Cerita Cekak Bahasa Jawa: Kancil lan Pitik Walik sing rumongso kudu lucu

Mbak Dewi, juragan Bakso Bangjo nduwe Pitik Walik sing seneng ngomong lucu-lucu karo kancane. Menawa ketemu pitik-pitik liyane, Pitik Walik mesthi usaha gawe cerita lucu-lucu nganthek kancane pada ngguyu kemekelen. Dheweke kadang-kadang ngarang cerita pengalaman aneh-aneh sing durung tau dialami dening pithik liyane. Kayata lelungan numpak manuk wulung terus teturon ning mega, lan mangan woh-wohan sing tukul ning nduwur mega. Kadang-kadang Pitik Walik gawe tingkah laku lucu kaya badut yen lagi kentekan bahan lelucon. Pitik-pitik liyane pada seneng menawa kumpul karo Pitik Walik. Dheweke mesthi pada ditanggap supaya ngomong sing aing-aing.


















Sawijining ndino Pitik Walik luga adoh, terus ndelik ning guwo Slarong karo nangis nggero-nggero ngantek krungu dening Kancil sing lagi neliti wit-witan sing iso urip ning njero guwo. duniashinichi.blogspot.com

"Kowe ki ngapa tho kok nangis Pitik Walik" pitakone Kancil

"Aku sedih banget Kancil. Aku iki beda karo pithik-pithik liyane. Wuluku kwalik kaya ngene, ora rapi kaya pithik liyane" 

"Wis rapopo. Saukur wulu kok ndadak digawe mumet. Aku malah ora nduwe wulu!" jawabe Kancil

"Aku capek kancil. Aku kesel banget pendak ndino kudu ngarang cerita sing aneh-aneh ben pada gelem cedhak karo aku. Kanca-kancaku mesthi dho ora gelem srawung karo aku sing wulune aneh menawa aku ora iso gawe ngguyu"

"Wooooo kowe salah pangiro kuwi! Kowe rasah lucu kanca-kancamu ya padha seneng cedhak karo kowe kok. Malah akeh sing seneng menawa kowe gelem ngrungokkake ceritane liyan. Salah menawa awakmu ngiro kudu lucu utawa ngomong sing menarik perhatian ben ditresnani liyan" celathune Kancil

"Hooh po? Aku rasah kudu pendhak ndino ndagel ben disenengi dening kanca-kancaku?"

"Laiyo rasah no! Mbak Dewi juraganmu iku malah sok makani aku, arepo dudu ingon-ingone tur ora lucu. Aku iki ora tau ndagel ya iso nduwe kanca akeh kok!. Sing penting kowe seneng tetulung marang kancamu lan gelem ngrungokke pendapate kancamu. Sing luwih utama ora pakewuh ngandani kancamu bab kebenaran lan tumindak sing keliru"  nasehate Kancil

"Tak delok bener kandhamu Kancil. Kancamu iku akeh banget, luwih akeh tinimbang kancaku arepo kowe ora iso ndagel. Wah tiwas aku rumongso kudu nglucu wae pas lagi kumpul karo kanca-kancaku. Rumangsaku nek aku ora iso nggawe guyu bakalan ditinggal karo kanca-kancaku"

"Ora Walik!. Ora bakal ditinggal kanca sing apik-apik. Kowe saiki uripo sing normal wae. Ngomong lucu ya rapopo, ning rasah digawe-gawe. Mesthi akeh wong liyo sing cocok karo kowe" ujare Kancil

"Yoh nek ngono aku tak rasah mekso awakku kudu lucu. Aku arep apa anane wae. Aku wis kesel banget ndadak nglucu saben ndino. Maturnuwun Kancil, kowe pancen kancaku sing paling wicaksono" celathune Pithik Walik kanthi rupa sumringah.

Wiwit dino iku Pitik Walik wis ora meksa awake nglucu terus pnedhak dino. Awale pitik-pitik liyane pada gumun kok saiki Pitik Walik perilakune bedha. Nanging suwe-suwe kancane malah tambah akeh amarga Pitik Walik seneng ngrungokke omongane pithik liyane (undil -2014).


gambar diambil dari painting-palace

Arya Penangsang dan Para Penyembah Ikan

Matahari telah condong ke barat tatkala rombongan berkuda itu tiba di sebuah desa di tepi pantai. Ada sepuluh orang berkuda pada rombongan itu. Paling depan adalah seorang anak muda berbadan tinggi, berambut lebat dan beralis tebal. Hidungnya yang mancung membuatnya berbeda dengan orang-orang yang berada di rombongannya. Dia mengenakan pakaian atas dan bawah dari katun berwarna putih, dengan sorban melilit kepalanya. Di belakangnya ada sembilan orang berpakaian biru dan bercelana panjang merah dari katun. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro berkibar menutupi punggung mereka.




















Ketika memasuki halaman balai desa tempat Ki Lurah berada, mereka turun untuk meminta ijin mendirikan tenda di lapangan rumput di samping balai desa. Rombongan itu bermaksud bermalam di situ. Ki Lurah yang sudah tua mengijinkan rombongan itu menginap. Tanpa disadarinya kedatangan orang-orang itu telah membuat  sebagian warga tidak senang. Termasuk Jaluningratan, tokoh pemuda desa yang memiliki ratusan pengikut setia. duniashinichi.blogspot.com

Pagi-pagi ratusan pemuda yang tidak senang itu telah mengepung tenda dan berteriak-teriak menyuruh para penghuninya keluar dari dalam tenda. Dua orang yang berjaga di depan tenda nampak telah bersiaga jika para pemuda desa itu tiba-tiba menyerbu. Sesaat kemudian si pemuda jangkung nampak keluar tenda, disusul oleh tujuh orang lainnya.

"Hai kalian para pengacau. Bukankah kalian yang enam bulan lalu membuat para penduduk desa tetangga meninggalkan sesembahan kami dan tidak mau lagi menyerahkan 100 ekor kerbau untuk dikorbankan pada Sang Ratu dari lautan?" teriak  Jaluningratan

"Sabar teman. Kami bukanlah pengacau. Kami hanya rombongan yang sedang melintas di tempat ini" jawab seorang setengah baya berjenggot mencoba menenangkan.

"Kalian jangan berpura-pura! Kalian telah mempengaruhi orang-orang di sini. Hai kau anak muda, kau pasti pemimpin rombongan ini. Siapa namamu?" lanjut  Jaluningratan

"Aku Arya Penangsang. Hamba Allah, santri setia Sunan Kudus dan Ksatria Demak Bintoro yang telah bersumpah untuk membela kebenaran. Kami sedang dalam perjalanan dakwah ke ujung timur pulau Jawa" jawab anak muda jangkung itu.  

"Kau, kau..... kau Pangeran Arya Penangsang dari Jipang Panolan itu?.  kata Jaluningratan dengan gugup

Tanpa sadar Jaluningratan mundur tiga langkah ke belakang karena terkejut mendengar nama Arya Penangsang. Namun kemudian dia berbisik-bisik dengan seorang berambut gondrong dan berpakaian hitam-hitam disampingnya yang kemudian menepuk-nepuk punggung Jaluningratan, seolah sedang berusaha membesarkan hatinya. 
 
"Pangeran!. Lihatlah dirimu telah dikepung ratusan anak buahku! Kau boleh gagah perkasa bersama pasukanmu, tapi di tempat ini kau yang hanya ditemani beberapa pengikutmu adalah seorang pesakitan!. Kau telah membuat penduduk desa tetangga menghianati dewa kami. Kau tak bisa diampuni. Kalian adalah tawananku. Hari ini kau harus menyerah padaku, atau kubunuh kalian semua di tempat ini" teriak Jaluningratan setelah berhasil menguasai diri. Nampaknya dia sengaja berteriak lantang untuk membesarkan hatinya yang mulai diliputi rasa takut.

Orang tua berjenggot yang berdiri di samping Arya Penangsang berbisik kepada anak muda itu. Dikatakannya bahwa penduduk desa ini unik, memiliki kepercayaan berbeda dengan tempat lain. Mereka adalah para penyembah makhluk penghuni lautan. Menurut laporan-laporan yang masuk ke Jipang Panolan, di wilayah ini masih banyak penduduk yang percaya pada kekuatan para penghuni lautan. Makhluk yang paling mereka takuti adalah makhluk raksasa yang terkadang muncul di lautan. Mereka menyebutnya Sang Ratu dari lautan. Ratu yang sangat besar dan konon bisa menyemburkan uap air dari kepalanya.  Setiap tahun ratusan kepala kerbau dibuang ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Ratu.

Selama ini belum pernah ada laporan penduduk desa melakukan kekerasan terhadap para musafir. Namun agaknya pengaruh Demak Bintoro yang telah menyentuh desa-desa tetangga membuat pengaruh para penyembah ikan merosot dan membuat sikap mereka kepada orang-orang asing berubah.

Arya Penangsang - Kisah Tohpati Sang Panglima Jipang Panolan melawan Perampok Kademangan Pudak Muncul

Sebanyak 40 orang pasukan senapan Jipang Panolan itu beristirahat di pendopo. Sepatu-sepatu kulit mereka dilepas di bawah tangga pendopo. Pasukan itu mengenakan seragam celana panjang warna merah dari kain yang tebal, kemeja lengan panjang warna biru dari katun, serta mengenakan sabuk kulit besar tempat mengaitkan pedang, dan aksesories tempur lain. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro dikenakan dipunggung sebagai tanda kebesaran pasukan, dan kupluk coklat menutup kepala mereka yang rambutnya dicukur cepak.


 






















Para Ksatria terlihat duduk-duduk di atas tikar sambil melepas lelah setelah semalam bertempur. Sebagian dari  mereka sibuk mengelap dan meminyaki senapan lontak. Sebagian yang lain memeriksa kelengkapan tempur seperti teropong binokuler, topi baja, pedang perunggu, bola-bola timah peluru, kantong penyimpan mesiu dan tongkat pelantak yang digunakan untuk memasukkan peluru ke dalam moncong senapan.

Seorang ksatria berpakaian putih-putih dan bersorban nampak memeriksa tubuh teman-temannya satu persatu dengan seksama sambil sesekali memberi nasehat. Dia juga memberi butiran-butiran ramuan untuk prajurit yang terlihat kelelahan. Nampaknya dia adalah seorang dokter militer yang biasa terdapat pada kesatuan militer modern yang akan melakukan perjalanan jauh. Sementara puluhan kuda Arab tunggangan para prajurit itu ditambatkan di samping pendopo, beserta dua buah kereta kuda berisi penuh buku-buku tebal yang masing-masing ditarik dua ekor kuda. Kuda-kuda setinggi orang dewasa itu nampak sedang diberi makan dan dimandikan oleh para pekatik Ki Demang Pudak Muncul. 

Panglima pasukan kecil itu adalah seorang pemuda berbadan tinggi, ramping, berhidung bangir,  sigap gerak geriknya. Pertempuran semalam menunjukkan bahwa dia adalah seorang musketer yang memiliki kemampuan menembak jitu. Dia adalah murid Sunan Kudus yang terkenal cerdas dan berani. Fasih berbahasa Arab, bahasa Turki, dan tentu saja mengusasai bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan di kepulauan nusantara. Selain cakap dalam ilmu militer dia juga memiliki kemampuan dalam ilmu ekonomi sebagai hasil mendalami risalah-risalah Ibnu Khaldun selama berada di Turki. Ibnu Khaldun adalah bapak ekonomi modern asal Tunisia. Kemampuan ilmu ekonomi ini sangat penting bagi negara maritim seperti Demak Bintoro yang mengandalkan pemasukan dari perdagangan.

Namanya Tohpati. Seorang perwira muda yang mendapat pendidikan khusus oleh Brigade Janissari di Enderun Akademi, Istambul. Tohpati juga berpengalaman dengan serangkaian pertempuran bersama pasukan Janissari melawan batalyon-batalyon Eropa di medan tempur yang membentang luas dari Serbia, Hungaria, Kroasia, Austria, Rhodes hingga Pulau Malta. Di mata Ki Demang Pudak Muncul, kemampuan tempur pasukan Tohpati tadi malam benar-benar mencerminkan keharuman nama Ksatria Jipang pimpinan Pangeran Harya Penangsang yang terkenal sebagai barisan Ksatria Demak Bintoro yang sangat disegani oleh para penjelajah Eropa baik di lautan maupun di daratan. 

Jodoh Buat Lestari

Hari itu adalah untuk kesekian kalinya Reza makan sop ayam di warung itu. Kuah yang gurih, daging ayam yang manis-empuk dan sayuran yang masih terasa getah-getah kesegarannya, membuat Reza rajin mendatangi warung sop ayam itu sepulang kerja. Setelah menyajikan sop ayam di meja Reza, tiba-tiba Pak Tua pemilik warung berkata sesuatu pada Reza.

"Anakku minggu depan akan pulang. Saya berharap Mas Reza mau datang ke sini untuk sekedar berkenalan. Siapa tahu Mas Reza berjodoh dengannya"



















Reza kaget bukan kepalang dengan kata-kata si pemilik warung. Tak disangkanya Pemilik warung berharap Reza bersedia menjadi suami bagi anaknya yang merantau ke kota. Sebulan ini Pak Tua memang sering menceritakan tetang anaknya. Awalnya tentang perangai anaknya selama masih tinggal bersama dirinya, tentang kebaikan hatinya, tentang kerajinan membantu orang tua, tentang ketekunan anaknya belajar agama. 

Kemudian dia bercerita tentang anaknya yang sedang melanjutkan kuliah di Jakarta, tentang teman-teman anaknya, tentang kegiatan anaknya di Jakarta. Semua diceritakan dengan rinci kecuali tentang dimana anaknya berkuliah dan tentang wajah serta penampakan fisik anaknya.

Sejanak kemudian Pak Tua melanjutkan kata-katanya:

"Diandra Amartya Lestari, itulah nama anakku. Dia sangat percaya kepadaku. Jika aku mengusulkan dirimu menjadi suaminya, aku hampir pasti dia akan menyetujuinya. Sekarang semuanya terserah pada Mas Reza. Jika Mas Reza tertarik setelah bertemu dengannya, saya akan mengatur tanggal pernikahan kalian"

Pak Tua melanjutkan kata-katanya tanpa menunggu reaksi Reza. Dirinya tidak kenal dekat dengan Pak Tua. Namun sering bertemu di masjid tiap kali sholat shubuh dan Isya. Juga Reza sering membawa teman-temannya makan di warung sop ayam favoritnya itu, sehingga Pak Tua kenal dengan banyak teman dekat Reza. Selebihnya mereka berdua jarang bercakap-cakap. Terkecuali sebulan terakhir Pak Tua sering menceritakan tentang anaknya yang sudah hampir lulus kuliah.