dan tawaan mereka sudah tidak takut lagi karena telah diberitahu oleh Sang Kancil bahwa suara-suara aneh itu berasal dari gesekan daun antar pepohonan berjenis sama saat tertiup angin.  Mereka juga berhasil mengumpulkan benih gandum dan padi yang tumbuh subur di Bukit Menangis. Kelak benih-benih itu akan ditanam di hutan raya sebagai persiapan menghadapi musim kemarau yang panjang (undil – Okt 2010). 


Gambar diambil dari frfly.com



Dongeng Kancil dan Serigala

Serigala menggeram sambil perlahan-lahan mendekati Sang Kancil yang kini telah terpojok di sudut tebing batu yang tinggi. Tak ada kemungkinan lagi untuk lari baginya. Serigala telah membayangkan tongseng kancil yang lezat untuk dinikmati bersama teman-temannya.

Lima tahun merantau telah membuat Serigala merasa telah begitu terlatih dalam berburu. Kini Sang Kancil, binatang paling luas ilmunya di hutan siap menjadi korbannya. Memakan binatang paling keren di hutan tentu saja akan membuat reputasinya sebagai binatang buas akan melesat naik. Ratingnya pasti akan jauh meninggalkan buaya yang belum pernah berhasil memakan tubuh Sang Kancil seujung rambut-pun.

Sang Kancil melompat ke atas batu besar yang berada di kaki tebing. Serigala menyeringai buas dengan giginya yang tajam seolah berebut tampil. Lolongannya yang panjang membuat suasana semakin seram. Namun wajah serigala yang seram berangsur berubah menjadi heran melihat Sang Kancil tidak nampak takut atau gemetar. Sang Kancil hanya sedikit tersenyum dengan dagu mendongak menunjukkan keanggunannya selaku sosok cendekiawan paling terkemuka di hutan raya. Mulutnya meneriakkan kata-kata pendek memanggil beberapa nama binatang untuk datang.

Serigala tertawa ngakak mendengar Sang Kancil memanggil nama-nama binatang. Siapa yang mau berkorban untuk binatang kecil nan lemah ini?. Serigala menyangsikan seekor cacing-pun bakal sudi mendengar kata-kata Kancil yang sama sekali tak berotot ini. Beda jauh dengan tubuhnya yang berotot menonjol laksana kawat-kawat baja yang sangat kokoh. Pertarungan dengan hyena paling ganas-pun telah dia lalui selama dalam perantauan.

“Hahahaha.....Kau pikir dirimu itu siapa?. Panggil-panggil binatang lain untuk datang?. Kau pikir mereka mau datang untuk menolongmu? Hahahaha binatang kecil yang lembek........ mimpi kali yeee!”

“Wahai serigala pergilah. Selamatkan dirimu sendiri” tukas Sang Kancil dengan suara lembut.

“Hohohoho....Aku akan pergi setelah menerkammu!” kata Serigala sembari perlahan-lahan mendekati batu besar tempat Sang Kancil berdiri. Sadar akan kecerdikan Sang Kancil, Serigala hati-hati sekali melangkahkan kaki mendekati tubuh mangsa empuknya itu.

Sebelum serigala melompat untuk menerkam Sang Kancil mendadak bumi terasa berdebam-debam karena datangnya serombongan gajah yang tergesa-gesa berlari mendekati Sang Kancil. Ketika melihat Serigala yang hendak menerkam Sang Kancil, nampak Gajah yang paling besar berteriak keras sekali menggetarkan seisi hutan dengan raungan kemarahan.

Tubuh serigala menggigil ketakutan tak mampu bergerak. Tubuhnya dengan mudah dibelit dengan belalai Gajah Raksasa itu, lalu diangkat dan dilemparkan sekuat tenaga ke udara. Serigala menjerit kesakitan saat tubuhnya terlontar ke udara dan jatuh menghantam rumpun semak berduri. Tanpa pikir panjang lagi dia lari tungang langgang dengan kaki terpincang-pincang meninggalkan hutan raya.

Ada satu hal yang tidak diketahui Serigala. Sang Kancil bukan lagi binatang lemah tak berdaya seperti dulu. Tentu saja binatang-binatang yang dipanggil oleh Sang Kancil akan segera datang karena Sang Kancil adalah raja mereka yang baru. Berkat kebijaksanaan dan keluasan ilmunya, penduduk hutan sepakat mengangkat Sang Kancil menjadi Raja Hutan menggantikan Singa tua. Gajah selaku pengawal setianya, siap sedia mengenyahkan para pengganggu raja. Sekalipun tubuhnya lemah, Sang Kancil memiliki kekuasaan yang tak dapat ditandingi oleh binatang manapun di hutan raya.