Dongeng Sang Kancil vs Suku Penjarah

Berita tentang sepak terjang Suku Pongpongbolong sudah meluas sampai ke hutan-hutan di sekitar Laguna Biru. Suku Pongpongbolong adalah sekelompok orang kurang terpelajar yang kerjanya merambah hutan, menebangi kayu-kayunya dan membakar sisanya. Mereka juga memburu binatang-binatang hutan untuk diambil kulitnya atau diawetkan untuk dijual.

Begitu mereka berhasil memasuki sebuah hutan mereka akan merusaknya, mengaduk-aduk tanahnya untuk mencari logam mulia dan meninggalkannya setelah tidak ada pohon, hewan dan barang berharga yang tersisa untuk dijarah. Tak heran mereka sukses merubah hutan-hutan lebat menjadi padang tandus, kering dan berantakan.



Kengerian akan sepak terjang mereka semakin bertambah saat kelompok penjarah itu mulai mampu membeli senapan dan mesiu untuk memperlancar aksi penjarahan hutan. Perlawanan dari kawanan Macan dan Gajah yang mengamuk  menjadi tidak ada artinya di hadapan terjangan timah panas. Senapan-senapan itu membuat mereka tak mampu dilawan para binatang. Karenanya Suku Pongpongbolong sangat ditakuti oleh para penghuni hutan.   

Binatang penghuni Hutan Utopia di seberang selatan Laguna Biru sudah mulai resah mendengar kabar kedatangan suku Pongpongbolong di hutan cemara sebelah utara Laguna. Mereka telah mendirikan tenda-tenda di tepi Laguna. Sebentar lagi makhluk-makhluk penjarah itu akan menebangi pohon cemara untuk membuat rakit-rakit guna menyeberangi Laguna menuju Hutan Utopia yang sangat subur dan kaya aneka ragam kekayaan hutan. Sebuah hutan impian bagi Suku Pongpongbolong untuk dijarah sampai tandas.

^_^

Ratusan penghuni Hutan Utopia telah berkumpul di depan rumah Sang Kancil untuk meminta nasehat-nasehat menghadapi kedatangan Suku Pongpongbolong. Sang Kancil yang dikenal oleh para penghuni hutan sebagai binatang paling kutu buku sehutan raya adalah satu-satunya harapan mereka. Si gudang ilmu pengetahuan nampak keluar dari rumahnya, memakai syal sambil berjalan terhuyung-huyung dipapah dua ekor gajah yang menjadi asistennya . Rupanya dia sedang sakit flu berat.

“Maafkan aku sedang sakit, tidak bisa lama-lama berada di luar rumah” ujar Sang Kancil

“Temui kami sebentar saja. Kami hanya minta nasehat cara menghadapi para penjarah Suku Pongpongbolong dengan ilmu pengetahuan & kebijaksanaan yang kau pelajari selama ini”

“Dengarlah ini kunci kemenangan kalian. Mereka orang-orang bodoh yang malas belajar dan pendek akalnya. Mereka yang hanya bisa menjarah hutan dan merusaknya tanpa kesadaran untuk memeliharanya atau memanfaatkan untuk hal-hal lain seperti bercocok tanam atau memelihara ternak. Kalian harus menggunakan hasil pemikiran bersama untuk mengalahkan mereka” kata Sang Kancil

“Ajarkan pada kami satu taktik melawan mereka. Kami akan berunding untuk mencari cara-cara tambahan untuk mengalahkan mereka” kata Beruang Madu selaku wakil para binatang.

Para binatang tahu bahwa Sang Kancil paling tidak suka mendiktekan cara menyelesaikan suatu masalah. Dia hanya mau memberi beberapa petunjuk, selanjutnya para binatang harus mendiskusikan di antara mereka untuk mendapatkan cara terbaik mengatasi suatu masalah. Sang Kancil berpandangan bahwa hasil pikiran ratusan binatang akan lebih baik dibanding hasil pikirannya seorang diri. Karena itulah dia enggan mengajarkan pemecahan masalah secara utuh dari A sampai Z.

“Baiklah aku ajarkan satu cara. Namun kalian harus berunding guna melengkapinya agar menjadi satu taktik yang hebat untuk mengalahkan mereka”