Omahku rata dengan tanah
Sepeda, gelas, piring, perabotan, dan semua
barang milikku ilang dalam sekejap.
Juga nyawa adik, sepupu dan tetanggaku
Namun tidak hatiku
Aku adalah ksatria tua gagah perkasa
yang nrimo terhadap takdirku
Aku nangis sebentar saja
Aku terguncang sejenak saja
Kini aku harus menjadi srengenge
padang njingglang yang menghangatkan
tetangga-tetanggaku
Aku gerakkan tanganku
Kubersihkan puing-puing rumahku
Kubuat rumah kayu dan bambu untuk anak istriku
Kubangkit dan bekerja kembali mencangkul sawah,
dan nukang batu ke kota
Karena aku sadar
Aku adalah sesepuh desa
Perasaanku boleh hancur
namun bukan jiwaku.
Aku harus sekuat batu karang tempat berpegangan
Sabar membimbing jiwa-jiwa yang sedih
golek dalan padang melihat masadepan
Bukan menuntun ke jalan gelap meratapi kemalangan
Desa kami adalah desa para ksatria
yang selalu gagah menatap masa depan
Tangan-tangan kami selalu rajin mencangkul sawah
dan trampil nukang batu, nukang kayu
mbangun gedung-gedung kokoh.
Kami akan bekerja keras sepanjang tahun
untuk membangun kembali rumah, jalan,
jembatan, masjid, sekolahan
dan juga harga diri kami.
0 komentar:
Post a Comment