Cerita Kepahlawanan Prajurit: A Man of Honour - Ksatria Biru

Aku hanyalah sekrup kecil
pada roda sejarah peradaban manusia
Cita-citaku sederhana saja,
sekali berarti, sudah itu mati.

^_^

Situasi telah menggenting. Sekitar delapan belas ribu laskar musuh dengan bantuan senjata catapult – senjata mirip ketapel raksasa yang melontarkan batu-batu besar -- berhasil menjebol benteng pertama. Kini mereka berada persis di luar tembok istana dan mulai merangsek masuk ke pintu gerbang utama. Lima ratus prajurit pengawal raja tak akan bisa berbuat banyak membendung mereka. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah bertahan, sambil terus menyusun rencana menyelamatkan raja.

catapult melontarkan batu

Berita buruknya adalah kepala pasukan pengawal raja telah gugur. Berita baiknya adalah sejauh ini para pengawal masih berhasil membendung penyerbu di depan pintu gerbang dengan menuangkan berdrum-drum ramuan minyak pekat & belerang yang menghasilkan nyala api yang mengambang di parit air di depan gerbang istana. Sebuah barikade api yang efektif menghalangi gerak maju musuh.

Entah sampai kapan barikade api itu mampu menahan musuh. Namun yang pasti tak akan lebih dari satu jam. Dalam satu jam, empat ratus orang yang bertugas menjaga pintu gerbang dan menjaga nyala api akan habis dibabat oleh peluru-peluru crossbow dan batu-batu catapult yang menghujani mereka. Seratus orang pengawal sisanya berada di sekeliling kamar raja yang sedang terbaring sakit di ranjangnya -- adalah harapan terakhir untuk menyelamatkan raja.

Barikade api untuk sementara berhasil menghambat pendobrakan pintu gerbang menggunakan gelondongan kayu yang dibawa alat perang yang mirip rumah berjalan. Konstruksinya berupa kayu gelondongan yang diletakkan di dalam “rumah bertingkat” yang dilengkapi roda untuk bergerak dan atap untuk melindungi prajurit dari hujan anak-panah. Dengan adanya atap -- para prajurit musuh yang sedang mendobrak pintu -- terlindung dari hujan anak panah yang dilontarkan para pengawal raja. Dari lantai atas rumah pendobrak, para prajurit musuh dapat memanjat tembok istana.

battering ram pendobrak pintu gerbang

Namun barikade api telah memaksa belasan rumah pendobrak itu berhenti beberapa puluh meter didepan gerbang — setelah melihat puing-puing rumah pendobrak terdahulu yang habis dimakan api bersama seluruh prajurit yang mengendarainya — saat nekad menembus lautan api.

Kerusakan paling parah justru disebabkan oleh batu-batu raksasa yang dilontarkan catapult. Tembok Istana berlubang-lubang besar dan sebagian menara pengintai roboh akibat dihantam batu besar bertubi-tubi.

^_^
Setiaku bukan untuk negeriku
Setiaku bukan untuk bangsaku
Setiaku bukan untuk rajaku
Setiaku hanyalah pada prinsip hidupku


Ksatria biru termenung memikirkan cara meloloskan raja dari kepungan. Sementara Wakil Panglima pengawal raja — yang setelah tewasnya sang panglima menjadi kepala pasukan -- nampak sangat gelisah. Bahkan dia hendak memutuskan semua pengawal akan bertempur habis-habisan sampai mati di sekeliling raja. Sebuah usulan heroik -- yang sayangnya bukan saja membunuh seluruh pengawal tetapi juga tidak akan menyelamatkan raja.

Sejenak bimbang memenuhi benak Ksatria Biru. Selama ini Sang Raja telah meminggirkan dirinya sebagai kadet terbaik lulusan akademi militer. Sebagai perwira pengawal paling trampil, paling berpengalaman dan paling senior -- menurut tradisi kerajaan -- seharusnya dirinyalah yang diangkat menjadi panglima pasukan pengawal raja. Namun sang raja memilih prajurit senior dari kesatuan lain. Bukan itu saja. Raja juga menyerahkan jabatan wakil panglima kepada seorang prajurit baru yang belum memiliki kemampuan tempur yang memadai. Kini prajurit baru itu hendak mengambil keputusan tanpa disertai pertimbangan yang matang.

Namun kebimbangan itu segera sirna. Ksatria biru adalah ksatria yang punya harga diri. Dia telah berlatih keras untuk menguasai emosi. Dia sepenuhnya bertindak atas dasar prinsip-prinsip hidup. Baginya kehormatan adalah segalanya. Kehormatan adalah nyawanya. Dia hanya hidup dalam bingkai kehormatan. Dia akan menjunjung tinggi kehormatan dan meletakkan keinginan-keinginannya dibawahnya. Dia bahkan meletakkan harga nyawanya di bawah harga kehormatan.

Kini kehormatannya adalah sebagai pengawal raja. Dia harus mempertaruhkan semua yang dimilikinya untuk menyelamatkan raja. Dia harus rela mengorbankan dirinya. Bukan demi raja. Tapi demi kehormatannya sebagai pengawal raja. Demi takdir yang digariskan Tuhan kepadanya. Demi mempertahankan mukanya di hadapan Tuhan yang memberinya amanah sebagai seorang pengawal raja. Demi amanah itu dia rela menyingkirkan semua sakit hatinya. Bahkan bila nyawa taruhannya.

crossbow
Raja adalah pemimpin yang bijak. Hanya dia yang sanggup menyatukan semua pangeran penguasa propinsi untuk menahan serbuan musuh. Hanya dia yang suaranya diikuti para pangeran yang saling bermusuhan itu. Hanya dia yang sanggup mencegah perang saudara yang akan dimanfaatkan musuh untuk menguasai negerinya. Tanpa kehadirannya seluruh negeri akan segera jatuh ke jurang penjajahan. Walaupun raja juga punya kelemahan, yaitu lemah dalam kaderisasi. Raja lebih suka mengangkat orang-orang dekatnya di posisi kunci dan mengabaikan para senior yang telah mengabdi puluhan tahun kepadanya. Namun harus diakui bahwa tidak ada seorang pun di Istana yang mampu menggantikan raja. Menyelamatkan raja adalah menyelamatkan seluruh negeri.

^_^
Tidak masalah siapa yang akan dapat piala
Yang penting masalahnya terselesaikan.

Setelah berhasil meyakinkan wakil panglima untuk mempercayakan misi penyelamatan raja kepadanya -- Ksatria Biru segera menyusun rencana untuk keluar dari Istana. Memang semua jalan keluar telah dikepung. Juga jalan keluar lewat lorong bawah tanah yang berujung di seberang sungai yang melintas di utara tembok istana. Ada sekitar tujuhratus pasukan musuh yang berjaga di seberang sungai. Sehingga lari lewat sana sama saja dengan bertempur habis-habisan dengan lawan yang jauh lebih besar.

Namun tak ada jalan lain. Hanya jalan itu yang paling mungkin ditembus. Diajaknya berunding para perwira. Kemudian mereka menyusun rencana meloloskan diri melewati lorong bawah tanah. Dibaginya 100 pengawal menjadi tiga kelompok. Rombongan pertama berjumlah tujuhpuluh orang yang akan pertamakali menyeberangi lorong dan bertugas menyerbu pasukan lawan di seberang sungai hingga membuka jalan lolos bagi raja.

Rombongan kedua berjumlah duapuluh orang adalah rombongan yang berpura-pura membawa raja untuk diselamatkan. Diharapkan pasukan musuh akan terpancing untuk mengejar rombongan ini. Seorang prajurit akan berpura-pura sebagai raja yang naik kuda dalam gendongan seorang pengawal.

Rombongan ketiga adalah rombongan yang membawa raja. Terdiri dari sepuluh orang pengawal raja. Mereka adalah tameng hidup yang akan menghadang semua anak panah, peluru crossbow dan tombak yang dilontarkan musuh. Seorang pengawal akan menggendong raja yang sedang sakit di atas seekor kuda yang paling kuat. Ksatria Biru akan berada di depan sambil memutar-mutar tombak untuk membuka jalan. Pengawal yang lain berada di samping dan dibelakang kuda yang ditunggangi sang raja.

^_^
Hal-hal yang terbaik dan terindah
tidak dapat dilihat dan disentuh
Mereka hanya dapat dirasakan dengan hati

Helen Keller

Sebelum menjalankan misinya, keseratus pasukan pengawal raja saling berpelukan, bertangis-tangisan dan berdoa. Besar kemungkinan hari ini adalah hari terakhir bagi sebagian besar mereka dapat bertemu kembali. Jumlah lawan yang sangat besar membuat peluang mereka untuk selamat hanyalah setipis helaian rambut saja. Namun mereka adalah para ksatria pilihan. Boleh menangis tapi pantang mengasihani diri sendiri. Boleh memiliki perasaan takut dan marah, namun harus bertindak dengan kepala dingin tanpa emosi. Hanya butuh beberapa saat bagi mereka untuk pulih dari emosi yang meluap-luap saat saling mengucap kata perpisahan. Kini mereka telah siap untuk bertempur sampai mati.

Persis seperti yang direncanakan. Pasukan pertama yang tiba-tiba muncul dari mulut terowongan bawah tanah mengejutkan lawan. Segera terjadi pertempuran sengit. Para pengawal yang terlatih baik tersebut dengan cepat berhasil membuka jalan diantara formasi pasukan musuh. Setelah terlihat ada jalan untuk meloloskan diri, rombongan kedua muncul sambil membawa seorang pengawal yang pura-pura menjadi raja.

Segera setelah rombongan itu melintas -- ratusan prajurit musuh terpancing untuk mengejar mereka. Sementara rombongan pertama yang tinggal tersisa belasan orang masih bertempur habis-habisan melawan seratusan pasukan musuh yang ditugaskan untuk bertahan di sekitar mulut terowongan.

Pada saat itulah rombongan ketiga yang membawa raja asli keluar dari terowongan. Segera saja rombongan itu dihujani dengan peluru crossbow, anak panah dan tombak. Namun mereka dengan tangkas menangkis hujan senjata itu. Sembilan pengawal raja sengaja merapatkan kuda-kudanya ke kuda sang raja, agar tubuh mereka dapat menjadi tameng hidup bagi panah-panah yang ditujukan pada raja. Beberapa anak panah yang tidak berhasil ditangkis, menancap di tubuh para pengawal. Walau begitu mereka berhasil membawa raja lepas dari kepungan musuh.





Sejenak pasukan musuh terhalang oleh sisa-sisa pengawal rombongan pertama yang berusaha keras menahan pasukan musuh dari mengejar raja. Namun jumlah mereka dengan cepat menyusut akibat kekuatan personil yang tidak seimbang. Beberapa saat kemudian semua pengawal yang gagah berani itu telah gugur. Pasukan musuh-pun mulai bergerak untuk mengejar raja.


Kini posisi musuh adalah mengejar di belakang rombongan raja. Berhubung kuda yang ditunggangi raja tidak bisa berlari kencang karena bermuatan dua orang – pelan-pelan mereka tersusul. Jarak raja dengan dengan para pengejar semakin dekat. Sebentar lagi mereka bisa melontarkan anak panah ke arah raja. Pada saat itulah Ksatria Biru mengambil keputusan penting. Ksatria Biru beserta delapan orang pengawal raja mendadak berhenti. Kuda-kuda mereka berbalik menghadap kuda-kuda para pengejar. Sementara kuda sang raja dibiarkan berlari menjauhi mereka.


Tahulah para pengejar bahwa para pengawal raja itu akan mengorbankan nyawanya demi keselamatan raja. Maka jalan satu-satunya adalah berusaha membunuh mereka secepat mungkin agar segera dapat melanjutkan pengejaran. Namun pertempuran yang terjadi kemudian berkata lain. Sembilan orang itu bertempur dengan taktis dan tangkas dengan tombak-tombak mereka yang panjang sehingga berhasil menahan laju seratusan prajurit musuh dalam waktu cukup lama. Sang raja pun berhasil meloloskan diri.


^_^


Aku hanyalah sekrup mungil
di roda sejarah peradaban manusia
Cita-citaku sederhana saja
Sekali berarti, sudah itu mati.
Ksatria Biru feat Chairil Anwar

Lebih dari dua puluh anak panah dan peluru crossbow telah tertancap di dada Ksatria Biru. Tak terhitung lagi peluru crossbow yang tertancap di kakinya. Kudanya juga telah roboh ke tanah dan mati. Delapan orang temannya juga telah terbunuh. Hanya dirinya yang masih bertahan. Pedangnya telah patah. Tombak yang dipegangnya basah bersimbah darah musuh. Perisainya telah terbelah akibat dihantam batu besar dari catapult. Topi bajanya pecah saat dihantam pedang lawan. Tenaganya telah habis. Gerakannya lamban.


Satu persatu satu senjata musuh yang mengepungnya mulai menyentuh tubuhnya yang melemah. Sebelum akhirnya sebuah tombak yang dilontarkan musuh tak sanggup ditangkis dan menancap tepat dijantungnya. Mengakhiri perlawanannya. Tubuh Ksatria Biru roboh ke tanah. Dia mati seperti keinginannya – mati sebagai seorang ksatria yang teguh menjaga kehormatannya. (nl-bandung desember 2006)

















0 komentar:

Post a Comment