Puisi Orang Biasa

Dia yang tak maju-maju
Bukan berarti tidak mampu
Bisa jadi  tak diberi kesempatan
Hingga terpendamlah kecemerlangan

Dia yang biasa-biasa saja
bukan berarti tak sehebat sang bintang
karena bukan hanya kemampuan
tapi juga kesempatan yang menentukan
(undil)

Puisi Pernikahan untuk Sahabat: Keabadian Cinta

Seandainya kamu diberi kesempatan
rubah batu-batu hitam jadi permata,
jadikan nilai-nilai ujianmu A semua,
selesaikan tugas akhirmu sekejap mata,
atau meraih cinta dari sejuta manusia

ITU SEMUA TIDAK ADA ARTINYA!

Dibanding kesempatan yang kau genggam saat ini
untuk letakkan hatimu dalam hatinya,
lalu merasakan apa yang dirasakannya.
Padukan keinginanmu dan keinginannya,
di bingkai keteguhan tempuh jalan suci-Nya.
Muliakan dan bergandengan tangan,
berdua meraih ridha-Nya,
demi kebahagiaan sejati di dunia,
dan KEABADIAN cinta di SURGA.
(Undil-2012- edisi revisi)

Cerita Lucu tapi bukan Si Kancil Mencuri Ketimun

Alkisah Sang Kancil sedang berlatih main teater untuk sebuah pertunjukan besar di Hutan Utopia. Kali ini Sang Kancil harus memerankan Raja Kucing,  yang menjadi tokoh utama dalam pentas itu. Selama sebulan penuh Sang Kancil berguru kepada keluarga kucing anggora agar dapat memerankan Raja Kucing dengan sempurna.



Setelah dirasa cukup berlatih di keluarga kucing anggora, Sang Kancil memutuskan untuk mencoba memerankan kucing di kehidupan nyata. Maka dia berdandan sebagai kucing anggora dan turun ke kampung untuk berperan sebagai kucing di lingkungan manusia.
    
Rumah yang dimasuki oleh Sang Kancil berpenghuni keluarga muda yang baru memiliki bayi kecil bernama Reza. Dia adalah bayi umur 4 bulan yang baru bisa nangis owek owek. Mama Majda Yulianingrum baru kali ini punya bayi, sehingga belum tahu banyak tentang seluk beluk anak bayi.  Kancil masuk rumah sebagai seekor kucing kelabu yang kelaparan dan hendak mencari makan.

Kucing Kancil terus menerus bersuara eow-eow tanpa satu pun penghuni rumah yang tahu maksudnya, kecuali Reza.  Bahasa yang dipergunakan Reza yang owek-owek itu ternyata mirip dengan bahasa kucing yang baru saja dipelajari Sang Kancil.  Jadilah dua makhluk itu dapat nyambung ngobrolnya.

 “Owek-owek”

“Eow-eow”

“Owek-owek-oweek”

“Eow-Eow-Eoooow”

Dua makhluk itu ngobrol dengan seru sampai Mama Majda  bingung karena dikira anaknya nangis terus gak berhenti-berhenti. Padahal sebenarnya Reza sedang mengobrol dengan Kucing Kancil. Mama heran karena sudah dicek Reza tidak ngompol dan tidak pup. Saat diberi nenen juga tidak mau. Jadilah Mama pusing tujuh keliling, akhirnya Reza kembali ditaruh ke dalam box bayi.

Setelah Reza ditaruh ke dalam box bayi, Si Kucing Kancil mendekati Reza untuk melanjutkan obrolan mereka.

“Yi Bayi, aku lapar banget nih. Kamu punya timun gak untuk kumakan?”

“Timun itu kaya apa bentuknya?”

“Itu loh, buah yang bentuknya lonjong panjang, dan kulitnya warnanya hijaur”

“Wooo yang kalo dibelah warnanya merah itu yah?”

“Bukaaaan!  Itu mah semangka namanya. Timun itu yang suka dimakan bareng ayam goreng”

“Ayam goreng itu bentuknya kayak apa?”

“Itu loh yang kalo ditaruh di atas piring ada kaki, sayap dan kepalanya?”

“Woooo ayam goreng itu yang warnanya coklat yah?

“Betul yi”

“Aku tahu sekarang. Timun itu yang suka diiris-iris Mama untuk dimakan setelah makan ayam goreng yah?”

“Betul sekali. Punya gak dirimu?”

“Ada banyak di meja makan. Tapi aku belum bisa ngambilin nih. Aku juga belum bisa bicara pada mamaku. Mama gak mengerti dengan bahasaku. Gimana dung caranya ambil timun buatmu?”

“Udah gini aja. Kamu menangislah sekeras mungkin sampai digendong lagi sama mama kamu. Ntar klo kamu digendong sampai dekat meja makan, tanganmu tunjuk-tunjuk saja ke timun biar diambilin”

“Klo udah diambilin lalu diapain timunnya?”

“Dijatuhin ke lantai di depanku. Nanti aku akan bersuara  eow-eow sambil menyundul-nyundul kaki mamamu”

“Betul juga yah. Kamu pintar sekali Cing”

Kucing Kancil senyum-senyum sendiri karena senang sekali dikira kucing beneran oleh Reza, artinya aktingnya sebagai Raja Kucing saat pementasan nanti bakalan berhasil.

^_^

Seperti skenario Kucing yang sebenarnya adalah Sang Kancil -- Mama Majda cepat-cepat menggendong anaknya saat mendengar suara tangis Reza melengking tinggi. Karena tangisan Reza gak juga berhenti, Mama membawa Reza jalan-jalan keluar kamar. Saat mama berdiri di dekat meja makan tangan Reza menunjuk-nunjuk tumpukan timun di atas piring. Mama dengan cepat mengambilkan seekor timun, biar Reza berhenti menangis. 

Namun setelah timun dipegang Reza, tiba-tiba timun dijatuhkan ke depan kucing yang sedang berada di bawah sambil menyundul-nyundul kaki mama. Mama kaget dengan perbuatan Reza, tapi kemudian tertawa senang melihat ada seekor kucing yang menyantap timun yang dijatuhkan. “Wah anakku pintar sekali, masih bayi udah bisa ngasih makan kucing” ujarnya dengan bangga.

Namun kemudian setelah berpikir sejenak, Mama Majda jadi terheran-heran meilhat Kucing Kancil makan timun. “Mungkin kucing ini udah dibiasakan makan timun sama pemiliknya jadi dia enak aja menyantap ketimun. Wah aku gak boleh kalah sama kucing niy, aku harus lebih rajin makan sayur-sayuran”  pikir Mama.

Hari itu Sang Kancil cukup puas dengan aktingnya sebagai seekor kucing. Sampai saat dia kembali ke Hutan Utopia bayi Reza dan Mama Majda Yulianingrum tidak mengenali dirinya sebagai seekor kancil (Undil-2012)

gambar diambil dari : vincentvangoghgallery.org

tags: cerita lucu, cerita pendek,cerpen, dongeng sang kancil, 

Cerita Lucu Bahasa Jawa: Kopi Kucing by Undil

Suwijining ndino Setro Mino mertamu ning ngomahe Setro Njingik.
Dheweke disuguhi kopi karo Setro Njingik. Sajake kopine enak tenan,
soale Setro Njingik muja-muji ngalembana marang kopi sing disuguhake.
Setro Mino banjur nyruput kopi amarga penasaran marang rasane.














Setro Mino:
Iki kopi apa tho kok rasane rada kecut?

Setro Njingik:
Kuwi kopi istimewa, meh padha karo kopi luwak sing larang kae

Setro Mino:
Woo ngono tho, kopi apa jenenge?

Setro Njingik :
Kopi kucing, aku gawe dhewe

Setro Mino:
Gaweanmu dhewe tho, apa sebape diarani kopi kucing?

Setro Njingik:
Sebape diolah lewat kucing. Yen kopi luwak kopine dipangan luwak ndisik sakdurungne diolah, kopi kucing dipangan kucing sakdurunge diolah dadi kopi bubuk. Aku pancen terinspirasi kopi luwak, ning ben gampang aku nanggo kucing wae.

Setro Mino:
Kucing doyan kopi pa?

Setro Njingik:
Ya ora no. Kopine tak gerus rada kasar, trus tak campur ikan asin, bar kuwi lagi tak pakakke kucing.

Setro Mino (wetenge mulai mules) :
Terus...

Setro Njingik:
Mengko yen wis metu bareng kotoran kucing banjur gerusan kopi disaring, dikumbah, dipepe nganti garing banjur digiling meneh nganti alus. Lha iki sampeyan sing pisanan nyoba kopi kucing loh, wong rong tau ana sing tak suguhi kopi kucing. Aku dhewe arep ngrasakke ora tegel je. Piye Kang, enak ora rasane?

Setro Mino:
Hoeeeeeekkkk! Hoeeeekkkkk! (Undil - 2012)

gambar diolah dari : www.lonvig.dk

Cerita lucu lain:
Pitik Mogok Mangan
Bakso Bangjo lan Kucing Klawu
tags: blog bahasa jawa, cerita bahasa jawa, cerita lucu basa jawa

Puisi Ulang Tahun buat Sahabat: Tak Pernah Kesepian


Di sini sendiri
sunyi senyap
hanya berteman
bayang-bayang
berkawan semangat
dalam kerja keras
curahkan peluh dan pikiran
wujudkan impian

Inilah hidupmu teman
yang tak pernah kesepian
persahabatan tak kau artikan
harus selalu berdekatan
berteman
bukan berarti
tak pernah sendiri

Mimpimu dan mimpinya
pastilah tak sama
bolehlah jiwa bertaut
tapi raga biarlah berkelana
wujudkan mimpi-mimpi
dengan kerja keras
dan penuh kegembiraan

Selamat Ulang Tahun Teman
teriring doa dan harapan
semoga impianmu terkabulkan 
(Undil - 2012)

tags: puisi ucapan ulang tahun buat sahabat 


Koleksi Puisi Indah
Parade Puisi Juni: Cinta 
Parade Puisi Juli: Risalah Kesepian 
Ketika Dia Pergi

Dongeng Si Kancil Mencuri Timun - Kolaborasi Sang Kancil dan Mas Wagenugraha

Sang Kancil dalam perjalanan dari Hutan Utopia menuju Gunung Sepikul mengikuti petunjuk buku Mas Wagenugraha, seorang ahli ilmu hayati paling mumpuni di saentero Pulau Jawa. Dalam Kitab Bab Suket-suketan karya Mas Wagenugraha tertera bahwa di Gunung Sepikul terdapat beberapa jenis rerumputan yang tahan kekeringan karena memiliki umbi akar yang berfungsi menyimpan cadangan air. 

Sang Kancil akan menanam rerumputan tahan kekeringan di seputar telaga di tengah Hutan Utopia agar kelak jadi makanan cadangan buat para penghuni hutan selama musim kemarau. 

Sudah dua minggu dia menempuh perjalanan jauh tatkala tiba di sebuah kebun tanaman ketimun yang nampak memiliki batang-batang yang kurus, daun-daun yang sebagian menguning  dan buah-buah kecil yang bergelantungan.

Baru saja Sang Kancil duduk, tiba-tiba bertiup angin kencang yang menerbangkan topi orang-orangan – boneka kayu yang dipasang ditengah kebun ketimun.  Sang Kancil segera berlari mengejar topi itu dan bermaksud memasangnya kembali ke tubuh orang-orangan. Sialnya saat tangannya menyentuh dada orang-orangan, tangannya menempel  pada tubuh si boneka kayu dan tidak bisa dilepaskan.  Semakin keras dia berusaha melepaskan, semakin banyak bagian tubuh Sang Kancil yang melekat pada orang-orangan. 


Pak Tani yang menemukan Sang Kancil terjebak pada tubuh orang-orangan langsung menyangka dirinya berhasil  menangkap pencuri yang selama ini mengganggu kebunnya. Maka ditetapkanlah hukuman pada Sang Kancil untuk bekerja membersihkan ladang Pak Tani selama 6 bulan terus menerus sebelum dia boleh pergi melanjutkan perjalanan ke Gunung Sepikul. Selama menjalani masa hukuman Sang Kancil akan dirantai kakinya dan dijaga oleh Anjing Gembala.

Tentu saja Sang Kancil sangat keberatan dengan hukuman itu. Ketimun yang ada di kebun Pak Tani masih terlalu kecil untuk dimakan, dan dirinya tidak bakalan doyan memakan timun mentah itu. Lagipula tidak ada bukti bekas gigitan atau sisa-sisa timun yang dimakan di kebun itu. Jadi tuduhan Pak Tani tanpa bukti.   

Namun kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Pak Tani yang yakin Sang Kancil telah sering beroperasi menjarah ketimun. Terpaksalah Sang Kancil rela menjalani hukuman sambil memikirkan cara secepatnya pergi ke Gunung Sepikul  agar penduduk Hutan Utopia tidak kekurangan rumput di musim kering yang akan datang.

Untunglah di sela-sela waktu menjalani hukuman di ladang Pak Tani, Sang Kancil sempat ngobrol-ngobrol dengan Anjing Gembala yang bertugas menjaganya supaya tidak kabur. Dari Si Anjing Gembala, Sang Kancil tahu bahwa para petani di desa akhir-akhir ini kekurangan air karena sumber air yang mengalir dari Gunung Putih telah dikuasai sekelompok orang bersenjata yang dipimpin seseorang yang dijuluki Orang Berkumis dari Gunung. 

^_^

Orangnya tinggi jangkung, berkulit putih bersih, bermata belo warna kecoklatan, berambut kemerahan yang dicukur cepak, dan berkumis warna merah yang jarang-jarang tumbuhnya. Walaupun demikian orang-orang menjulukinya Orang Berkumis dari Gunung. Orang ini sangat giat mencari pengikut baru. Sepekan sekali dia membayar tukang teriak di pasar-pasar untuk meneriakkan ajaran-ajarannya tentang kebebasan tanpa batas. Dia juga mengundang anak-anak muda untuk berkunjung ke perpustakaan miliknya dan berdiskusi tentang kebebasan.

Setealh merasa cukup kuat, kelompok orang yang menguasai Gunung Putih itu membendung sumber air yang memancar dari puncak gunung dan hanya membuka penuh aliran air ke dataran yang berada di sisi selatan Gunung yang tanahnya lebih rendah daripada sisi utara gunung.  

Aliran air ke arah utara masih ada tetapi tinggal setengahnya. Akibatnya tanah pertanian di desa-desa di sisi utara gunung tidak mendapatkan air yang cukup.  Pertumbuhan tanaman menjadi kurang bagus,hasil panen pun menurun. Secara umum baik padi maupun palawija hanya memberi hasil panen dua pertiga saja dari sebelumnya.  Pendeknya penduduk di sisi utara gunung dirugikan oleh pembendungan itu.
 
Belasan kali para petani mengirim utusan untuk meminta bendungan dibuka, tetapi selalu ditolak. Akhirnya para petani membentuk pasukan bersenjata dan berusaha merebut kembali  gunung itu -- namun selalu gagal. Sebenarnya jumlah kelompok yang dipimpin Orang Berkumis dari Gunung itu tidak banyak. Kekuatan mereka hanya belasan orang pasukan pemanah saja ditambah beberapa puluh pekerja tambang yang tak pandai memainkan pedang. Namun di sekeliling gunung itu terdapat dinding batu yang tidak bisa ditembus oleh para petani.  

Walaupun jumlahnya ratusan orang, pasukan petani selalu dipukul mundur karena hujan anak panah yang menimpa mereka saat berusaha mendekati benteng batu. Lagipula ketinggian benteng batu tersebut menyulitkan para petani untuk memanjatnya. Setelah mencoba berkali-kali dan gagal mengusir gerombolan dari gunung itu maka para petani menjadi jera dan mendiamkan mereka.