1001 Ways to Reaching The Best

Bila Singa tua
enggan mengajak anaknya berburu
karena tak banyak membantu.
Maka raja hutan berikutnya
adalah gajah.


^_^

“Keren banget!!. Akhirnya kau memberanikan diri bilang padanya bahwa dia adalah salah satu manajer terhebat di perusahaanmu ?” tanya Shinichi Kudo pada Maruko yang baru saja selesai mengaduk ice cream-coffe asli Pasadena yang telah terhidang di mejanya.

“Yup, dan aku kaget banget atas reaksinya”


“Dia tersenyum gembira gitu ya?”

Maruko hanya tersenyum sambil mengangkat bahunya.

“Dia terharu ?”.

Maruko hanya tertawa.

Wow...! Dia menitikkan air mata ? Memelukmu...?”

“Yah. Lebih dari itu. Dia juga dengan terbata-bata sangat berterimakasih kepadaku. Berterus terang sepanjang karirnya baru kali ini dia mendapat pujian atas sisi terbaik yang pernah dia raih”

“Pasti selama ini dia tidak menyadari bahwa dirinya hebat bila dipandang dari sisi itu?”.

“Yup. Megumi nggak pernah menyadari karya terbesarnya. Bahkan dia mengakui terkadang terjebak untuk membanding-bandingkan dirinya dengan sebagian teman-temannya yang karirnya melesat jauh meninggalkannya”

^_^

Sore hari itu. Menjelang pulang kantor. Maruko sengaja menemui manajernya. Setelah mengobrol kesana kemari akhirnya Maruko mengutarakan sesuatu. Maruko menyatakan bahwa dia ingin Megumi tahu bahwa Megumi adalah salah satu manajer terbaik di perusahaan. Dia adalah seorang pemimpin bertangan dingin yang mampu mencetak kader-kader yang kompeten, berkepribadian baik dan berpandangan jauh ke depan.

Bimbingan intensif. Penugasan diklat ke universitas-universitas di Bandung, Bogor dan Jakarta. Serangkaian pelatihan eksternal ke Jepang, Malaysia, Korea & negara-negara Eropa Barat yang dengan gigih diperjuangkan untuk para asistennya. Kesempatan untuk mengerjakan proyek-proyek kritis dengan backup penuh dari Megumi. Semua itu telah membuat para asistennya berkembang lebih cepat daripada asisten-asisten di departemen lain. Belasan asisten yang pernah berada di bawah bimbingannya hampir semuanya menunjukkan bahwa mereka terlatih dengan sangat baik. Bahkan beberapa orang asisten telah melampaui karir Megumi.

Megumi sangat terharu dengan pernyataan Maruko. Dia sama sekali tidak pernah menyadari sisi terbaik dari kinerjanya. Selama ini dia hanya tahu bahwa dalam beberapa hal teknis dan organisasi kemampuannya memang tidak sehebat beberapa manajer lain. Namun pernyataan Maruko telah membuka matanya. Bahwa kinerjanya tidak selamanya berada dibawah para bintang perusahaan. Selama ini dia menganggap anak buah adalah murid-muridnya. Sebagai seorang guru dirinya sewajarnya bekerja keras untuk mengajari dan mengembangkan mereka. Itu saja. Dia tak pernah menyadari bahwa keberhasilan mereka adalah keberhasilan dirinya juga.

^_^

Langit kuning dan matahari mulai terbenam ketika Maruko menyelesaikan ceritanya. Lampu-lampu luar Pasadena juga telah dinyalakan. Diam-diam Shinichi merasakan ada pesan lebih kuat yang ingin disampaikan Maruko secara tersirat. Yaitu pencapaian seorang manajer tidak semata-mata dilihat dari kinerja departemen dan raihan jenjang karir. Banyak hal yang dapat dijadikan parameter. Untuk melihat kinerja manajer sebagai seorang pemimpin – perkembangan para asisten sangat layak untuk dijadikan ukuran. Walaupun karir Megumi biasa-biasa saja dibanding sebagian teman-teman seangkatannya namun dia layak berbangga karena dia berhasil mempersiapkan para asistennya dengan sangat baik. Seperti kata Maruko sore itu :
“Sehebat apapun seorang manajer, tidak banyak artinya buatku bila kehadirannya tidak membuat diriku berkembang lebih baik”

Puisi tentang TV: Di Bawah Duli Sang Maharadja

Setiap pagi
Setiap sore dan
Setiap malam
Tak lupa aku menghadapmu

Untuk mendengarkan segala kata-katamu
Untuk mendengarkan cerita-ceritamu
Untuk mendengar bisik-bisikmu
Mendengar kabar-kabar baik
maupun kabar-kabar buruk darimu

Sungguh!
Kurelakan waktuku untukmu
Bahkan kugeser jadwal-jadwalku
Kuatur lagi janji-janjiku
hanya untuk menghadapmu

Kukorbankan
waktu belajarku,
waktu untuk keluargaku,
waktu untuk sahabatku,
untuk dapat bersamamu

Begitu besar pengorbananku
Tak pernah terpikir olehku
untuk menuntutmu
agar lebih memperhatikan keinginanku
Tak pernah terlintas
untuk bandingkan waktuku untukmu
dengan manfaatnya buatku

Yang kupikir hanya Satu
menghadapmu di setiap waktu
Untuk duduk dengan takzim
dan mendengarkan titah-titahmu

duhai Sang Baginda Maharadja :
Pesawat Televisi di rumahku

Studi Kasus Hiromi

"Bukankah lebih baik bila kamu menahan diri dari menyalahkan dia?".

Saran Hiromi ketika Shinichi Kudo marah-marah pada temannya karena salah membeli memori CF (Compact Flash) yang akan dipasang di kamera digital. Soalnya si teman membeli memori ukuran 64 mb-- padahal memori yang dipesan berukuran besar yaitu 512 mb--- agar Shinichi bebas memotret maupun merekam video tanpa takut kehabisan memori. Kini dengan memori sekecil itu Shinichi hanya bisa merekam video selama 8 menit, sama sekali tak akan leluasa bermain-main dengan kameranya.


Tetapi menurut Hiromi kemarahan itu tetap saja kurang tepat. Orang wajar saja berbuat salah. Bahkan si teman masih berhak diberi ucapan terimakasih karena telah rela berpanas-panas di jalanan Jakarta dan menyempatkan diri mampir ke Glodok. Pengorbanan seseorang juga harus dihargai. Shinichi tak boleh sekedar fokus pada tercapainya kepentingan sendiri. “Tak apalah sekarang salah beli, bila kau mau mengerti tentu dia seterusnya akan lebih hati-hati” kata Hiromi dengan pasti.

^_^

Kali lain Hiromi menyarankan untuk tidak memotong penjelasan orang hanya karena merasa telah tahu lanjutannya. Saat itu seorang teman Shinichi menjelaskan tentang proses pembuatan air minum isi ulang yang sedang marak menjadi topik pembicaraan umum. Berhubung pekerjaan Shinichi sehari-hari banyak bersentuhan dengan filtrasi yang dianggapnya jauh lebih rumit dari sekedar filtrasi air minum, maka Shinichi dengan gaya “koboi” memotong pembicaraan temannya. Bahkan memintanya meloncat ke inti-intinya saja. Lebih efisien dan lebih efektif, begitu pikir Shinichi.

Namun bagi Hiromi, perilaku tersebut membuat si teman merasa “bodoh” dan hanya “tahu sedikit” tentang air minum isi ulang sehingga tak pantas memberi penjelasan. Mengapa Shinichi tidak memberi kesempatan kepadanya untuk men-sharing ilmunya dan malahan menenggelamkannya?. Tak ada ruginya mendengarkan, bahkan mungkin ada sisi-sisi lain dari filtrasi yang belum pernah didengarnya. Setidaknya dari sisi penerapan filtrasi di industri kecil.

^_^

"Cobalah kau katakan padanya bahwa brownies-nya enak!" celetuk Hiromi suatu ketika--sesaat setelah makan brownies buatan teman Shinichi. Tak cukup hanya dengan berterimakasih saja, karena brownies tersebut benar-benar lezat. Katakan brownies-nya tidak kalah dengan rasa brownies yang di jual di Merdeka. Nggak usah ragu mengatakannya. Karena ungkapan penghargaan atas kelezatan roti tersebut berpijak pada kenyataan dan bukan sekedar pujian pura-pura untuk menyenangkan hatinya. Pujian tulus tersebut akan membuat temanmu mengetahui bahwa dia memiliki kompetensi dalam membuat roti. Siapa tahu kelak dia akan membangun sebuah bakery besar?. Ujar Hiromi sambil tersenyum.

^_^

Review atas tiga peristiwa tersebut disampaikan Hiromi sesuai kesepakatan mereka bahwa Hiromi akan mengoreksi perilaku Shinichi selama 1 bulan. Shinichi memang bermaksud belajar “ilmu jiwa manusia” pada Hiromi melalui studi kasus kehidupan sehari-hari. Dan Shinichi harus mengakui bahwa dirinya tak pernah mempedulikan peristiwa-peristiwa sepele seperti itu, karena dianggapnya tak berarti apa-apa bagi orang-orang sekitarnya. Tetapi menurut Hiromi hal-hal kecil tersebut harus diperhatikan karena akan berdampak besar terhadap kehidupan Shinichi

Shinobu : Benarkah kebenaran bersifat relatif ?

Tiba-tiba Shinobu memasukkan kulit kacang ke gelas Matachi yang membuat si gondrong itu kaget.

“Apa-apaan ini” katanya sambil buru-buru menarik gelasnya.

Shinobu menjawabnya dengan mengatakan bahwa dia hanyalah melakukan sesuatu yang menurutnya baik. Alhasil muka Matachi merah padam --- karena pendapat bahwa moral bersifat relatif karena merupakan buatan manusia adalah pendapat yang selama ini dibelanya mati-matian dari serangan Shinobu dan kawan-kawannya. Menurut Matachi perbuatan buruk atau baik sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah manusia memberi nilai-nilai pada suatu perbuatan yang kemudian melahirkan label apakah suatu perbuatan itu dianggap buruk atau baik.


“Relatif sih relatif. Tapi tak boleh merugikan orang lain” kata Matachi membela diri.

“Emangnya kalo kau jalan ke kamar mandi lewat depan kamarku hanya pake celana kolor dan berkalung handuk itu tidak merugikan aku. Mengganggu pemandangan tahu!” bantah Shinobu dengan muka pura-pura serius.

Diam-diam Shininichi menahan tawa melihat Matachi gelagapan tak bisa menjawab. Pastilah jagoan main drum itu menyadari bahwa bila dirinya menjawab akan segera ditangkis dengan pernyataan bahwa moral tanpa-fitrah batasannya tidak jelas, demikian juga dengan batasan merugikan orang lain. Mana yang baik, mana yang buruk akhirnya tergantung selera saja. Jadi ya jangan salahkan Shinobu bila menganggap memasukkan kulit kacang kedalam gelas adalah perbuatan mulia

Shinichi Kudo memutuskan untuk nimbrung dengan mengambil bantal Matachi, dan berpura-pura akan memakainya untuk alas duduk.
“Hey, bantal buat kepala! Bukan buat duduk. Mana kesiniin. Sini berikan padaku!” teriak Matachi sambil merebut bantalnya dari Shinichi.

Shinichi tertawa lalu mengatakan bahwa bantal itu multiguna, bisa buat kepala, bisa juga buat pantat atau bahkan buat alas kaki. Tapi yang terbaik, peruntukan bantal adalah alas kepala. Fitrah bantal adalah untuk kepala. Namun hal itu tak berlaku bagi Matachi. Seharusnya dia nggak usah peduli. Mau bantal untuk kepala, untuk pantat atau untuk kaki sama saja. Toh dia tidak percaya adanya fitrah yang harus digapai manusia, ngapain juga dia malahan percaya adanya fitrah untuk bantal.

Giliran Hiawata yang sedari tadi asyik membaca ikut beraksi. Digulungnya majalah yang baru saja selesai dibaca, dan digunakannya untuk memukul-mukul beberapa ekor lalat yang nyelonong masuk ke kamar.

“Aduh, majalah itu belum kubaca!. Kalo mukul lalat jangan pakai majalah, pakai sapu itu” katanya sambil menunjuk sapu lidi kecil yang digantung di dinding kamar.

Seperti dua orang temannya --- Hiawata mengatakan seharusnya Matachi tidak protes. Karena selama ini dia suka menertawakan orang-orang yang memprotes arena perjudian di tempat-tempat umum yang dianggapnya perbuatan memaksakan kehendak --- baginya setiap manusia bebas melakukan apa saja sesuai keyakinannya. Namun mengapa Matachi protes hanya karena majalah yang tidak digunakan pada tempatnya?. Apakah majalah lebih mulia dibanding manusia, sehingga lebih pantas untuk dijaga keutuhannya dengan memperlakukan benda mati itu sesuai tujuan penciptaannya.

^_^

Sabtu siang itu benar-benar hari yang buruk, namun mungkin juga awal renaissance bagi Matachi yang kalah telak dalam perdebatan. Tetangga sebelah Shinobu tersebut akhirnya memutuskan mengakhiri perdebatan. Limabelas menit kemudian terdengar gelak tawa keempatnya yang tengah menonton serial Adrian Monk, si detektif pengidap segudang phobia, tapi kemampuannya dalam memecahkan kasus secanggih Sherlock Holmes.

Keren Banget ADA Band : Jalan Cahaya

Laksana Air Di Gurun Pasir
Sejukan Jiwa Yang Kehausan
Di sepanjang Keruh Rapuhnya Dunia

Ku Selalu Merindukan Belaimu
Kuingin Kau Senyum Bertahta Dalam Kalbuku
Kau Hadir Disetiap Hela Nafasku
Hangat Alirkan Butiran Darahku
Betapa Suci dan Agung Cintamu
Tak Sanggup Nalarku Memikirkanmu
Kuingin Kau Senyum Bertahta Dalam Batinku

Bimbinglah Aku Dalam Pelukanmu
Jangan Lepaskan Lagi
Ijinkanlah Malaikat Menjagaku
Dari Kelamnya Nafsu Dunia
Bawalah Aku Ke jalan Cahaya
Terang Kerajaanmu
Jadikan Mimpiku Jelas Sempurna
Menyatu dalam Istana Surga.

File from : http://fitri2005.blogsome.com/category/2/ada-band/

Hey Mengapa Tubuhmu Nyetrum ?

Sore itu ketika Shinichi Kudo membantu menata kursi-kursi untuk sebuah acara di rumah tetangganya--- tiba-tiba tubuhnya tersentak. Terasa ada hentakan arus listrik saat tangannya menyentuh tiang besi penyangga tenda. Hentakan itu kembali terasa saat Shinichi mencoba menyentuh kembali tiang tersebut.

“Wah tiangnya ada setrumnya” teriak Shinichi.

Seorang temannya kaget, kemudian mencoba menyentuh tiang tersebut.

“Nggak, nggak ada setrumnya” katanya seraya tertawa.

Beberapa temannya yang lain ikut-ikutan menyentuh tiang-tiang besi tersebut, dan tidak ada yang merasakan aliran listrik. Tentu saja Shinichi penasaran. Diulurkan tangannya untuk memegang tiang---namun karena seorang temannya berada di dekat tiang---- tangan Shinichi terlebih menyentuh pundaknya.“Brrttttt......” terasa sentakan listrik dari tubuh temannya. Shinichi terkejut. Rupanya aliran listrik dari tiang telah menjalar ke tubuh orang itu.

“Wah, kamu juga nyetrum” teriak Shinichi sambil melihat temannya yang balik memandang Shinichi dengan terheran-heran.

Untunglah beberapa saat kemudian datang putri pemilik rumah, dan mbak pemilik katering yang juga merasakan adanya adanya aliran listrik di tiang-tiang tenda. Rupanya listrik tersebut berasal dari induksi lampu-lampu yang dipasang pada tenda. Akhirnya diputuskan untuk memeriksa kembali kelayakan body lampu-lampu yang baru saja dipasang.

^_^

Peristiwa sore itu menunjukkan pada Shinichi bahwa ambang batas tiap orang untuk dapat merasakan aliran listrik tidak sama. Segera saja Shinichi menganalogikan dengan hal-hal lain. Ambang batas dirinya untuk rasa pedas juga rendah. Hal itu menjelaskan mengapa dirinya megap-megap saat makan makanan yang benar-benar pedas. Juga menjelaskan mengapa sewaktu kecil Shinichi tak pernah mau minum jamu --- yang benar-benar terasa amat pahit dilidahnya. Demikian juga dengan sejumlah sayur dan buah-buahan yang tidak disukainya karena baunya. Shinichi tidak suka durian dan nangka karena aromanya sangat keras. Bahkan bau pisang yang belum dimasak juga menghalangi seleranya. Hanya setelah pisang digoreng, dibakar atau direbus yang sanggup membuat lidahnya bergoyang. Barangkali jika dirunut lebih lanjut---perbedaan ambang batas tersebut adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan sifat-sifat manusia.

Puisi pendek: Don't you know, you're so beautiful ?

Sebenarnya aku tidak bermaksud
bicara tentang wajahmu
Aku hanya ingin kamu tahu
bahwa dirimu sangat menarik

Cerdas Saja Tidak Cukup Mas!

Dini dan Doni baru saja lulus dari universitas. Doni mengambil penelitian tentang jamur, sedang Dini memilih bakteri. Keduanya sama-sama bekerja keras sampai rela menginap berbulan-bulan di laboratorium mikrobiologi untuk menyelesaikan penelitiannya. Disamping pekerja keras, keduanya adalah mahasiswa pintar, bedanya prestasi akademis Dini jauh lebih menonjol dibanding Doni. Dini adalah mahasiswa dengan prestasi akademis yang sangat cemerlang, masih ditambah segudang prestasi non akademis yang tak kalah meyakinkan. Predikat cum laude dan segepok piagam serta sertifikat yang dimilikinya membuat hampir semua teman sekampus yakin Dini akan melangkah pasti menuju dunia kerja, jauh meninggalkan Doni yang prestasinya tak begitu menonjol.

Namun kenyataan berbicara lain. Hanya dalam waktu kurang dari satu bulan Doni diterima di sebuah pabrik negatif film. Dini baru diterima di sebuah Bank 6 bulan kemudian. Bukan itu saja, Doni masih terus mendapat tawaran kerja dari beberapa perusahaan yang pernah dilamarnya. Hal yang tak pernah dialami Dini.

Mengapa?


Dini memang lebih pintar dari Doni, tetapi Dini tak memiliki sebuah ketrampilan yang dimiliki Doni. Yaitu ketrampilan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki!.
Dini sekedar cerdas saja, tapi tak tahu cara memanfaatkan kemampuan akademisnya yang luar biasa. Ibarat pelari cepat, Dini hanya mampu memenangkan kejuaraan lari bila diselenggarakan di stadion khusus untuk lari. Namun bila harus bertanding lari di alam bebas, Dini akan kalah. Meskipun larinya sangat cepat, Dini hanya tahu cara berlari di jalan raya. Sama sekali tak terpikirkan untuk lari melewati jalan pintas, menerobos gang-gang kecil, menyeberang sungai, melintasi sawah agar sampai ke tujuan lebih cepat. Akibatnya Dini dengan mudah dikalahkan oleh pelari-pelari yang kecepatannya jauh di bawah dirinya.

Berbeda dengan Dini, Doni tak hanya mengandalkan informasi lowongan kerja yang ada di kampus dan di koran-koran. Doni dengan seksama mempelajari perusahaan-perusahaan yang dia perkirakan membutuhkan keahliannya. Pabrik negatif film yang ngeri melihat serangan jamur pada gulungan negatif filmnya; pabrik kertas yang kebingungan saat gulungan kertasnya putus-putus karena ditumbuhi jamur; produsen gandum yang ingin gudangnya bebas jamur; produsen makanan yang ingin makanannya bebas bakteri dan jamur; sebuah museum lukisan di Singapura yang ingin melindungi koleksinya dari serangan jamur; bahkan industri petrokimia yang sangat antusias ingin merekrut Doni setelah dikirimi presentasi tentang pengolahan limbah menggunakan mikrobia yang memakan biaya murah dan prosesnya lebih cepat dibanding cara konvensional.


Doni mampu mengoptimalkan penerapan keahlian yang dimilikinya sehingga mendapat respon positif dari banyak perusahaan. Ketrampilan menggunakan kecerdasan adalah kuncinya. Cerdas saja tidak cukup, harus dilengkapi juga dengan usaha memperluas wawasan dan melatih kemampuan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang agar kemampuan akademis dapat diterapkan di dunia nyata (c-45 bandung)

Puisi Kepercayaan Diri: Topeng

Jangan kau buka topengku,
karena tanpanya
aku merasa tidak nyaman
disisimu.
Karena aku takut
diriku yang asli
tak cukup berharga
dimatamu

Biarlah topeng menghiasiku,
agar kau tak punya
alasan untuk meninggalkanku

Puisi tentang cinta dan rasa memiliki: BULAN PINK

02.00 a.m *_*

Dari balik jendela kamarmu
Untuk kesekian kalinya, muncul
bulan purnama penuh berwarna pink

"Selamat malam sayang" sapanya ramah

"Bulan Pink, cantik sekali malam ini" serumu

Bulan Pink tersenyum,
tapi tak dapat menyembunyikan
wajahnya yang memerah.
Sepasang matanya yang sebening telaga
menatapmu iba, seakan tahu isi hatimu.
Tatapan yang menunggu ungkapan perasaanmu.

Bulan Pink, mengapa kau selalu datang dan pergi?
Mengapa kau tak mau jadi milikku?
Tinggal-lah disini bersamaku
Jangan biarkan aku merindukanmu
Kau adalah api semangatku
Hidupku akan penuh arti bersamamu

Bulan Pink tertegun, kemudian berkata :

Sayangku, bila aku menjadi milikmu
aku akan menjadi sumber kesedihanmu
Akan kuwarnai hari-harimu dengan
melukis kesedihan di dinding-dinding hatimu

Kau terhenyak dan ragu :

Mengapa?
Mengapa akan kau warnai hatiku dengan
goresan-goresan duka?

Bulan Pink memejamkan mata, sesaat kemudian
sepasang mata bening itu kembali terbuka :

Lihatlah kedua mataku,
Keduanya menyimpan mata air kesedihan.

Mata kananku adalah mata air kesedihan karena
kegagalan memperoleh sesuatu yang kau inginkan.
Kau akan selalu bersedih karena kegagalan-kegagalanmu
Semakin banyak keinginan-keinginanmu,
semakin besar pula kesedihan yang akan kau alami.

Mata kiriku adalah mata air kesedihan
karena kehilangan sesuatu yang sukai.
Semakin besar kau merasa memiliki sesuatu,
semakin besar pula kesedihanmu.
Kau akan menjadi budak semua yang kau miliki
Kebahagiaanmu akan diatur oleh segala yang kau miliki

"Ah, Kau jangan menakut-nakuti aku dong!" protesmu
dengan suara bergetar

Bulan Pink menjawab dengan suara lunak:

Lihatlah buktinya
Sebelum memiliki aku-pun,
kau telah bersedih
karena merindukanku.
Merindukan sesuatu yang bukan milikmu!
Dapatkah kau bayangkan seberapa besar kesedihanmu
bila aku telah menjadi milikmu?

Bulan Pink mendekatkan bibirnya
ke jendela kamarmu, lalu berbisik lirih:

Anak manis, jaga diri baik-baik ya!
Jangan biarkan orang lain
mempermainkan perasaanmu
Dan jangan biarkan perasaanmu
mempermainkan dirimu.

Bulan Pink meluncur ke langit timur dan
menghilang di cakrawala.

~bandung~

Bangun Tidur

Ketika matahari pagi melihatmu
bersungut-sungut di sudut kamarmu

Ia tersenyum dan menyapa :

Hai, apa kabar sobat yang memiliki segalanya?

Kau terkejut
"Memiliki segalanya ?"
Kemudian terlintas di benakmu
apa saja yang telah kau miliki


Tempat berteduh,
Makanan,
Kesehatan,
Keindahan...
Kebijaksanaan,
Begitu banyak yang kau miliki,
Dan hanya sedikit hal yang luput darimu.
Perlahan-lahan muka yang bersungut-sungut
mulai bersinar, dan seberkas senyum melepaskan
cahaya yang menyinari setiap sudut kamarmu,
berpadu dengan cahaya matahari
yang berpendar menghangatkan bumi.

~nl~

Sirami Tumbuhan Harapan


Jogja nan indah dan aman
Namun pagi 27 Mei 2006
guncangan gempa telah
membuat rumah-rumah berserakan
dan ribuan jiwa melayang.
Air mata dan rasa belas kasihan
adalah pertanda hati anda
yang peka ikut berduka

Muliakan hati anda yang peka
dengan mengulurkan tangan
membantu mereka
menyirami tumbuhan harapan
masa depan




Salurkan bantuan untuk Korban Gempa Bumi Yogyakarta melalui MER-C:
BCA Cabang Kwitang
Atas nama Medical Emergency Rescue Committee
Nomor Rekening 686.0141114
POSKO:
Jl. Teuku Cik Ditiro No. 37 Menteng - Jakarta Pusat 10310
Telp: 021 315 9235, 021 7013 1629, 021 9373 0542
Fax: 021 315 9256
sms: 0811 990 176
email: merc@indosat.net.id
http://www.mer-c.org/



Desa Para Ksatria

Omahku rata dengan tanah
Sepeda, gelas, piring, perabotan, dan semua
barang milikku ilang dalam sekejap.
Juga nyawa adik, sepupu dan tetanggaku
Namun tidak hatiku

Aku adalah ksatria tua gagah perkasa
yang nrimo terhadap takdirku
Aku nangis sebentar saja
Aku terguncang sejenak saja
Kini aku harus menjadi srengenge
padang njingglang yang menghangatkan
tetangga-tetanggaku

Aku gerakkan tanganku
Kubersihkan puing-puing rumahku
Kubuat rumah kayu dan bambu untuk anak istriku
Kubangkit dan bekerja kembali mencangkul sawah,
dan nukang batu ke kota

Karena aku sadar
Aku adalah sesepuh desa
Perasaanku boleh hancur
namun bukan jiwaku.
Aku harus sekuat batu karang tempat berpegangan
Sabar membimbing jiwa-jiwa yang sedih
golek dalan padang melihat masadepan
Bukan menuntun ke jalan gelap meratapi kemalangan

Desa kami adalah desa para ksatria
yang selalu gagah menatap masa depan
Tangan-tangan kami selalu rajin mencangkul sawah
dan trampil nukang batu, nukang kayu
mbangun gedung-gedung kokoh.
Kami akan bekerja keras sepanjang tahun
untuk membangun kembali rumah, jalan,
jembatan, masjid, sekolahan
dan juga harga diri kami.

Kampung Pengundang Ular (3)


KAMPUNG PARA PENGUNDANG ULAR (3)
Sawan Ular Pelangi


Aku tidak percaya gravitasi bumi
Aku terjun dari atap rumah
Aku hancur bersama kebodohanku


Di balik kampung yang kembali tenang dan aman setelah kepergian para ular, terdapat sekelompok kecil penduduk yang gelisah. Tak lama setelah ular-ular diusir keluar kampung, para pengundang ular merasa bosan.
Mereka telah dirasuki kesenangan terhadap ular dan hari-hari mereka terasa hampa tanpa lilitan ular. Namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mengundang ular ke dalam kampung sama saja bunuh diri. Apalagi bila ular-ular tersebut sampai menggigit mati penduduk kampung---bisa-bisa mereka akan digantung di alun-alun kampung.


Tak kuat merindukan bergaul dengan para ular --- para pengundang ular diam-diam bersepakat mencari lokasi untuk mendirikan kampung baru. Setelah hampir dua tahun mencari-cari tanah kosong akhirnya mereka menemukan lokasi di sebuah lembah yang terletak di tepi hutan tanaman obat-obatan yang sering didatangi para tabib dari seluruh negeri. Disitulah mereka perlahan-lahan membangun rumah-rumah kayu. Setelah jumlah rumah mencukupi, serentak 49 keluarga pengundang ular eksodus menuju kampung baru yang kemudian diberi nama kampung ular.

Beberapa bulan setelah kepindahan mereka berita berdirinya kampung khusus bagi para pengundang ular telah menyebar ke seluruh negeri. Akibatnya berduyun-duyunlah para pengundang ular pindah kesana. Dalam waktu beberapa tahun saja kampung itu telah menjelma menjadi sebuah kampung besar yang dipadati para pengundang ular.

Mulailah lahir aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan ular. Mulai dari atraksi ular-ular menari, balap ular, renang ular, kontes kulit indah, kontes lidah terpanjang sampai atraksi ketahanan dibelit ular. Setiap bulan purnama ribuan orang datang memenuhi kampung itu untuk menonton ular fair yang menyuguhkan segala macam hal tentang ular. Dari para pengunjung itulah penduduk kampung ular mendapatkan sesuap nasi. Karenanya mereka selalu berusaha menciptakan kreasi-kreasi baru agar para pengunjung tidak bosan.

Salah satu langkah penting yang berhasil menarik minat pengunjung adalah dibiakkannya ular berkulit warna-warni yang dilapisi sisik-sisik yang bependar di kegelapan. Ular tersebut merupakan hasil persilangan dari berbagai jenis ular aneh ditambah perlakuan-perlakukan khusus terhadap telur-telur ular—seperti direndam ramuan-ramuan racun tumbuhan yang mengandung alkaloid, saponin, oksalat, selenium & nitrat menyebabkan lahir ular jenis baru yang kemudian dikenal sebagai ular pelangi.

Popularitas ular pelangi dengan cepat menanjak mengalahkan ular-ular silangan lain berkat kecerdasan dan warna kulitnya yang sangat indah. Disamping matanya yang tajam dia juga memiliki lidah bercabang yang selalu menjilat partikel-partikel di udara untuk kemudian disentuhkan sebuah organ di langit-langit mulutnya untuk dikenali baunya. Berbekal bau partikel tersebut ular pelangi dapat mengetahui adanya benda-benda di sekitarnya walaupun terhalang benda lain. Kepala ular tersebut juga dilengkapi sejumlah sel yang peka terhadap panas yang berguna untuk melacak panas tubuh mangsa favoritnya yaitu tikus clurut dan burung nuri. Kelebihan lain adalah ular pelangi dapat mengenali perintah-perintah pemiliknya dari jarak jauh berkat sebuah tulang peka suara yang berada di kepalanya.

Ular pelangi sangat mudah dilatih untuk melakukan berbagai atraksi seperti menari di atas tali, melompat, berenang, mencari benda-benda yang tersembunyi. Berkat tulang peka suara semua atraksi itu dapat diperintahkan dari jarak ratusan meter oleh pelatihnya sehingga seolah-olah dia dapat melakukan atraksi mandiri dan mampu melayani permintaan penonton di atas panggung pertunjukan seolah-olah bisa diajak bercakap-cakap. Sifat istimewa yang lain adalah si ular jarang menggigit orang, suka tidur di pangkuan tuannya dan manja seperti kucing yang suka menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki pemiliknya. Wajarlah bila populasi ular pelangi meningkat dengan cepat seiring semakin banyak orang yang meminatinya. Perlahan-lahan ular pelangi menyebar ke seluruh negeri karena dibeli oleh para pengunjung kampung ular.


^_^

Sebuah apel tidak akan
berubah menjadi ayam
Walaupun berdasar kesepakatan
dia boleh dianggap apel atau ayam


Beberapa bulan kemudian baru diketahui bahwa sekalipun ular pelangi tidak pernah menggigit manusia ternyata dia menebarkan sebuah penyakit yang membuat penderitanya kejang-kejang setiap malam dan kemudian satu persatu bagian tubuhnya menjadi kering dan rontok. Kelenjar ludah di rahangnya yang biasanya menghasilkan bisa ternyata telah berubah menjadi sel inang tempat berkembangnya virus-virus mutan yang akan keluar bersama cairan bisa. Virus tersebut khusus menyerang sel-sel jaringan kulit dan jaringan tulang rawan manusia.

Kasus pertama tercatat terjadi pada seorang gadis yang memelihara lebih dari selusin ular pelangi di kamarnya yang sempit. Rupanya setiap satu jam sekali ular pelangi menghembuskan cairan bisa lewat mulutnya yang penuh dengan virus --- yang masuk ke tubuh gadis itu lewat hidung, mulut, mata dan bagian kulit yang mengalami luka terbuka. Setelah terinfeksi virus si gadis sering mengalami kejang-kejang pada malam hari. Beberapa bulan kemudian virus-virus ganas itu secara bertahap menghancurkan sel-sel jaringan kulit, tulang dan tulang rawan. Mula-mula terlihat bibir, kelopak mata, pipi, hidung dan daun telinga si gadis menghitam dan perlahan-lahan merapuh untuk selanjutnya berceceran ke tanah. Selanjutnya bagian tubuh yang lain seperti tenggorokan dan tulang belakang menyusul mengalami kerontokan.

Berita yang lebih buruk adalah penyakit itu ternyata dapat menular dari manusia yang telah terjangkit ke orang-orang sekitar lewat kontak cairan tubuh. Gawatnya lagi virus tersebut tidak mati walaupun telah direbus dalam air mendidih. Akibatnya para tabib yang menggunakan jarum-jarum untuk mengobati pasien yang terjangkit penyakit yang kemudian dikenal sengan nama penyakit sawan ular pelangi tersebut --- harus membuang jarumnya dan menggantinya dengan jarum-jarum baru. Jika hal itu tidak dilakukan maka seluruh pasiennya akan tertular penyakit yang mengerikan.

Hanya dalam hitungan bulan setelah lahirnya penyakit aneh — dua pertiga penduduk kampung ular telah dijangkiti penyakit. Enam bulan kemudian penyakit telah menyebar ke kampung-kampung sekitarnya akibat adanya penduduk yang sering berkunjung ke kampung ular. Satu tahun kemudian hampir di seluruh negeri telah ditemukan pengidap sawan ular pelangi--- yang kebanyakan adalah bekas pengunjung kampung ular. Perlahan-lahan penyakit menyebar ke penduduk non pengunjung kampung ular—sebagian diantaranya karena tertular lewat jarum-jarum para tabib.

Untuk mengurangi kecepatan penyebaran wabah sawan ular pelangi --- raja memerintahkan para tabib untuk membuang jarum setelah digunakan. Barang siapa yang melanggar akan dihukum kerja paksa di tambang-tambang bawah tanah. Takut pasien akan tertular penyakit dan juga takut akan hukuman yang menanti mereka— para tabib terpaksa menggunakan jarum baru untuk setiap pasien. Buntutnya adalah biaya pengobatan naik puluhan kali lipat.

Bila sebelumnya sebuah jarum bisa digunakan lebih dari dua ratus kali sehingga beban pasien ringan—kini mereka harus membeli jarum baru setiap kali berobat. Lima tahun setelah wabah berjangkit--- biaya pengobatan di negeri itu hanya dapat dipikul segelintir penduduk yang kaya raya. Sebagian besar penduduk tidak mampu lagi datang ke tabib karena jarum-jarum tabib menjadi langka dan mahal.

Sebenarnya Raja telah menganggarkan ribuan keping uang emas untuk membiayai penelitian obat penangkal sawan ular pelangi. Sayangnya penelitian tersebut sampai bertahun-tahun kemudian belum membawa hasil yang memuaskan. Disediakan juga rumah sakit khusus untuk para penderita wabah itu dengan biaya murah. Namun masalah utama yang dihadapi rakyat bukanlah wabah itu. Melainkan biaya berobat yang tidak terjangkau lagi setelah merebaknya wabah. Setiap hari ribuan penderita penyakit dari mulai penderita malaria sampai korban patah tulang harus puas tergeletak di rumah --- karena biaya membeli jarum-jarum tabib tidak terjangkau kantong mereka.

^_^

Kemarahan dan ketidakpuasan melanda seluruh negeri. Rakyat mulai menuntut kerajaan untuk menanggung biaya pengobatan. Namun tuntutan itu ditolak raja karena jumlah uang kas negara tidak cukup untuk membiayai seluruh rakyatnya. Serangkaian unjukrasa besar yang digerakkan oleh para kepala kampung untuk menuntut biaya pengobatan tidak berhasil meluluhkan hati raja untuk membuka kas kerajaan.

Gagal menuntut biaya pengobatan dari kerajaan, muncullah gerakan baru untuk memusnahkan ular pelangi yang dituding menjadi biang kerok wabah yang mengerikan tersebut. Dimana-mana rakyat bergerak menggerebek sarang-sarang ular pelangi untuk dibasmi hingga jumlahnya dengan cepat menyusut di seluruh negeri. Namun induk-induk ular tersebut masih bercokol dengan nyaman di kampung ular. Dari kampung ular mereka menyebarkan anak-anaknya ke seluruh negeri. Setiapkali rakyat berhasil membasmi ular-ular pelangi di kampungnya, tiba-tiba muncul ular pelangi baru yang berasal dari kampung ular.

^_^

Muncul tuntutan baru untuk menutup kampung ular. Sebuah tuntutan yang ditolak mentah-mentah oleh raja karena akan membahayakan reputasinya sebagai pelindung bagi semua golongan. Bahkan raja mengerahkan ribuan pasukan pengawalnya yang secara khusus diperintahkan menembak siapa saja yang hendak mengganggu kampung ular.

“Kalian tak boleh membakar lumbung hanya untuk menangkap tikus. Jangan tutup kampung ular hanya karena ada wabah sawan ular pelangi. Mereka juga korban seperti kita. Mereka adalah orang-orang tak berdosa. Mereka lebih menderita dibanding kita karena wabah memusnahkan hampir seluruh keluarga mereka” kata raja dengan lantang dihadapan puluhan ribu rakyat yang berkumpul di alun-alun menuntut raja menutup kampung ular.

“Marilah kita bahu membahu mengatasi wabah yang telah menimpa seluruh negeri. Marilah kita berhenti saling menyalahkan dan bergandengan tangan untuk mengatasi masa-masa sulit bersama-sama. Jangan merasa benar sendiri. Kebenaran kita tidak selalu kebenaran buat orang lain. Marilah kita bersatu dalam perbedaaan. Jangan tambah kesengsaraan mereka dengan memusnahkan kampung halaman yang telah bertahun-tahun mereka tinggali” kata raja meneruskan petuahnya.

“Sawan ular pelangi adalah penyakit biasa yang suatu saat akan dapat diatasi oleh tabib-tabib kita. Sama sekali bukan penyakit kutukan. Berhentilah menghakimi orang lain. Karena kita bukan Tuhan yang boleh menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Biarlah Tuhan yang menilai mereka. Tugas kita adalah mencegah meluasnya sawan ular pelangi dengan cara-cara yang bermartabat” kata raja dengan lantang.

Tiba-tiba diantara kerumunan ribuan rakyat --- ada seorang tua yang gundul naik ke atas sebuah batu besar sambil mengacung-acungkan tongkatnya untuk menarik perhatian.

“Wahai teman-teman. Dengarlah kata-kataku ini. Kita hidup didunia nyata. Bukan di dunia mimpi. Sawan ular pelangi telah menghancurkan kita. Penyakit itu telah menguras energi kita. Bukan saatnya lagi kita menipu diri. Panca indera yang dianugrahkan Tuhan pada kita menunjukkan bahwa penyakit sawan itu berasal dari ular pelangi. Ular itulah si penebar bencana. Namun biang kerok sesungguhnya adalah para penduduk kampung ular. Mereka menyilangkan berjenis-jenis ular aneh dengan ramuan-ramuan racun tumbuhan untuk menghasilkan ular sesuai kesenangan mereka. Mereka bersenang-senang dan kita semua jadi korban” teriak orang gundul itu dengan sangat kerasnya sehingga ribuan orang terpana memandangnya.

“Mereka menuding virus di mulut ular pelangi sebagai penyebar malapetaka. Alih-alih merasa diri mereka bersalah, mereka bahkan menganggap ular pelangi tidak berbahaya. Yang dikambing hitamkan adalah virus di mulut ular pelangi. Kita dipaksa untuk berpayah-payah mencari obat pembunuh virus ular pelangi--- agar mereka tetap bisa bersenang-senang dengan ular pelangi. Kita dipaksa untuk memadamkan asap. Bukan memadamkan sumber api” teriak orang gundul itu yang disambut sorak sorai ribuan orang yang tiba-tiba merasa telah menemukan seseorang yang sanggup melukiskan perasaan terpendam mereka dengan kata-kata yang lugas dan jelas.

“Mereka bicara teori sedang kita dipaksa menelan kenyataan pahit. Mereka coba-coba menentang hukum-hukum alam dan memaksa kita mengikuti cara berpikir sesat mereka. Mereka memaksa kita terjun ke dalam jurang sambil membual bahwa kita adalah burung-burung yang bisa terbang”lanjutnya.

“Kita adalah manusia biasa. Bukan Tuhan yang Mahatahu. Namun Tuhan menganugerahi kita otak yang cukup cerdas untuk tahu bahwa ular pelangi menebar maut. Kita cukup waras untuk tidak perlu berdebat tentang kebenaran fakta bahwa kampung ular adalah sumber munculnya ular pelangi. Namun para kepala batu itu ngotot ingin mengaburkan kebenaran yang begitu nyata di depan kita!” teriak orang gundul yang belakangan diketahui sebagai si Ksatria Gundul Penyelamat Kampung dari Para Pengundang Ular setelah dia meneriakkan sebuah puisi.

Barangsiapa mengundang ular ke dalam rumah
untuk memangsa tikus-tikus pemakan beras,
dia juga harus rela bila si ular menggigit mati anaknya.
Karena anak suka bermain dan
ular suka menggigit bila dipermainkan.
Dua hal itu adalah sifat alami kedua makhluk ciptaan Tuhan.


^_^

Ksatria gundul telah berhasil merebut hati puluhan ribu rakyat yang berkumpul di alun-alun kerajaan. Laksana cahaya yang menarik jiwa-jiwa gelisah yang sedang mencari-cari jalan terang --- seperti halnya laron-laron yang berduyun-duyun terjun ke dalam nyala api karena merindukan bersatu dengan cahaya.

“Telah bertahun-tahun kita diminta menunggu mereka menemukan obat. Mungkin kita disuruh menunggu bertahun-tahun lagi --- sambil menyaksikan satu persatu keluarga dan tetangga kita bergelimpangan karena tak sanggup pergi ke tabib. Gara-gara perilaku sesat mereka biaya berobat menjadi mahal. Mereka bersenang-senang diatas ribuan mayat saudara kita” teriaknya berapi-api.

“Tidak perlu menunggu bertahun-tahun untuk membasmi wabah sawan ular pelangi. Jika kita hancurkan sumbernya. Hanya dalam sehari --- sawan ular pelangi akan susut di seluruh negeri. Jika kita hancurkan kampung ular. Jutaan manusia di seluruh negeri akan terselamatkan” seru ksatria gundul sambil tangannya menunjuk-nunjuk ke arah kampung ular nun jauh di sana.

^_^

Puluhan ribu rakyat yang seakan-akan baru tersadarkan atas biang keladi malapetaka yang menimpa mereka--- serentak bergerak dengan penuh kemarahan. Tidak ada lagi yang bisa menghalangi mereka. Tidak ada lagi yang sanggup menipu mereka. Tidak raja. Tidak pula para prajurit raja yang ketakutan melihat aura kemarahan puluhan ribu orang yang merasa baru saja menemukan kebenaran. Ribuan pasukan khusus yang diperintahkan menjaga kampung ular lari tunggang langgang melihat puluhan ribu rakyat bergerak sambil membawa obor. Tidak ada yang lebih mereka takuti daripada puluhan ribu orang yang tidak lagi takut mati.

Malam itu kampung ular tinggal kenangan. Asap mengepul dari rumah-rumah para penangkar ular pelangi. Tak satupun ular pelangi yang dibiarkan hidup. Tidak juga telurnya. Mereka benar-benar dibasmi habis sampai ke cicit-cicitnya. Sementara ratusan penduduk kampung ular tidak diperkenankan lagi tinggal di kampung itu. Tak ada lagi kampung pengundang malapetaka yang boleh berdiri di negeri itu.

^_^

Sidang rakyat yang digelar para ketua kampung menuduh raja sebagai pemimpin yang seluruh hidupnya panjang angan-angan. Mereka menyatakan muak dengan perilaku Raja yang dianggap tukang mengingkari kenyataan. Raja dipaksa turun dari singgasana kerajaan setelah divonis menyalahgunakan kekuasaan untuk melindungi segelintir orang--- dengan mengorbankan jutaan orang lainnya.. Sidang rakyat juga mengangkat Ksatria gundul sebagai raja baru bergelar Raja Gundul Sang Penakluk Sawan Ular Pelangi. Pastilah dalam setiap pertemuan sang raja tak pernah lupa meneriakkan puisi favoritnya. Penelitian tentang obat sawan ular pelangi terpaksa dihentikan--- karena setelah musnahnya ular pelangi --- wabah berangsur-angsur menghilang dari seluruh negeri