Hadiah Ramadhan : RUU Jaminan Produk Halal


Label halal MUI (gambar: republika.co.id)

Walaupun rakyat Indonesia telah lebih dari 60 tahun merdeka dari penjajahan Belanda, namun belum sepenuhnya menjadi warga yang terlayani kepentingannya di negeri sendiri. Salah satu aspek yang belum sepenuhnya terlayani adalah kejelasan kehalalan makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat.

Namun kini di bulan Ramadhan ini, masyarakat pantas berbahagia dengan akan disahkannya Rancangan Undang-undang Jaminan Produk Halal. Negara selaku pelayan rakyat telah selangkah lebih maju dalam melayani kepentingan rakyatnya dengan rencana diluncurkannya sertifikasi kehalalan produk.

Jaminan Produk Halal sendiri berarti kepastian hukum bahwa makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimia biologik, dan produk rekayasa genetik halal untuk dimakan, diminum, dipakai, atau digunakan sesuai dengan syariah dibuktikan dengan sertifikat halal dan dinyatakan dengan tanda halal.



Dengan undang-undang ini negara bertindak sangat demokratis karena menghargai hak sebagian besar rakyat untuk mendapat informasi kehalalan makanan yang beredar di pasaran dan juga memuliakan rakyat dengan melindungi rakyat dari produk-produk tidak halal. Hal ini selaras dengan keinginan membangun manusia seutuhnya, yang dalam aspek makanan berarti negara bukan hanya melindungi rakyat dari bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan, tapi juga dari barang-barang haram yang berpotensi masuk ke dalam tubuh rakyat tanpa mereka sadari.

Kita hormati pandangan pihak-pihak yang menganggap undang-undang ini adalah bentuk diskriminasi bagi pemeluk agama lain, tetapi harus disadari bahwa negara berkewajiban melayani rakyat, dalam hal ini adalah menyediakan informasi tentang produk-produk halal.

Kalau bukan negara, siapa lagi yang harus melayani kebutuhan rakyat? Lagipula ini bukan diskriminasi, karena tidak merugikan pemeluk agama lain. Seperti halnya keberadaan Rumah Sakit Ibu dan Anak bukanlah diskriminasi terhadap para Bapak, tetapi merupakan bentuk pelayanan kepada kaum Ibu dan anak-anak. Label kandungan kalori pada kemasan makanan bukanlah diskriminasi bagi orang yang tidak sedang melakukan diet makanan.

Jika kita telaah lebih jauh lagi, undang-undang kita saat ini kebanyakan bersumber dari barat yang tentunya sedikit banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai barat. Dalam hal hubungan dengan falsafah Bhinneka Tunggal Ika, dapat kita katakan bahwa bukan hanya hukum dari barat saja yang boleh di-klaim sesuai dengan asas kebhinnekaan Indonesia, tetapi juga hukum-hukum yang bersumber dari ajaran Islam dapat dikatakan sangat sesuai dengan masyarakat Indonesia yang sangat religius. Islam telah terlebih dahulu datang, dianut dan selama berabad-abad mempengaruhi kebudayaan masyarakat Indonesia.

Akhirnya, dengan diterapkannya Undang-undang Jaminan Produk Halal ini mudah-mudahan kepentingan masyarakat akan informasi produk halal dapat terpenuhi (und-agt-09)


Cerpen Sang Tetua Malang

Jaman dahulu kala di satu pelosok negeri yang desa-desanya menempati tepian sungai, seorang tetua desa diundang untuk memberi petuah pada acara syukuran yang diselenggarakan oleh tiga orang berbeda dari tiga desa tetangga yang berbeda. Namun acara mereka berlangsung pada waktu yang bersamaan.

Pengundang pertama adalah seorang pedagang kaya yang tinggal di sebuah desa di arah hilir sungai. Pedagang tersebut terkenal sangat dermawan, dan gemar membekali uang pada tamu-tamu acaranya. Sang Tetua desa yang diundang untuk memberikan nasehat ini dan itu, jamaknya akan mendapat ucapan terimakasih dalam jumlah lebih dari Si Pedagang.

Pengundang kedua adalah seorang juru masak dan pemilik kedai gulai terkenal di kota. Juru Masak ini terkenal dengan resep-resep ajaibnya yang hanya dikeluarkan pada saat-saat tertentu saja. Konon pada acara syukuran pernikahan putri tunggalnya ini, Sang Juru Masak akan mengerahkan seluruh kemampuan memasak untuk memanjakan lidah para tamu undangan. Sang Juru Masak juga terkenal karena suka membekali tamunya dengan aneka gulai, dan Si Tetua Desa lazimnya akan dibekali dengan berantang-rantang gulai setelah memberi sepatah dua patah kata selama acara.

Pengundang ketiga adalah seorang jauhari, ahli intan yang sangat tersohor kepiawaiannya dalam menaksir intan. Intan adalah batu yang elok warnanya, biasanya dipergunakan sebagai perhiasan. Kabarnya dia mengadakan pesta syukuran ini untuk merayakan keberhasilannya mendapatkan konsesi tambang intan di sebuah perbukitan tandus di luar pulau.

Alur-alur intan yang terpendam belasan meter di bawah bukit itu menjanjikan keuntungan berlipat-lipat dari modal yang dikeluarkan Sang Jauhari. Si Jauhari juga dikenal suka bermurah hati menghadiahkan intan pada orang-orang yang dihormatinya. Si Tetua sebagai tamu kehormatan sudah tentu akan dihadiahi beberapa biji intan pilihan dari jenis yang paling baik.

^_^

Peninglah kepala Si Tetua Desa dalam menentukan undangan siapa yang bakal dipenuhi. Jarak ketiga desa berjauhan, masing-masing harus ditempuh 2 jam mengayuh perahu menyusuri sungai. Bila dia berangkat selepas Isya, Sang Tetua baru akan sampai tujuan pada pukul 9 malam. Terlambat satu jam dari mulainya acara, tetapi masih ada dua jam lagi sampai acara selesai pukul 11 malam.

Alkisah Si Tetua sangat menggemari gulai ikan, seperti yang akan dihidangkan Si Juru Masak. Sudah lama dia tidak menemukan gulai ikan yang enak. Belakangan setelah tukang gulai ikan langganannya digantikan oleh anaknya, rasa gulainya tidak lagi nendang. Rasanya biasa-biasa saja seperti gulai buatan istri Si Tetua. Makanya dia memutuskan menghadiri undangan Si Juru Masak dengan harapan pulangnya akan mendapat pesangon berantang-rantang gulai ikan terbaik -- yang cukup untuk mengobati kerinduan terhadap gulai ikan selama beberapa hari.

Maka dikayuhnya sampan menuju arah hilir sungai, ke rumah Si Juru Masak. Namun di tengah perjalanan, Si Tetua teringat akan undangan Si Pedagang Kaya yang dermawan. Dirinya teringat, pada undangan tahun lalu, amplop ucapan terimakasih yang disodorkan Si Pedagang senilai penghasilan Si Tetua selama sebulan.

Dibayangkannya dengan uang tersebut dirinya bisa mengajak anak dan istrinya berkunjung ke rumah mertuanya di kota. Disamping itu dia bisa memanjakan dirinya dan anak-anaknya dengan berbelanja pantalon, sepatu dan ikat pinggang di toko-toko pakaian di pusat kota.

Terbayang dalam benaknya dua orang anaknya akan meloncat-loncat kegirangan saat diberitahu akan diajak pergi ke rumah kakeknya sambil berbelanja di toko pakaian. Wuufff, tiba-tiba saja Si Tetua Desa balik haluan, membelokkan sampannya ke arah hulu sungai, menuju rumah Si Pedagang Kaya.

Si Tetua mengayuh sampannya dengan sekuat tenaga karena melawan arus sungai. Apalagi dia merasa telah membuang waktu setengah jam untuk menuju rumah Juru Masak, dan kini dia paling lambat dua setengah jam harus bisa mencapai rumah Si Pedagang Kaya. Bayangan anak-anaknya yang akan bersorak-sorak gembira membuat kayuhan dayungnya tidak terasa berat walaupun melawan arus sungai yang sangat deras. Gambaran kegembiraan buah hatinya itu membuat sampan terasa ringan dikayuh menuju rumah Si Pedagang Kaya.

Namun saat di tengah perjalanan Si Tetua Desa teringat akan keinginan anak sulungnya untuk bersekolah di kota. Sekolah di desanya hanya sampai tingkat sekolah rakyat. Untuk dapat sekolah lanjutan, dia harus mengirim anaknya ke kota. Pastilah butuh biaya yang tidak sedikit.

Tiba-tiba Si Tetua ingat undangan dari Tukang Jauhari. Ahli intan yang kenal baik dengan dirinya ini terkenal akan kedermawanannya. Apalagi dia baru saja menemukan sumber intan di luar pulau. Dibayangkannya Si Jauhari akan membekali dirinya dengan satu kantung berisi beberapa biji intan yang sangat berharga. Kelak intan-intan itu bisa dia gunakan untuk membiayai sekolah anaknya.

Dongeng Sang Kancil dan Kijang Pelari

Kamu bukan seorang pelari yang militan! 
Kamu hanyalah seorang pelari yang setengah-setengah! 
Mana mungkin kamu bisa menang melawan 
Kancil dengan upaya seminim itu!!!



Sang kancil tersenyum mendengar keluh kesah kijang yang baru saja hari kemarin dikalahkannya saat mereka berdua berlomba lari di depan mata seluruh penghuni hutan.

Bayangkan! Kijang sang jawara lari sepanjang masa akhirnya takluk dari Sang Kancil yang lebih dikenal sebagai binatang bijak bestari daripada sebagai jagoan lari. Kebesaran nama Kijang Pelari bahkan tak dapat ditandingi oleh singa raja hutan yang tak pernah sanggup menangkapnya.

“Bagaimana mungkin saya kalah dari kamu! Padahal aku telah berlatih keras setiap hari dan mengorbankan waktu untuk keluarga hanya untuk mempersiapkan diri bertanding lari”
keluh Kijang sambil matanya berkaca-kaca meratapi gelar pelari terbaik sepanjang masa yang telah beralih pada Sang Kancil.

^_^

Dua binatang itu masih bercakap-cakap sambil berjalan beriringan kala hujan rintik-rintik tiba-tiba turun membasahi rerumputan di sepanjang jalan setapak yang mereka lalui. Kijang cepat-cepat mengajak Kancil untuk berteduh di sebuah gua yang terletak di tepi jalan agak menjorok ke dalam.

Alih alih mengikuti ajakan tersebut, Sang Kancil malahan tersenyum lalu berkata pada Kijang

“Dengar Kijang! Alasan kekalahan Kijang dari Kancil baru saja terjawab oleh gerimis rintik-rintik”

Kijang terkejut dan speechless, tidak tahu apa yang dimaksud Sang Kancil. Apa hubungan gerimis rintik-rintik dengan kekalahan dirinya.

“Gerimis kecil rintik-rintik cukup untuk menghentikanmu dari berlatih. Kamu hanyalah seekor kijang pelari yang setengah hati. Hujan kecil kau jadikan alasan untuk tidak berlatih!. Urusan tetek bengek di rumah kau jadikan alasan untuk memperpendek latihan!

Kijang tertegun mendengar kata-kata Sang Kancil. Dia memang sering menolak berlatih karena harus mencari pucuk daun-daunan buat anak-anaknya, padahal sebenarnya itu bisa dilakukannya sore hari setelah berlatih. Masalahnya Kijang tidak mau kerja lembur hanya karena harus berlatih. Dia maunya berlatih hanya di jam-jam kosong dari pekerjaan saja. Tidak mau menunda sebuah tugas untuk dikerjakan sore hari setelah berlatih. Pekerjaan dulu, baru setelah ada waktu kosong dia mau berlatih.

“Kamu bukan seorang Kijang pelari militan! Kamu bukan seorang Kijang pelari fundamentalis! Kamu hanya mau sedikit berkorban untuk meraih gelar pelari terbaik sepanjang masa! Kamu berlatih setengah setengah! Kamu berupaya ala kadarnya, sambil berharap faktor-faktor lain akan membantumu memenangkan lomba lari! Gak bisalah! Mana bisa dirimu menang dengan cara itu!

Hujan rintik-rintik belum berhenti kala Sang Kancil melanjutkan kata-katanya.

“Aku juga punya banyak hambatan seperti kamu! Tapi aku tetap berlatih walaupun itu berarti aku harus kerja ekstra mencari rumput di sore hari seusai berlatih! Aku juga tidak pernah berhenti oleh gerimis rintik-rintik. Aku mau menunda pekerjaan memperbaiki rumahku dari sore menjadi malam hari karena aku harus berlatih! Aku tidak ragu-ragu untuk berkorban, sementara kamu lempeng saja, bertindak seperti biasa tanpa mau membuat pengorbanan ekstra!.

Kijang termenung mendengar kata-kata Sang Kancil. Dirinya memang tidak pernah sepenuh hati berlatih untuk menjadi pelari terbaik sepanjang masa. Dirinya hanyalah makhluk setengah hati, bukan seorang yang militan. bukan seorang fundamentalis. Pantas saja dirinya gagal meraih kembali gelar itu. Diam-diam Kijang merasa dirinya pantas kalah dari Sang Kancil (undil – bandung agt 2009)


tags: dongeng sang kancil, cerpen, cerita pendek, cerita anak, cerita manajemen, cerita psikologi

Puisi Ramadhan - Fenomena Cinta

Ketika rasa lapar dan dahaga
menjadi saksi ketundukan
Ketika suara tasbih
menjadi saksi kerendahan hati
Ketika doa didengar
Ketika amalan diterima
Ketika sedekah menjadi ringan
Ketika pahala berlipat ganda
Adalah fenomena keindahan cinta
yang turun di dunia kala puasa tiba




Puisi Ramadhan - Ramadhan Segera Tiba

bahagia rasanya
detik-detik untaian permata
jam-jam begitu berharga
hari-hari penuh pahala
bulan paling utama
ramadhan segera tiba
bulan dimana manusia
diundang menjadi tamu Allah
dan dimuliakan oleh-Nya

tiada yang lebih indah daripada
dimuliakan oleh Sang Mahaperkasa

Puisi Bike to School: Why I love My Principal

Karena setiap Selasa dia menyediakan sarapan di kantin pada siapa saja yang datang ke sekolah dengan sepeda

Karena setiap Rabu dia bagikan Voucher Sepatu Sport khusus bagi siswa yang baru pertamakali naik sepeda ke sekolah

Karena setiap Jumat dia bagikan novel-novel terbaru bagi siapa saja yang lima hari berturut-turut bersepeda ke sekolah

Karena setiap Sabtu dia sediakan bengkel secara cuma-cuma untuk merawat semua sepeda yang dibawa siswa ke sekolah

Karena dia berhasil membujuk semua toko sepeda lokal untuk memberi discount khusus bagi para siswa sekolah kami

Karena dia menggusur tempat parkir mobil demi membuat tempat parkir sepeda

Karena dia mengajak kami untuk bersepeda bersama keliling kota setiap Sabtu pagi

Karena dia memberi tambahan nilai olahraga satu point bagi siapa saja yang bersepeda ke sekolah dua bulan berturut-turut


Karena dia mengajarkan wujud cinta pada diri sendiri dan pada alam semesta dengan bersepeda

Karena dia mengajari kami arti sebuah dunia yang indah tanpa polusi

Karena dia menarik, ceria dan tingkah lakunya mempesona ^_^

Cerpen Bike to School: Baruna

Setiap bersepeda ke sekolah di pagi hari, Baruna menemui pemandangan yang menakjubkan di sepanjang jalan. Dirinya berpapasan dengan ribuan, bahkan puluhan ribu pengendara sepeda yang beriringan bergerak dari arah selatan menuju utara – sementara hanya ada satu dua kendaraan yang searah dengan Baruna.


Mereka adalah ribuan pekerja yang tinggal di desa-desa di selatan kota yang sedang berangkat menuju tempat kerjanya di kota.


Sebagian besar bekerja di bidang informal. Mayoritas adalah tukang bangunan, kuli, pekerja kasar dan pekerja yang bekerja di proyek-proyek bangunan. Sebagian lagi bekerja di pabrik-pabrik kerajinan tangan dan pabrik makanan ringan yang tersebar di sentra-sentra industri rumah tangga yang memproduksi oleh-oleh khas kota itu -- yang menunjang majunya industri pariwisata.


Mereka punya alasan kuat untuk memilih bersepeda ke tempat kerja. Penghasilan mereka terlalu kecil untuk digunakan membayar ongkos angkutan umum. Beberapa ribu rupiah ongkos angkutan umum lebih baik dipergunakan untuk membeli beras buat persediaan saat order pekerjaan lagi sepi.


Ada musim-musim tertentu di kalangan pesepeda itu. Kalau lagi musim bel sepeda, maka ada bermacam-macam jenis bel yang dipasang di sepeda. Ada yang memakai bel kring, ada yang pasang klakson, ada yang pasang lonceng, bahkan ada yang memakai terompet pelaut. Mereka tertawa dan bercanda sambil saling membunyikan bel. Suara bel yang bersahut-sahutan membuat suasana pagi di sepanjang jalan menjadi semarak bak pasar malam.


Adakalanya musim cat sepeda --- maka sepeda-sepeda itu akan dicat warna-warni oleh para pekerja. Ada yang memilih warna kuning menyala, ada yang merah tua, ada juga yang memilih mengecat sepedanya warna-warni. Jadilah iring-iringan ribuan orang itu mirip iring-iringan karnaval.


Lain lagi kalau lagi musim bendera. Bermacam-macam jenis bendera dipilih oleh tiap sepeda. Mereka memasang bendera dengan menggunakan besi seukuran antena radio yang mencuat di bagian belakang sepeda. Ada macam-macam bendera yang dipasang, tetapi kebanyakan memasang bendera kesebelasan Liga Inggris dan Liga Itali.

Puisi Bike to School: Little Myrna

Namaku Myrna
Kata mama umurku tiga tahun satu bulan
Aku punya sepeda, walau rodanya masih empat
Pengennya sepeda roda dua
seperti yang di pake Om-om di Tour de France
tapi untuk sementara tak apalah
aku pake sepeda buat anak kecil itu
(padahal aku udah tiga tahun satu bulan!)

Tiap hari aku sepedaan di halaman rumah
Jangan tertawa!
itu dah lebih bagus dari bulan lalu
Waktu itu aku baru boleh naik sepeda di dalam rumah
Bosen banget deh,
sepedaan di dalam rumah seharian.
Tapi kini aku-pun mulai bosan,
naik sepeda sebatas keliling halaman
Pengennya bisa sepedaan di jalan
Alamak! Aku kan udah tiga tahun satu bulan!

Puisi Bike to School: I Love My Bike

Di antara berjuta sepeda
Ada satu yang istimewa
Itulah sepeda yang setia membawaku ke sekolah
Kutinggalkan motor dan mobil di rumah
biar buat pergi-pergi mamah papah
Kusimpan ongkos bensin di bawah bantal
buat maen sama teman-teman di akhir pekan

Padahal mulanya aku terpaksa bersepeda
karena motor aku mogok gak mau jalan
Mulanya aku terpaksa bersepeda
karena kakak sok sibuk gak mau nganter
Herannya kini aku bahagia dengan sepeda
Herannya aku gak pernah masuk angin lagi
Herannya aku gak pernah pilek-pilek lagi
Herannya badanku gak tambah melar lagi
Herannya tubuhku terasa lebih sehat
Herannya tenagaku menjadi lebih kuat