Puisi Idul Fitri 2010: Hujan

Seperti hujan jatuh membasahi bumi
lalu tumbuhlah pepohonan rindang
yang berkuncup kemudian mekar berbunga
yang keluarkan buah-buahan
dalam tangkai-tangkai bergelantungan
Demikianlah hujan maafmu kuharapkan
untuk merindangkan tumbuhan persahabatan kita
agar mekar berbunga
agar berbuah kebajikan
dalam limpahan rahmat Allah penguasa sekalian alam

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Taqabalallahu minna waminkum
(undil-2010)


Puisi Idul Fitri 2010: Bening

Bening,
putih,
bersih,
itulah harapan diriku
kala dosaku kaumaafkan

Lapang,
luas,
besar,
itulah gambaran hatimu
yang sudi memaafkan aku

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Taqobalallahu minna waminkum
(undil-2010)

Romo Wage dan Renovasi Masjid

Pulang dari warung bakso, Romo Wage sering mampir untuk Sholat Isya di masjid itu, sehingga dia tahu persis kondisi bangunan masjid yang terhitung besar itu. Makanya Romo Wage heran kala tahu takmir masjid mengumumkan rencana untuk mengganti keramik dan jendela masjid dengan yang baru. Dilihatnya gambar rancangan jendela masjid masih seperti semula, hanya bahannya lebih bagus tetapi tidak memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik.

Setelah Pak Imam selesai sholat sunat, Romo Wage menghampirinya. Dikatakannya unek-uneknya tentang renovasi masjid. Menurut Romo Wage kondisi keramik dan jendela masjid walaupun telah dimakan usia tapi masih cukup baik.

Yang kurang dari masjid ini adalah ventilasi udara. Bila jamaah masjid penuh, maka udara menjadi penas dan pengap. Jendela-jendela kaca yang mati dan sirkulasi udara hanya melalui pintu adalah penyebabnya. Bila habis ada acara yang dihadiri ratusan orang akan terasa benar bau tidak sedap menyelimuti udara masjid.

Romo Wage mengusulkan pada Pak Imam untuk mendahulukan perbaikan sirkulasi udara daripada mengubah penampilan fisik masjid saja. Disarankannya untuk memasang exhaust yang akan membuang udara dari dalam masjid dan kipas angin yang dilengkapi filter udara untuk suplai udara segar ke dalam masjid. Dijaminnya bahwa suasana di dalam masjid akan jauh lebih nyaman bila sirkulasi udara diperbaiki.


Pak Imam mengangguk-angguk tanda setuju dengan usulan Romo Wage. Dia berjanji akan menyampaikan usulan Romo Wage pada pengurus masjid. Romo Wage lalu mengatakan bahwa saudaranya yang menjadi dosen arsitektur di Jogja tengah berkunjung ke rumahnya. Anak seorang petani itu adalah seorang ahli desain masjid yang ternama. Dia berpengalaman mendesain sistem sirkulasi udara yang efisien dan murah. Termasuk dengan penanaman pohon-pohon penyaring debu di sekitar masjid. Pastilah sepupunya itu dengan senang hati akan membantu pendesainan ulang tata udara di masjid yang telah berusia puluhan tahun itu (undil - 2010).


tags: rangkaian kisah ramadhan, cerpen, cerita pendek

Puisi Ramadhan 2010 : Patuh

Saya mendengar,
dan rela mematuhinya
Saya puasa
karena perintahMu
Menahan lapar dan dahaga
karena iman kepadaMu
Saya berbuka
berkat limpahan rizkiMu
Kumohon rahmatMu
limpahkanlah selalu
wahai Sang Pemberi Rahmat
(undil -2010)


Puisi Idul Fitri 2010: Total

Totalitasmu kawan
sebagai insan ramadhan
yang tak ragu menebar harta
yang tak segan kurangi tidur
yang tak malas gerakkan raga
untuk mengabdi padaNya
semoga diterima Sang Maha Kaya
mendapat balasan tak terhingga
menjadi manusia bertakwa
bahagia selamanya di surga

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Taqobalallahu minna waminkum
(undil-2010)

Puisi Idul Fitri 2010: Ilmu

Setelah dirimu
mengisi ramadhanmu
dengan menuntut ilmu
tiba saatnya hadirmu
semarak dengan kesibukanmu
menerapkan khazanah pengetahuanmu
sebagai bentuk pengabdianmu
serta manfaat bagi orang terdekatmu

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Taqobalallahu minna waminkum
(undil-2010)

Puisi Idul Fitri 2010: Gerak

Gerakkan kakimu
menuju harapanmu
Gerakkan hatimu
menuju fitrahmu
Semoga puasamu
tingkatkan Imanmu
Pastikan Idul fitrimu
dihiasi maafmu padaku

Selamat Idul Fitri
Taqobalallahu minna waminkum


Puisi Ramadhan 2010 : Aku Menangis Untukmu

Aku duduk bersimpuh
dan menangis untukmu
memohonmu untuk bergabung
Kafilah orang bertakwa
sejenak menahan diri
dari nikmat dunia
Aku berdoa untukmu
agar tidak meremehkan
agar tunduk dan rela
sebagai hambaNya
Aku menangis
sungguh tidak rela
melihatmu dalam barisan
yang sengaja tidak berpuasa

Puisi Ramadhan 2010 : Nikmat

Sungguh terlalu banyak nikmat
bertaburan di keseharian kita
Tiada ada artinya beban
untuk menahan diri darinya
siang hari selama puasa
dibanding samudera nikmat
yang dilimpahkan pada kita
(undil-2010)

Puisi Ramadhan 2010 : Tunduk

Tunduk
Rela
Mengabdi
padaNya
adalah
gambaran orang berpuasa
dahsyatnya tiada tara

Siapa gerangan mengawasi dia ?
tiada lain selain dirinya
tapi dahaga ditundukkan
rasa lapar ditaklukkan
demi ketundukan
sebagai hamba sahaya
Sang Maha Perkasa
(undil-2010)

Puisi Ramadhan 2010: Kekasih

Untuk menjadi kekasihNya
tidak cukup hanya dengan akhlak mulia
tidak cukup hanya dengan bermanfaat bagi sesama
tidak cukup sekedar berbuat baik saja
Tapi juga percaya pada KeesaanNya
Patuh pada perintah-perintahNya

Jika tidak mau puasa
bagaimana bisa menjadi kekasihNya ?
(undil-2010)

Puisi Ramadhan 2010: Surga

Indahnya surga
dan segala isinya
sungguh membuat
haus dan dahaga puasa
tak seberapa artinya
(undil 2010)



Puisi Ramadhan 2010 : Jadi Orang Baik Saja Tidak Cukup

Tak cukup hanya berbuat baik saja
Tak cukup hanya cinta pada sesama
Tak cukup hanya dermawan saja
Tak cukup hanya tenggang rasa saja
Tapi juga harus puasa
Agar menjadi manusia mulia disisiNya
(undil-2010)


Karir Bukan hanya soal Kemampuan tapi juga Kesempatan

Dia yang tak maju-maju
Bukan berarti tidak mampu
Bisa jadi tak diberi kesempatan
Hingga terpendamlah kecemerlangan

Dia yang biasa-biasa saja
bukan berarti tak sehebat sang bintang
karena bukan hanya kemampuan
tapi juga kesempatan yang menentukan

^_^

Dahana Danudara sudah 10 tahun bekerja di pabrik bakmi sebagai staf manager. Dia telah bekerja sejak pabrik masih mempergunakan sapi sebagai penggerak alat, hingga saat ini yang segalanya telah serba otomatis.

Bosnya juga telah membuka 8 pabrik baru sejak Dahana ikut perusahaan itu. Pangsa pasarnya sangat luas karena pembelinya adalah para penjual mi ayam dan warung bakmi rebus yang tersebar di desa-desa. Begitu ada warung baru, berarti ada pembeli baru yang akan membeli produknya. Tidak heran dari tahun ke tahun semakin besar kuantitas produksi bakmi.

Entah kenapa Dahana tidak pernah dipercaya Bosnya untuk memegang satu pabrik baru. Bos memilih merekrut manajer-manajer baru dari luar untuk memimpin pabrik-pabrik barunya. Padahal dari sisi kemampuan, Dahana mampu mengelola pabrik pertama sehingga berjalan dengan baik.

Hampir setiap hari si Bos sibuk meeting dan mengurus 8 pabrik-pabrik lain sehingga segala sesuatu tentang pabrik pertama disiapkan oleh Dahana dengan dibantu sekretaris si Bos. Biasanya Dahana mengatakan apa yang harus disiapkan dan si sekretaris akan menuliskannya dalam dokumen produksi, dokumen pembelian, surat-surat tagihan dan dokumen lain yang siap ditandatangani bos. Umumnya surat-surat itu langsung ditandatangani Bos tanpa diperiksa lagi. Kemudian bagian pembelian, gudang, operasional, penjualan dan penagihan akan menindaklanjuti.

Sekalipun mampu mengelola pabrik, Dahana tetap tak kunjung pintar membuat dokumen, dan surat sendiri ataupun memimpin meeting karyawan. Biasanya Dahana membicarakan permasalahan pabrik secara informal dengan pekerja yang terkait. Jarang sekali dia melakukan meeting yang melibatkan banyak karyawan. Meeting selalu membuatnya gugup. Mungkin itulah yang membuat dirinya kurang diperhitungkan.

Setiapkali ada pertemuan tahunan yang melibatkan seluruh pimpinan dari ke-9 pabrik, Dahana hanya duduk di belakang mendengar para manajer berdiskusi tentang perkembangan pabrik dan peluang-peluang yang perlu ditindaklanjuti untuk memajukan pabrik. Si Bos tak henti-hentinya memuji para manajer pabrik yang disebutnya walaupun rata-rata masih muda tapi mampu membawa kemajuan bagi perusahaan.

Dia mengatakan bahwa dirinya tidak salah pilih mengangkat anak-anak muda menjadi pimpinan pabrik. Biasanya usulan-usulan dari para manajer akan disaring dan dipilih yang dianggap paling layak oleh bos. Sebenarnya banyak juga usulan yang ada di benak Dahana, tapi enggan diungkapkan dalam meeting karena posisinya bukanlah pimpinan.

Diam-diam Dahana juga kagum pada anak-anak muda yang memimpin pabrik itu. Mereka sanggup menggerakkan produksi tepat waktu dan merekrut para pelanggan baru sehingga omzet dari tahun ke tahun semakin besar. Padahal mereka rata-rata baru beberapa tahun bergabung dengan perusahaan dan miskin pengalaman. Namun mereka mampu belajar dengan cepat sehingga mampu mengimbangi perkembangan perusahaan.

^_^

Dahana betah kerja di pabrik bakmi, sampai akhirnya orang tua Dahana memanggilnya pulang ke kampung. Pabrik tahu di kampung tidak ada yang mengurus setelah orang kepercayaannya memutuskan pensiun karena telah terlalu tua untuk mengurusi tetek bengek pabrik.

Orang itu menyarankan agar orangtua Dahana memanggil anaknya pulang untuk memimpin Pabrik Tahu. Toh di sana karir Dahana juga biasa-biasa saja. Siapa tahu di kampungnya Dahana bisa lebih berkembang. Dilihatnya anak muda itu telah memiliki pengalaman luas di sebuah pabrik bakmi ternama. Tentu pengalaman itu bisa diterapkan untuk memajukan pabrik tahu.

Dahana sempat bimbang untuk keluar dari pabrik bakmi. Pabrik itulah yang telah mengajarkannya ketrampilan bisnis dari sejak dia lulus sarjana yang tidak tahu apa-apa tentang bisnis hingga menjadi Dahana saat ini yang tahu banyak soal bisnis bakmi, dari mulai trik pembelian bahan baku hingga seluk-beluk penagihan hutang para pembeli. Semuanya telah hapal di luar kepala. Namun setelah orangtua Dahana membanding-bandingkan kemungkinan kecil Dahana berkembang di pabrik bakmi dengan peluang besar mengembangkan diri di pabrik tahu, akhirnya Dahana memutuskan untuk keluar dan pulang kampung.

Mulanya Si Bos kaget dengan keinginan Dahana. Dikiranya anak buah yang dianggapnya biasa-biasa saja ini ingin mendapat posisi yang lebih tinggi. Maka ditawarkannya posisi sebagai wakil pimpinan pabrik pertama. Satu posisi yang belum pernah ada sebelumnya, dan nampaknya dibuat khusus untuk Dahana.

Si Bos emang ragu dengan kemampuan Dahana, mengingat anak itu tidak pengalaman menjadi orang pertama di pabrik. Selama ini walaupun Dahana mengelola pabrik pertama, posisinya adalah orang kedua setelah dirinya. Dahana tidak pernah mengambil keputusan selain hal-hal yang rutin seperti membeli bahan baku atau menagih pada pelanggan. Hal-hal yang penting seperti ganti mesin atau menambah karyawan baru selalu atas persetujuan dirinya. Apalagi Dahana kurang persuasif & tidak pandai bicara, sehingga si Bos tidak begitu tahu kemampuan Dahana.

^_^

Keraguan si Bos tampaknya salah besar. Baru tiga tahun di tangan Dahana, Pabrik tahu milik orangtuanya maju pesat. Dahana telah membeli 8 mesin baru. Kapasitas produksi telah naik lima kali lipat. Pemilihan bahan baku, efisiensi produksi dan distribusi tahu yang cepat telah membuat tahu Dahana unggul di pasaran. Dahana bahkan telah menarik minat para pembeli baru dengan bekerjasama dengan armada tahu goreng aneka rasa yang ditempatkan di titik-titik keramaian. Tahu original hingga tahu rasa keju plus mayonaise telah menggelembungkan pasar tahu Dahana hingga lima kali lipat.

Dahana juga membuat tiga pabrik tempe tradisional yang dibuatnya di kampungnya dan dua kampung tetangganya. Tempe bungkus daun itu dibuat dengan bantuan mesin, namun pada pembungkusannya melibatkan tenaga manusia, yaitu ibu-ibu di sekitar pabrik. Tempe ini dipasarkan ke kota dimana banyak konsumen yang ingin menikmati tempe tradisional. Omzet tempe Dahana bahkan telah melampaui hasil penjualan pabrik tahu. Tahun depan Dahana telah berencana mengekspor tempe ke Malaysia dan Arab Saudi dimana banyak orang Indonesia yang bekerja dan tinggal di sana.

^_^

Suatu ketika Dahana bertemu dengan bekas bosnya dalam sebuah penghargaan yang diberikan Pak Bupati kepada pengusaha yang mengurangi pengangguran dengan mempekerjakan masyarakat setempat. Dahana termasuk yang mendapat penghargaan karena pabrik tempenya mempekerjakan tak kurang dari 300 ibu rumah tangga dari kampung-kampung sekitar pabriknya. Karena tak biasa berpidato, tentu saja pidatonya tidak lancar saat dia didaulat untuk maju ke depan berbagi pengalaman. Walaupun begitu tepuk tangan meriah hadirin membahana tatkala Dahana usai berpidato. Mereka sangat respek akan kepedulian Dahana pada masyarakat sekitar. Seusai pidato mantan Bosnya menghampiri tempat duduk Dahana.

Dahana terkejut melihat kedatangan mantan Bosnya yang didampingi beberapa manajer pabrik yang memandanginya dengan pandangan penuh kekaguman. Bos menjabat tangan Dahana sambil tersenyum lalu berkata:

“Setelah sekian puluh tahun aku memimpin perusahaan, baru saat ini aku menyadari bahwa seseorang bisa maju atau tidak bukan semata-mata tergantung kemampuan, tetapi juga kesempatan. Jujur saja, selama ini aku tak pernah memberimu kesempatan untuk memegang tanggung jawab yang lebih besar karena aku ragu kemampuanmu. Namun kamu membuktikan bahwa dirimu mampu membangun perusahaan yang jauh lebih besar dari perusahaanku hanya dalam waktu 3 tahun. Aku kira dirimu masih sama seperti dulu, tidak pandai berpidato dan mungkin juga kurang pintar memimpin rapat dan tidak memiliki kemampuan menulis surat ataupun administrasi. Namun kamu bisa membuktikan bahwa semua kelemahanmu itu tidak menghambatmu untuk maju”

Dahana tersenyum mendengar kata-kata bekas bosnya. Kemudian dia berkata bahwa kemampuan dan ketrampilannya masih sama dengan dulu. Dirinya juga mengerjakan hal yang serupa dengan saat bekerja di pabrik bakmi. Hanya saja karena tanggung jawabnya lebih besar Dahana juga mengerjakan hal-hal yang lain selain rutinitas. Dahana memilih mesin baru, menjajaki pembeli baru, dan membuat beragam produk baru. Semua itu dilakukan sesuai tuntutan tanggung jawab. Bahkan bila dia masih di pabrik bakmi dan diberi kepercayaan menjadi pimpinan pabrik, dia akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan di pabrik tahu.

Mantan Bos tertegun sejenak. Dan diam-diam semakin yakin bahwa seseorang yang prestasinya biasa-biasa saja belum tentu kemampuannya dibawah orang-orang yang terlihat cemerlang. Bisa jadi orang itu hanya tidak mendapat kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Hal itu terbukti pada Dahana.
Sebenarnyalah sejak dulu anak itu telah memiliki segalanya untuk menjadi manajer yang hebat, dia hanya tidak diberi kesempatan (undil – 2010)
tags: cerpen, cerita pendek, karir, kesempatan, kemampuan, kompetensi, cerita pendek manajemen,

Rahasia Sentuhan

Romo Wage tersenyum mendengar keluhan yang diungkapkan Tjah Mboys tentang pekerjaan pembuatan database RW yang tak kunjung selesai karena memang tak pernah dikerjakan. Memang pekerjaan sebagai ketua RW cukup berat, karena Tjah Mboys sedang merintis komputerisasi data base RW-nya untuk memudahkan penelusuran data-data penduduk kala dibutuhkan. Belum lagi ditambah setumpuk dokumen kantor yang harus diselesaikannya saat pulang kerja karena waktunya di kantor sebagian besar habis untuk meeting dan menemui klien.

Tumpukan pekerjaan kantor maupun selaku ketua RW yang menggunung justru membuatnya bingung dan enggan memulai. Rasanya begitu berat untuk bergerak dan serasa percuma saja dikerjakan saat ini karena pasti tidak akan selesai dalam waktu dekat. Jadilah selalu ditunda-tunda.

Keengganan untuk memulai itu dikeluhkan Tjah Mboys kepada Romo Wage ketika keduanya bertemu pada acara buka bersama di rumah Romo Wage. Diharapkannya orang yang sudah berpengalaman luas ini akan memberinya solusi atas permasalahan yang dihadapinya.

“Dulu aku pernah seperti dirimu Tjah Mboys. Dulu banget siy, waktu aku masih sekolah. Waktu itu aku adalah ketua OSIS, sekretaris remaja masjid, bendahara karangtaruna dan juga bekerja paruh waktu sebagai tenaga pembukuan pada sebuah toko grosir bahan pokok. Semua kesibukan itu membuat setiap malam aku menghadapi tumpukan pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Sementara aku juga bertekad untuk menyelesaikan baca 30 Juz tafsir Al Azhar sebelum naik ke kelas 3” kata Romo Wage

“Awalnya aku bingung seperti dirimu. Gak tahu harus mulai dari mana. Rasanya berat banget untuk mulai membaca tafsir, karena diam-diam aku menganggap bahan yang harus kubaca terlalu banyak dan mustahil terselesaikan dengan cepat. Tapi kemudian aku menemukan sebuah rahasia. Aku menyebutnya sebagai “rahasia sentuhan”. Begitu aku mulai menyentuh, perlahan-lahan rasa enggan akan hilang dan berganti dengan keinginan untuk secepatnya menyelesaikan!” lanjutnya.

“Rahasia sentuhan? Maksudmu aku pegang-pegang saja dokumen-dokumen yang harus kukerjakan lalu aku akan semangat kembali?” tanya Tjah Mboys setengah tidak percaya.

“Bukan sekedar menyentuh, tapi bacalah dan mulai kerjakan, maka dalam beberapa menit keenggananmu akan sirna. Begitu dirimu mulai bersentuhan secara fisik maupun pikiran dengan dokumen, maka seolah-olah seperti ada tenaga ajaib yang akan mendorongmu untuk bersemangat dan membuang jauh-jauh rasa enggan untuk mengerjakan. Itulah rahasianya. Sentuhlah dan rasakan bahwa sentuhan itu akan mengeliminasi rasa enggan yang tadinya membelenggumu” tandas Romo wage

^_^

Diskusi dengan Romo Wage tersebut menjadi sisipan cerita dalam pidato Tjah Mboys saat dinobatkan sebagai ketua RW teladan tingkat kecamatan. Prestasi tersebut diraihnya setelah berhasil menyelesaikan database yang lengkap tentang penduduk RW, sehingga segala macam data kependudukan dapat diperoleh dalam waktu singkat. Jauh lebih singkat daripada yang bisa dilakukan kantor kecamatan.

Tjah Mboys terang-terangan mengakui bahwa “rahasia sentuhan” Romo Wage-lah yang mengantarkan dirinya mampu menyelesaikan pembuatan database. Rasa enggan dan berat untuk memulai pembuatan database RW dari tumpukan data yang segunung, dapat dilenyapkannya setelah mengetahui rahasia sentuhan (Undil 2010).

tags: cerpen, cerita pendek, rangkaian cerpen ramadhan, kisah menawan hati






Romo Wage dan Kencleng Masjid

Ini ceritanya waktu Romo Wage Sholat Jumat di sebuah masjid saat sedang menengok saudaranya di sebuah kota. Waktu itu bisnis Romo Wage belum begitu maju, walaupun warung baksonya sudah mulai ada pelanggan setianya namun belum terbilang banyak. Sholat jumat belum dimulai. Kencleng masjid telah diedarkan, dan tiba di depan seorang pemuda yang duduk di samping Romo Wage.

Anak muda itu merogoh saku kemejanya, mengeluarkan uang seratus ribuan dan memasukkan ke dalam kencleng. Sekilas Romo Wage melirik orang itu dan terkejut. Tadi dilihatnya anak muda itu datang ke masjid sambil mendorong gerobak bakso. Tentu dia adalah seorang penjual bakso. Sama seperti dirinya, bahkan kemungkinan besar secara ekonomi dibawah dirinya. Tapi dia bisa memasukkan uang ke dalam kencleng, jauh lebih besar dari Romo Wage yang hanya memasukkan 20 ribu perak. Tiba-tiba Romo Wage merasa malu.

Sehabis jumatan Romo Wage menghampiri anak muda itu dan mengajaknya bercakap-cakap.

“Mas jualan baksonya laris?”

“Iya Pak, Alhamdulillah sekarang lagi laris. Mungkin karena udara dingin, anak-anak sekolah lagi suka makan bakso”

“Baksonya dibuat sendiri atau ambil dari orang?”

“Ambil dari orang Pak. Sehari paling saya 50 – 70 porsi, jadi saya pilih ambil dari pemilik warung bakso. Lebih irit dari sisi tenaga dan waktu”

Romo Wage tertegun, omzet warungnya tiga kali lipat anak muda ini dan harga jual baksonya pasti di atas harga jual anak muda ini yang pembelinya mayoritas anak-anak sekolah. Pasti keuntungan warungnya juga jauh di atas anak muda ini. Kemudian dengan hati-hati Romo Wage menanyakan mengapa anak muda itu memasukkan uang seratus ribu ke kencleng masjid, dan bukan uang yang lebih kecil. Apakah setiap hari dia memasukkan uang sebesar itu?.

“Emmm, tidak setiap hari saya memasukkan sebesar itu. Pada hari biasa paling saya masukkan antara lima sampai sepuluh ribu rupiah. Namun setiap hari saya sengaja menyisihkan lima belas ribu rupiah untuk kencleng jumatan. Yah, sudah menjadi tekad saya membantu masjid ini agar maju dan makmur, sehingga menjadi penjaga moral masyarakat sekitar. Masjid ini telah berjasa merubah wilayah ini dari tempat orang berjudi dan mabuk-mabukan menjadi masyarakat Islami yang penuh harga diri”.

“Gak ada anak muda di kampung sekitar masjid yang nongkrong gak karuan sembari melakukan hal yang negatif. Itu semua karena mereka telah dibangkitkan harga dirinya dan diajari aneka ketrampilan sehingga malu bila tidak bekerja. Mereka bangga dengan matapencahariannya walaupun sebagian dari mereka penghasilannya masih alakadarnya. Di sini juga gak ada satupun keluarga yang tidak membaca Quran setiap hari. Sekalipun saya bukan orang kaya, saya ingin menjadi bagian dari barisan orang-orang yang memperbaiki masyarakat melalui masjid ini”.



Romo wage terdiam sejenak, kemudian tersenyum sambil menjabat tangan anak muda itu erat-erat. Dirinya merasa tergerak untuk meniru anak muda itu. Seratus ribu rupiah setiap jumat dan sepuluh ribu rupiah setiap hari tak lebih dari seperlima penghasilannya. Jumlah yang sangat murah untuk “membeli” surga. Dari penjaga penitipan sepatu di masjid, Romo Wage menjadi terharu setelah tahu bahwa anak muda itu setiap hari juga masih memberikan beberapa mangkok baksonya secara gratis kepada anak-anak penjual koran dan penyemir sepatu (undil 2010).

tags: cerpen, cerita pendek, rangkaian cerpen ramadhan