Ketika Ibu Sukat melabrak Warnet Games Online di RW 09

Sebagai Ketua RW 09 - Pak Wage tidak bisa berdiam diri lagi ketika kehebohan muncul di wilayahnya. Ibu Sukat melabrak warung internet merangkap tempat permainan games online milik Pak Hendrix -- dan mengusir anak-anak yang sedang asyik main games. Gara-garanya Pak Hendrix mengingkari janji yang pernah diucapkan dihadapan warga kampung. 













Dulu sewaktu warga keberatan saat Pak Hendrix akan mendirikan warnet -- dia berjanji tidak akan membiarkan anak-anak berseragam sekolah main games online, ataupun membiarkan mereka merokok di sana. Dia juga berjanji menutup warnetnya jam 9 malam supaya anak-anak tidak begadang di sana.

Belakangan warga memergoki Pak Hendrix mengingkari semua janjinya. Anak-anak berseragam sekolah memenuhi warnetnya dibiarkan saja. Termasuk pada saat jam sekolah. Dia juga membiarkan anak-anak merokok di sana, bahkan menyediakan rokok yang dijual secara batangan kepada mereka. Warnetnya juga baru tutup lewat tengah malam. 

Banyak anak-anak yang pulang sekolah bukannya ke rumah dulu, tetapi langsung nongkrong di warnet hingga malam hari. Tentu saja para ibu kelabakan dengan kelakuan baru anak-anak mereka. Keresahan muncul sejak lama -- tapi baru muncul ke permukaan setelah Ibu Sukat memergoki anaknya merokok sambil nongkrong di warnet.

Awalnya Ibu Sukat berusaha bicara baik-baik pada Pak Hendrix. Namun jawaban Pak Hendrix sungguh tidak mengenakkan hatinya. Dikatakannya Ibu Sukat berpikiran kuno dan mendidik anak adalah tugas orang tuanya. Pak Hendrix mengatakan dia tidak pernah memaksa anak-anak itu datang ke warnet atau membeli rokok yang disediakan di warnetnya.  Tugas orang tua untuk membuat anak-anak tidak tergoda dengan tawaran-tawaran yang disediakan warnet Pak Hendrix.

Istri yang Sempurna

Namanya Zayn Abdul Malik Marwan. Laki-laki usia sembilan belas tahun. Lulusan SMK swasta di kampungnya, Cipaganti Wetan. 

Sejak selesai sekolah dua tahun lalu, Zayn bekerja sebagai penjaga toko di Bandung. Kini dia ngontrak kamar 2x3 meter berjarak lima belas menit bersepeda menuju Grage Mal tempatnya bekerja. 

Tubuhnya yang jangkung itu dulunya kurus kering, sekarang dari hari ke hari semakin berisi dan sehat karena aktivitas fisik bersepeda setiap hari. Limabelas menit saat berangkat, dan bisa satu jam saat pulang kerja karena dia sengaja mencari jalan memutar sambil berolahraga. 

Meskipun belakangan ini frame sepedanya mulai terasa kurang nyaman, Zayn masih rajin bersepeda walau dengan hati galau -- bukan galau karena sepedanya, tetapi karena sebab lain.

Teman-teman sekolah Zayn satu persatu menikah. Ada yang menikah dengan teman kerja di kota, dengan teman di kampung, dengan saudara jauh, dan bahkan dengan sesama alumni SMK di kampungnya. 

Bukan iri hati yang membuat Zayn galau, tetapi tawaran dari Ibu Kost yang telah 2 tahun ditempatinya yang membuatnya gamang.

Ibu Kost yang sudah sepuh itu menawarkan kepada Zayn untuk menikahi putrinya. Dikatakannya putrinya tertarik pada Zayn karena kebiasaan Zayn yang setiap sore mengajar mengaji dan bercerita tentang kisah para nabi kepada anak-anak kecil yang tinggal di sekitar tempat kost. Sebuah kebiasaan lama dirinya selama di kampung yang dibawanya ke kota.