Mempersiapkan Penerapan Sistem SDM Berbasis Kompetensi


Abah Zayn Malik  mendadak menderita Gegana, alias Gelisah, Galau dan Merana. Pasalnya dia mendengar selentingan bahwa di perusahaan akan diterapkan sistem remunerasi yang baru. Sebagai seorang Supervisor yang membawahi ratusan karyawan, dan mengemban target produksi yang tinggi, dia merasa khawatir jika pencapaian target meleset sedikit saja, maka dia dan tim-nya bisa kehilangan sejumlah bonus. Padahal kontribusi dari unit kerja yang dipimpinnya terhadap pendapatan perusahaan sangat besar, dan dia ragu besarnya kontribusi itu diperhitungkan dalam sistem yang baru.



















Lain lagi dengan penyebab Gegana Mang Harry Styles. Dia mengalami masa-masa Gelisah, Galau dan Merana gara-gara mendengar bahwa sistem SDM yang baru membuat Key Perfomance Indicator (KPI) akan berperan besar mempengaruhi gaji. Sementara unit kerjanya berada di bagian hilir proses produksi. Jika ada kegagalan dari bagian hulu, dengan sendirinya KPI unit kerjanya juga bakalan ikut jeblok. Sialnya dia tidak tahu pasti apakah faktor ketergantungan itu akan diperhitungkan.

Hal lain yang menggalaukan Harry adalah jika dilakukan publikasi terbuka terhadap pengelompokan karyawan berdasar hasil penilaian kompetensi dan kinerja. Dia khawatir seandainya di antara  anak buahnya ada yang menempati zone papan bawah, si personil akan menjadi rendah diri, kehilangan semangat kerja, dan yang paling fatal tidak sanggup lagi bertemu muka dengan gebetannya.

Lagu Michael Heart: We Will Not Go Down (Song for Gaza)

We will not go down! We will not go down! Apa-pun yang telah terjadi!. Apa pun yang akan terjadi Rakyat Palestina tidak akan menyerah pada Israel!. Tentunya si musisi asal Los Angeles ini berharap orang-orang akan tergerak nuraninya setelah mendengar lagu We Will Not Go Down. Kemudian tergerak hatinya untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina dan bersedia mengulurkan bantuan demi meringankan beban penderitaan rakyat Palestina. Lirik lagu dan terjemahan bahasa Indonesia karya Michael Heart ini mengesankan semangat yang menyala-nyala Rakyat Palestina.


Israeli Soldier and Baby (worldbulletin.net)


WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)

Composed by Michael Heart


Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

Lukisan Hujan

Hujan rintik-rintik tatkala aku duduk di lantai dua sebuah warung sop ayam. Di mejaku telah tersaji sop ayam yang masih mengepulkan uap yang menyeruakkan aroma kegurihan yang menggoda. Di sisinya segelas kopi panas menghembuskan kesegaran khas kopi arabica yang menggairahkan. Sebagian isi mangkok sop ayam telah beralih ke dalam perutku. Sementara dari  jendela yang menganga di depanku terlihat kehebohan di jalanan akibat turunnya gerimis.



















Seekor kucing kecil nampak meloncat-loncat gembira diantara tiga orang gadis kecil yang bermain kejar-kejaran di trotoar. Gadis kecil berambut panjang mengejar-ngejar dua orang temannya, seorang anak perempuan berambut pendek dan berhidung mancung, serta seorang lagi anak bertubuh tinggi, ramping dan berambut kriwil. Dua anak itu ketawa-ketiwi menggoda si rambut panjang yang tak kunjung bisa menangkap mereka berdua. Kala hujan semakin menderas, tiga gadis kecil yang awalnya  berkeras diri terus bermain tanpa menghiraukan tetesan air akhirnya menyerah -- dan berteduh di warung kelontong di pinggir jalan. 

Si kucing kecil nampak bingung sejenak ditinggalkan oleh kawannya bermain. Lalu setelah sesaat terbasahi hujan, nampaknya dia tersadar dan buru-buru dia berteduh di kios parfum yang terletak di samping warung kelontong. Lambat tapi pasti kios penjual parfum isi ulang itu semakin mirip kamp pengungsian akibat banyaknya pengendara motor yang berhenti dan numpang berteduh di sana. Motor-motor dibiarkan basah kuyup, berserakan di pinggir jalan dan di atas trotoar -- sementara para pengedaranya menyelamatkan diri dari guyuran air hujan.

Kucing kecil terlihat kurang berani masuk ke dalam tokom parfum. Tubuhnya yang mungil lambat laun semakin terdesak, kuwalahan mencari tempat berpijak, dan semakin tersingkir akibat rapatnya barisan kaki manusia yang berdiri berjajar di teras toko. Akhirnya dia lari ke kios jam yang terletak di samping kios parfum. 

Seorang pegawai toko jam terlihat masih sibuk menurunkan tirai kayu untuk mencegah tampias air hujan masuk ke dalam toko. Setelah selesai menurunkan tirai kayu,  dia mendapati tirai kayu itu telah berdebu dan ditumbuhi sarang laba-laba. Mungkin dia pegawai baru yang tidak tahu bahwa para pekerja toko itu sudah lama tidak menggunakan tirai kayu. Saking lamanya tidak digunakan akibatnya dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Maka dikeluarkannya sapu untuk membersihkan. Dengan nalurinya si kucing kecil lari terbirit-birit ketakutan melihat pagawai toko jam mengeluarkan sapu. Disangkanya bakalan digebuk dengan sapu. Dia lari ke sebuah gardu kecil di sebelah toko jam. 

Beberapa pengendara motor masih nampak lalu lalang di jalan tanpa menghiraukan rintik hujan yang mulai bertambah deras. Sejumlah pekerja penggali gorong-gorong nampak menghentikan pekerjaannya, dan buru-buru berlari menuju gardu kecil di sisi toko jam. Awalnya si kucing kecil hanya beringsut ke pojokan gardu. Namun seiring semakin banyaknya tukang gorong-gorong yang berteduh, dia terlihat mulai takut. Pelan-pelan kucing kecil itu beringsut ke depan, kemudian keluar gardu, dan berlari kencang menyeberang jalan. 

Seusai menyeberang jalan, si kucing kecil menghilang dibawah rak koran dan majalah milik penjual  koran yang memajang dagangan tepat di bawah warung sop ayam. Rak tersebut telah diselubungi plastik bening untuk mencegah barang dagangannya basah oleh air hujan. Si penuual koran tidak terlihat batang hidungnya. Mungkin dia sedang asyik mengobrol dengan tukang parkir entah di mana.

Hujan turun semakin lebat. Hembusan angin menciptakan ilusi kabut air yang mulai terlihat menghalangi jalan. Beberapa pengendara motor yang tadinya nekad menerobos jalan kini mulai pada menyerah, dan berteduh di teras toko. Toko-toko di seberang jalan  praktis telah tertutup oleh orang-orang yang sedang berteduh. Beruntunglah penjual mie gelas yang ikut berteduh di toko parfum. Nampak wajahnya dengan riang melayani para peteduh yang mendadak antri membeli mie gelas setelah salah satu diantara mereka memulai memesan. Sepertinya aroma gurih mie rebus telah merangsang hidung para peteduh, dan menggerakkan perut mereka untuk menagih jatah makan siang.

Krek-krek-krek....bruuuk!. Tiba-tiba di dak beton di depan jendela warung sop ayam muncul si kucing kecil. Aku kaget setengah mati melihatnya tiba-tiba muncul di hadapanku. Seolah-olah dia tahu dari tadi kuamati tingkah lakunya. Rupanya si kucing kecil memanjat rak koran, lalu melompat ke pohon palem yang dibiarkan tumbuh tinggi di samping warung sop ayam, lalu melompat ke dak beton di lantai dua. Sebuah kejutan kecil yang membuatku terkesima.

Si kucing kecil nampak mengibas-ngibaskan ekornya. Beberapa kali dia menggoyangkan tubuh untuk menghilangkan tetesan-tetesan air yang membasahi bulu-bulunya. Lalu dia menatapku dan mulai mengeong. Terus mengeong seolah tahu dia bakal mendapat sesuatu. Tiba-tiba aku terinspirasi. Diantara sop ayam ini ada gajih-gajih yang sebaiknya tidak kubiarkan masuk ke dalam perutku. Maka aku ambil gumpalan-gumpalan lemak itu dan kulemparkan ke depannya. 

Seorang gadis berambut sebahu dan bermata jeli yang duduk di meja sampingku rupanya mengamati aku saat memberikan gajih-gajih itu, lalu mengomentari betapa lucunya si kucing kecil. Diambilnya potongan-potongan daging dari piringnya dan dilemparkan ke dapan kucing kecil. Lalu dia mengajak mengobrol tentang hujan dan perilaku orang-orang di jalan tatkala hujan turun. Selintas aku berpikir dia mungkin seorang mahasisiwi psikologi atau seorang wartawati majalah lifestyle. Keriangan yang menyeruak disela-sela celotehnya tiba-tiba mengingatkan aku pada keriangan si kucing kecil. 

Di depan jendela si kucing kecil nampak riang menyantap makan siangnya sambil matanya sesekali mengawasi toko kelontong. Barangkali dia masih berharap seusai hujan, tiga orang teman kecilnya akan kembali bermain di trotoar (Undil-2014).

gambar diambil dari fineartamerica

Cerkak Bahasa Jawa: Ngunduh Bejo Amarga Tumindak Sepele

Dino setu bengi akhir Mei, Shinichi bali menyang Bandung sakwise liburan seminggu ning Jogja. Kaya biasane Shinichi nggawa tas loro, siji tas ransel gede isi klambi, buku, laptop lan sakbangsane. Ditambah siji tas cilik isi oleh-oleh -- salah sawijine bakso gorenge Bakso Bangjo kidul Pasar Bantul sing kagurihane gawe kangen kanca-kancane. Shinichi marani loket Customer Service (CS) stasiun sakperlu njaluk dicetakke tiket kereta api sing wis dipesen seminggu kapungkur lewat situs PT Kereta Api. 




Jebulane saiki penumpang kon nyetak dhewe ning komputer sing disediakake. Ora dilayani meneh dening petugas. Mesti wae antri, ning antriane ora dawa. Tekan ngarep komputer, ana tulisan Shinichi dikon nglebokke kode booking sing wis dikirim via email seminggu kapungkur. Wah nek carane kaya ngene, sesuk meneh dheweke ora perlu ngeprint bukti bayar, cukup dicatet kode bookinge wae. Luwih gampang. Wasan Shinichi ngetikke kode booking lan mejet OK, terus komputer otomatis nyetak dhewe tiket kereta api. Wah pancen canggih tenan pelayanan sepur jaman saiki.

Sakwise nggawa tiket, Shinichi melu antri arep mlebu strasiun. Tekan ngarep petugas checker, Shinichi ngulungke tiket lan SIM sakperlu diperiksa kacocokane dening petugas. Bar tikete dicap dening petugas, banjur mlaku meneh tekan lawang sing dijaga satpam. Satpam uga meriksa meneh tiket Shinichi karo ngandani menawa Sepur lodaya mengko siap ning jalur lima.

Jam wolu kurang seprapat, Sepur Lodaya teka saka Solo. Shinichi mlebu gerbong eksekutif 1, trus goleki kursi nomor 10C. Wasan ketemu kursine, Shinichi enggal-enggal ngetokke laptop, buku,  lan teh Nu Greentea saka tas. Bar kuwi ngunggahke tas ning kabin sepur. Rampung tata-tata gawan, Shinichi asyik nyenuk mbukak-mbukak situs online sinambi ngombe greentea.

Ora lali Shinichi ngobrol karo wong sing lingguh ning jejere, jenenge Arista, mahasiswi ITB, ayu, putih, duwur, sing bar dolan-dolan ning Jogja ninggone budhene. Bar kuwi ora kaya adat saben -- Shinichi kepengen ngruruhi wong sing lingguh ning kursi ngarepe. Jebule wasan mengo ketok rupane si Justus -- cah anyar sing lagi setengah tahun kerja ning kantore Shinichi. Justus uga bar dolan ning Jogja, jarene ninggone Oma.

Rampung ngobrol karo Justus, Shinichi mulai mbukak-mbukak buku sing digawa. Buku karangan Salim A Fillah sing judule Jalan Cinta para Pejuang. Isine apik banget, nerangake bab-bab penting ning kehidupan sehari-hari saka sudut pandang psikologi islami. Pokoke isine top markotop, kaya mbukak tabir perilaku menungsa, lan nunjukke perilaku kang utama. 

Tengah wengi Shinichi nylempitke buku lan laptop ning pinggir kursi amarga kantong sing biasa nemplek ning kursi ngarepe ora ana. Mungkin suwek, terus dicopot tinimbang ngelek-eleki. Ora sakwetara suwe Shinichi turu nglinthek ning kursi. Tangi-tangi jam papat esuk amarga ana suarane petugas sing lagi nariki selimut kusebab Sepur Lodaya wis arep tekan stasiun Kiara Condong. Selimut pancen sok ditarik pas sepur arep tekan stasiun tujuan. Wasan sepur tekan Stasiun Bandung, Shinichi cepet-cepet medhun sakwise pamit marang Arista lan Justus.

^_^

Awan-awan bar makan siang, Shinichi lagi kelingan menawa laptope mau ditokke ning kursi sepur, lan durung dilebokke meneh ning tas. Wah gawat iki!. Berarti laptope ketinggalan ning sepur. Wah mau bar dinggo saukur dislempitke ning pinggir kursi ora langsung dilebokke tas meneh, dadine malah lali.

Cerkak Basa Jawa: Mbak Irah lan Rahasia Mas Wagenugraha

Wis suwe Mbak tukang cuci baju langganane Wagenugraha sing ayu kuwi gumun karo Wagenugraha. Amarga Wagenugraha kerep ngumbahi dhewe sebagian klambine. Kadang-kadang wayah bengi anggone ngumbahi, dadi esuk-esuk pas arep njukuk klambi reget, Mbak Irah kaget weruh ana klambi teles pirang-pirang digantung ning pemean. Terkadang Wagenugraha ngumbahi wayah prei setu utawa minggu esuk. Dadine dheweke anggone adus suwe banget jalaran sisan karo ngumbahi klambi.
















Awale Mbak Irah sumelang gek-gek anggone dheweke ngumbahi ora resik, dadi Mas Wagenugraha rumongso perlu ngumbahi dhewe. Nanging alasan kuwi gugur amarga sebagian besar klambi tetep dikumbahke dening Irah. Akhire saking penasarane, Irah takon marang Wagenugraha:

"Mas Wage, kenging menapa panjenengan niku sok ngumbahi dhewe tho. Punapa wonten rahasia ing klambi panjenengan?" pitakone Irah karo munggahke alise kang nanggal sepisan.

"Oooooo ora, ora ana rahasia ning klambiku. Aku saukur kepengin ngumbahi wae Mbak Irah, sisan karo adus"

"Wah mosok niku alasanipun tho?. Menapa kumbahan kula kurang resik Mas Wage?"

"Ora, ora Mbak Irah. Hasil kumbahanmu  resik kok. Malah resik banget, luwih resik tinimbang kumbahanku"

"Lha punapa alasanipun ngumbahi piyambak?"

Puisi Ucapan Ulang Tahun buat Sahabat - Kita ini Gelas dan Tatakan

Kita ini gelas dan tatakan
kamu gelas, aku tatakan
tanpaku kamu pasti bisa bawa minuman
namun bersamaku dirimu lebih meyakinkan











 




Kita ini gelas dan tatakan
aku menampung luberan dan tetesan
agar tak bikin noda dan berlepotan
yang menyeretmu dalam persoalan

Kita ini gelas dan tatakan
panas isi gelas hanya boleh terasa oleh tatakan
janganlah kau umbar sembarangan
kelak membawamu tenggelam dalam penyesalan  

Kita ini gelas dan tatakan
disatukan dalam ikatan persahabatan
tanpa jarak, tanpa rasa yang terpendam
bersatu dalam kebaikan

Selamat ulang tahun kawan
semoga semangat mudamu tak cepat karatan
bersinar dalam bahagia maupun derita
bersahabat dalam meniti kemuliaan jalan Tuhan
(Undil-2014)
   
gambar diambil dari  pablo-ruiz-picasso

Cerita Kancil Mencuri Timun

Pagi-pagi buta Ki Wagenugraha, sastrawan besar sekaligus cendekiawan ilmu hayati ternama itu sedang menyepi keluar kota, duduk termenung di atas pematang sawah yang ditumbuhi rumput-rumput liar di pinggir-pinggirnya, dan aliran parit kecil mengalir di sisi kiri bawahnya. Ditatapnya kebun timun yang dipenuhi batang-batang tanaman ketimun yang berbuah lebat, bonggol-bonggol ketimun yang berwarna hijau bergelantungan. 

Tiang-tiang kecil yang dibuat dari belahan-belahan bambu dipasang bersilang di kanan-kiri setiap tanaman untuk menyangga timun-timun yang ukurannya telah membuat batang tanamannya terkulai karena beratnya beban. Barangkali jika tanaman ketimun bisa berkata-kata, maka dia akan berteriak-teriak dengan suara lantang kepada Pak Tani, atau bahkan meratap-ratap, mengemis agar timunnya segera dipanen untuk mengurangi beratnya beban yang dia tanggung.















Sejenak kemudian Ki Wagenugraha melihat seorang lelaki muda, umur belasan tahun memanggul cangkul, berjalan dengan langkah-langkah panjang yang  gesit, bergegas menuju kebun ketimun. Di bahunya duduk seorang anak sekitar umur tiga tahun memegang erat-erat leher si lelaki. 

Di belakang lelaki itu, sesosok makhluk berjalan dengan lari terseok-seok laksana ekor lelaki yang terkibas ke kiri dan ke kanan, tertatjh-tatih mengimbangi gerakan Si lelaki yang serba tangkas. Mulutnya terus terbuka dengan lidah terjulur, menghembuskan uap hangat yang terlihat begitu nyata di suasana pagi yang dingin ini, ekornya dikibas-kibaskan berkali-kali, bahkan terlihat begitu sering dikibaskan seolah ekor itu membantu mendayung langkah kakinya mengejar gerakan si lelaki yang nyaris tidak terkejar. duniashinichi.blogspot.com
 
Sekalipun tampangnya bodoh, dan penampilannya kurang meyakinkan, tapi tubuh anjing yang membuntuti lelaki itu tergolong besar, sebesar anak domba, dengan kaki-kaki yang kokoh, tulang-tulang yang menonjol terkesan kuat. Otot-ototnya yang gempal berisi, seakan gumpalan-gumpalan tanah liat yang ditempelkan pada tubuh yang terbuat dari rangka baja. Tubuh seekor anjing besar yang menakutkan. Gerakannya memang kaku, bodoh dan lamban, namun dia juga kokoh, kuat, berangasan, dan patuh, yang membuat anjing itu nampak sebagai pengawal yang ideal bagi lelaki yang nampaknya adalah petani pemilik kebun timun.

Pesta Buku Bandung, dari Komunitas Bambu hingga Geger Sunten

Pesta buku Bandung kembali digelar di Gedung Landmark, Braga. Seperti biasanya acara pameran buku ini diikuti puluhan penerbit terkemuka di Indonesia. Buku-buku discount bertebaran di stand-stand penerbit. Bagi kamu yang suka berburu barang discount, pesta buku Bandung ini adalah arena perburuan yang patut diperhitungkan. Dari mulai diskon yang cuman 20 persen hingga diskon harga besar-besaran tersedia di sini. Tinggal pilih saja sesuai selera. Tapi banyaknya buku-buku diskon jangan membuat gelap mata sehingga membeli buku-buku hanya karena murah, bukan karena akan dibaca.

Stand-stand yang paling menarik buat saya diantaranya adalah Komunitas Bambu yang menyediakan koleksi buku-buku sejarah, Stand Geger Sunten yang menyediakan koleksi buku-buku berbahasa Sunda, Stand Kiblat Utama yang berisi buku-buku bernuansa Jawa Barat dan juga koleksi sastra Sunda dan Stand Mizan yang menyediakan buku-buku diskon dengan harga sangat miring. Untuk stand yang terakhir ini mungkin sedang melakukan cuci gudang, sehingga buku-bukunya dibandrol dengan harga sangat murah.

Salah satu aktifitas menarik saat mengunjungi pameran buku adalah mencari stand-stand yang menyediakan buku yang tidak gampang dicari di toko buku biasa. Berburu buku-buku humor berbahasa Sunda dan buku-buku bertema sejarah adalah salah satu contohnya. Anekaragam tema terkait sejarah di Stand Komunitas Bambu tidak mudah di dapatkan di toko buku biasa. Buat teman-teman yang suka seluk beluk sejarah bangsa kita, jangan sampai ketinggalan menyimak isi perut Stand Komunitas Bambu di arena Pesta Buku Bandung. Gak akan menyesal deh datang ke sana.

Seperti judul pameran yaitu "pesta buku", di Stand Komuntas Bambu inilah saya berpesta buku. Saya berbelanja aneka ragam buku-buku bertema sejarah yang sangat menarik untuk dinikmati. Buku Jawa Tempo Doeloe karya James R Rush, Sumatera Tempo Doeloe karya Anthony Reid, Indonesia Timur Tempo Doeloe karya George Miller, Bukan 350 Tahun Dijajah karya G.J. Resink, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Pemberontakan Nuku karya Muridan Widjojo, Kota Yogyakarta Tempo Doeloe karya sejarawan kenamaan Abdurrtachman Surjomihardjo dan Perubahan Sosial di Yogyakarta karya Selo Sumarjan yang legendaris itu.


Di Stand Geger Sunten saya memborong buku-buku humor berbahasa Sunda, termasuk satu buku tentang tatarucingan (tebak-tebakan) yang lucu banget. Tak lupa saya membeli satu kamus Sunda-Sunda. Haha... ternyata bukan hanya Bahasa Inggris yang punya kamus model Oxford Dictionary yang berisi penjelasan sebuah kata dalam bahasa Inggris, tetapi juga ada kamus istilah bahasa Sunda yang dijelaskan dengan Bahasa Sunda pula. Mudah-mudahan kamus itu akan menambah khazanah kosa kata Bahasa Sunda yang saya kuasai.

Buku tentang pemikiran Sjafrudin Prawiranegara tentang pribadi muslim dan sistem ekonomi Islam adalah buku-buku yang menarik saya untuk berbelanja di stand Kiblat Utama. Pemikiran-pemikiran Gubernur bank Indonesia di awal era kemerdekaan ini sangat menarik buat saya. Pandangan-pandangan beliau sebagai seorang tokoh Masyumi tentang sistem ekonomi di Indonesia tentu sangat penting untuk disimak. Bagaimana seorang Gubernur Bank Indonesia sekaligus tokoh partai politik paling modern di masa orde lama itu memandang sistem ekonomi negara tentu akan sangat membuka waswasan kita. Saya adalah seorang yang berkeyakinan bahwa jika Partai Masyumi yang sangat modern itu memegang kekuasaan dari awal kemerdekaan hingga sekarang, maka Indonesia saat ini tidak akan kalah kemajuannya dibanding Korea Selatan dan Taiwan. 

Beragam buku berharga miring di Stand Mizan tentu juga sangat menggoda untuk berpindah ke tas saya. Diantaranya adalah buku We Are All Weird karya Seith Godin, buku My Life as Film Director yang mengisahkan pengalaman menggeluti profesi para sutradara kenamaan Indonesia, buku The Lonely Planet Story yang menceritakan kisah pendiri penerbitan buku-buku dan CD panduan wisata Lonely Planet yang sangat tersohor itu, dan satu Komik Ekonomi berjudul Felix Wants to be Rich yang menceritakan seluk beluk investasi beserta risiko-risikonya. 

Di Pesta Buku Bandung ini juga terdapat stand-stand penerbit klasik legendaris di era 80-an seperti Penerbit Obor dan LP3ES. Kamu bisa menyimak koleksi-koleksi buku lama mereka di sana. Dari dua stand itu saya membeli buku klasik karya Yoshihara Kunio berjudul Kapitalisme Semu yang telah meramalkan kerapuhan ekonomi Orde Baru jauh-jauh hari sebelum rejim itu runtuh karena krisis ekonomi, dan buku karya Mochtar Lubis yang menghebohkan Indonesia di awal penerbitannya yang berjudul Manusia Indonesia (Undil-2014).

Keajaiban Rumah Mungil di Pojok Jalan

Shinichi Kudo hampir setiap hari melewati rumah mungil di pojok jalan sempit menuju masjid. Jalan tersebut terlalu lebar untuk disebut gang, namun kurang lebar untuk disebut jalan raya, karena mobil tidak bisa berpapasan. Jika dua mobil bertemu, salah satu harus mengalah. Rumah di pojok jalan itu mempesona bagi Shinichi karena aktifitas penghuninya.

















Rumah petak tersebut relatif sempit, hanya satu ruang tamu di depan plus mungkin ada tiga kamar tidur kecil di dalam rumah dan satu kamar mandi di samping teras. Ruang tamu juga merangkap jadi dapur, dan aktitas lain si pemilik rumah. Ada satu mesin jahit di teras rumah yang biasa dipakai istri pemilik rumah. Sambil menjahit, Si Istri juga berjualan cireng, pisang goreng dan aneka makanan kecil lain yang semuanya fresh, digoreng setelah ada pembeli. Dia juga berjualan masakan sayuran yang langsung dimasak begitu ada pembeli. Jika tidak sedang menggoreng atau menjahit, Si Istri terlihat sibuk mengupas bawang merah ditemani anak perempuannya. 

Bukan satu dua kali Shinichi melihat teman-teman anak perempuan penghuni rumah mengucapkan terimakasih berkali-kali pada Si Istri yang telah menjahit tas atau pakaian yang robek. Rupanya keluarga itu tidak menarik bayaran untuk pekerjaan yang hanya sekedar perbaikan kecil-kecil. Shinichi baru menyadari hal itu saat melihat tulisan tertempel di jendela yang sudah mulai suram karena termakan cahaya matahari yang berbunyi "GRATIS Jahit baju sobek dan pasang kancing baju lepas". Wow! Ini artinya mereka punya CSR sederhana tapi tak kalah keren dibanding perusahaan-perusahaan besar. Mereka bukan binatang ekonomi yang semata-mata mencari uang tapi juga manusia pencari makna.   

Cerita Cekak Basa Jawa: Dongeng Kancil lan pitik sing rebutan endog

Suwiji dina Sang Kancil lagi mlaku-mlaku ning kidul Pasar Bantul. Dheweke weruh langit isih peteng, kamangka saiki wis jam sepuluh awan. Srengenge ora ketok, malah katon ana sejenis bledug sing medun saka langit. Omah lan wit-witan katon rupane dadi putih-ireng amarga katutup awu. duniashinichi.blogspot.com

"Wah iki mesthi udan awu. Sajake ana gunung sing njebluk, terus awune jalan-jalan tekan kidul Pasar Bantul" pikirane Kancil wasiat

Kancil banjur mampir ning Bakso Bangjo sing warunge mapan ning sakidul Pasar Bantul. Dheweke wis sawetara suwe kakancan karo Mbak Dewi, koki sekaligus merangkap juragan sing nduwe Bakso Bangjo. Racikan baksone sing mantep marakke Kancil kepengin mampir pendak dolan ning Bantul. Rugi rasane adoh-adoh tekan Bantul ora ngrasakke gurihe Bakso Bangjo. Weruh Kancil mlebu ning warunge, enggal-enggal Mbak Dewi ngruruhi duniashinichi.blogspot.com

"Woooo kowe tho Kancil. Mrene-mrene mlebu ndene. Wiwit wingi ana udan awu amarga Gunung Kelud njeblug. Wis kowe leren kene ndisik, mengko tak wenehi masker ben ora watuk merga irungmu kelebon awu" duniashinichi.blogspot.com

"Gunung Kelud tho sing njeblug! Wah pantes awune akeh banget. Jeblukane Gunung Kelud pancen sok gedhi banget, ngantek awune tekan ngendi-ngendi" jawabe Kancil

"Kebetulan kowe mampir kene Kancil. Saiki aku lagi ana masalah. Ingon-ingonku Pitik Lehor karo Pitik Kalkun lagi kerengan amarga endoge kena awu Gunung Kelud, dadi ora iso dibedakke" celatune Mbak Dewi

Dongeng Kancil dan Buaya Raksasa

Suatu ketika seekor buaya raksasa berkata kepada temannya sesama buaya penghuni sungai yang aliran airnya membelah hutan, bahwa dia bosan memakan ikan setiap hari. Si Buaya Raksasa ingin makan anak kecil yang menurut dia rasanya sangat nikmat, dagingnya empuk dan gurih.



















"Aku sudah bosan setiap hari makan ikan melulu. Apalagi makan ikan lele. Wuhhh... nggak level lah buat diriku. Rasanya kurang nikmat, baunya anyir, bau tanah busuk!. Lagipula sudah saatnya aku berhenti menjadikan perutku sebagai kuburan ikan lele" kata Buaya Raksasa

"Wah-wah sombong sekali dirimu. Aku masih suka makan ikan di sungai. Ikan lele aku juga suka. Rasanya bagiku enak-enak saja. Jika kamu tidak mau makan ikan, kamu ingin makan apa?" tanya temannya si buaya semenjana.  duniashinichi.blogspot.com

"Aku ingin makan anak kecil. Rasanya jauh lebih gurih daripada ikan lele. Lagipula ukurannya besar, jadi perutku bisa kenyang dan lidahku puas menikmati kenikmatan rasanya!" kata Buaya Raksasa

"Wowww! Makan anak kecil? Keren sekalli seleramu, tapi juga sangat berbahaya! Kamu bisa tertangkap saat memasuki kota. Bisa-bisa nasibmu berakhir menjadi tas kulit karena tertangkap para penjaga kota!" kata temannya

"Wah. Aku sudah punya strategi jitu. Tak mungkin aku akan tertangkap oleh manusia. Aku kuat, cepat dan cerdik. Mereka tidak akan mampu menangkapku!" jawab Buaya Raksasa dengan sombong

"Ah sudahlah jika kamu tak ingin mendengarku! Silakan saja kamu pergi ke kota dan makan anak kecil di sana. Yang penting jangan ganggu aku" kata buaya semenjana.

^_^

Jadilah Si Buaya Raksasa keluar dari sungai, berjalan melintasi hutan  raya menuju kota. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seekor gajah yang tengah merumput. Si Gajah terkejut melihat seekor buaya yang biasanya tidak pernah pergi jauh dari sungai kini berjalan jauh melintasi hutan. Karena penasaran, Si Gajah kemudian bertanya:

Cerita Cekak Basa Jawa: Kuncung Bawuk, Sandal Jepit Anyar, lan Udan Awu Gunung Kelud

Esuk-esuk naliko wis kalung anduk arep adus, Kuncung kaget weruh langit isih peteng ndedet kaya tengah wengi, padahal wis wayahe jam enem esuk. Dheweke sansaya kaget weruh saka cendela menawa plataran omahe rupane dadi abu-abu. Kabeh barang ning latar dadi hitam putih kaya foto jaman mbiyen. Wit-witan sing maune ijo dadi abu-abu. Semana ugo suketan dadi abu-abu semu putih. Gendeng pendopo katon abu-abu, blumbang iwak emas saiki rupane putih kaya kolam susu.

"Wah, iki mesti udan awu meneh" celathune Kuncung

Kuncung krungu Bapakne ngendika menawa saiki lagi udan awu amarga Gunung Kelud njebluk. Katone awune luwih akeh tinimbang naliko Gunung Merapi njebluk sawetara taun kepungkur. Padahal Merapi kur 20 kilometer sisih lor Jogja. Lha iki Gunung Kelud rak neng Jawa Timur, cedhak kutho Kediri. Jarake mesti ora kurang saka 250 kilometer, nanging kok awune luwih akeh? duniashinichi.blogspot.com

"Kuncung sajake Gunung Kelud energine luwih gedhe dibanding Gunung Merapi, dadi jeblukane luwih gedhe lan awune luwih akeh. Apike kowe rasah mlebu sekolah ndisik. Tak kiro sekolahmu ya bakal prei, amarga mbebayani menawa bocah-bocah pada mangkat sekolah ning kahanan kaya ngene. Mengko iso padha kecelakaan amarga dalan lunyu lan jarak pandang terbatas. Kesehatan mripat lan paru-paru uga iso keganggu dening awu gunung berapi" ngendikane Bapakne Kuncung 

"Wo ngono ya Pak. Gunung Kelud jeblukane luwih nggegirisi dibanding Gunung Merapi. Lha iki awu pirang-pirang iki nek kudanan rakyo gendenge awake dhewe dadi resik tho. Kaya bar diasahi nganggo awu!"

"Yo ora ngono kuwi Kuncung. Mengko menawa udane awu wis rampung awake dhewe kudu enggal resik-resik gendeng ben ora kabotan menawa kudanan. Awu tambah banyu dadi abot banget lan iso marakke gendenge ora kuwat nyangga bobote awu teles" ngendikane Bapakne.

"Wah nek ngono aku mengko melu resik-resik yo Pak. Lha ning sandal jepitku anyar je. Piye iki nek kena awu bakal dadi reget. Padahal le tuku we ning Joger je. Digawa adoh-adoh saka Bali bareng piknik sekolah wingi, kok tekan kene malah kur diregeti awu!"

"Mas Kuncung!. Sandalmu sing anyar kuwi disimpen wae ning lemari ben ora kena awu. Mengko nek reget rakyo sing getun kowe. Mengko nalika resik-resik nganggo sandal lawas wae. Eman-eman banget menawa sandalmu dadi reget" saur adhine sing dumadakan metu saka kamare.

"Hooh bener kowe Bawuk. Apike sandalku tak bungkus koran trus tak singgahke ning lemari. Ben ora keno awu" jawabe Kuncung

"Ya wis sakarepmu. Ngono ya rapapa" ngendikane Bapak karo ngampet ngguyu weruh anak-anake pada eman-eman banget marang sandal jepite Kuncung. Tumrap bocah cilik, saukur sandal jepit wis kalebu barang berharga.

Nanging Bapakne Kuncung banjur mikir menawa dheweke pada wae karo Kuncung, kur beda porsine. Mesthine tumrap wong soleh kaya Pak Haji -- dheweke sing isih makantil-kantil marang barang-barang kaya mobil, motor lan pomahan -- dianggep pada karo Kuncung sing seneng banget marang sandal jepite.

Cerita Cekak Bahasa Jawa: Kancil lan Pitik Walik sing rumongso kudu lucu

Mbak Dewi, juragan Bakso Bangjo nduwe Pitik Walik sing seneng ngomong lucu-lucu karo kancane. Menawa ketemu pitik-pitik liyane, Pitik Walik mesthi usaha gawe cerita lucu-lucu nganthek kancane pada ngguyu kemekelen. Dheweke kadang-kadang ngarang cerita pengalaman aneh-aneh sing durung tau dialami dening pithik liyane. Kayata lelungan numpak manuk wulung terus teturon ning mega, lan mangan woh-wohan sing tukul ning nduwur mega. Kadang-kadang Pitik Walik gawe tingkah laku lucu kaya badut yen lagi kentekan bahan lelucon. Pitik-pitik liyane pada seneng menawa kumpul karo Pitik Walik. Dheweke mesthi pada ditanggap supaya ngomong sing aing-aing.


















Sawijining ndino Pitik Walik luga adoh, terus ndelik ning guwo Slarong karo nangis nggero-nggero ngantek krungu dening Kancil sing lagi neliti wit-witan sing iso urip ning njero guwo. duniashinichi.blogspot.com

"Kowe ki ngapa tho kok nangis Pitik Walik" pitakone Kancil

"Aku sedih banget Kancil. Aku iki beda karo pithik-pithik liyane. Wuluku kwalik kaya ngene, ora rapi kaya pithik liyane" 

"Wis rapopo. Saukur wulu kok ndadak digawe mumet. Aku malah ora nduwe wulu!" jawabe Kancil

"Aku capek kancil. Aku kesel banget pendak ndino kudu ngarang cerita sing aneh-aneh ben pada gelem cedhak karo aku. Kanca-kancaku mesthi dho ora gelem srawung karo aku sing wulune aneh menawa aku ora iso gawe ngguyu"

"Wooooo kowe salah pangiro kuwi! Kowe rasah lucu kanca-kancamu ya padha seneng cedhak karo kowe kok. Malah akeh sing seneng menawa kowe gelem ngrungokkake ceritane liyan. Salah menawa awakmu ngiro kudu lucu utawa ngomong sing menarik perhatian ben ditresnani liyan" celathune Kancil

"Hooh po? Aku rasah kudu pendhak ndino ndagel ben disenengi dening kanca-kancaku?"

"Laiyo rasah no! Mbak Dewi juraganmu iku malah sok makani aku, arepo dudu ingon-ingone tur ora lucu. Aku iki ora tau ndagel ya iso nduwe kanca akeh kok!. Sing penting kowe seneng tetulung marang kancamu lan gelem ngrungokke pendapate kancamu. Sing luwih utama ora pakewuh ngandani kancamu bab kebenaran lan tumindak sing keliru"  nasehate Kancil

"Tak delok bener kandhamu Kancil. Kancamu iku akeh banget, luwih akeh tinimbang kancaku arepo kowe ora iso ndagel. Wah tiwas aku rumongso kudu nglucu wae pas lagi kumpul karo kanca-kancaku. Rumangsaku nek aku ora iso nggawe guyu bakalan ditinggal karo kanca-kancaku"

"Ora Walik!. Ora bakal ditinggal kanca sing apik-apik. Kowe saiki uripo sing normal wae. Ngomong lucu ya rapopo, ning rasah digawe-gawe. Mesthi akeh wong liyo sing cocok karo kowe" ujare Kancil

"Yoh nek ngono aku tak rasah mekso awakku kudu lucu. Aku arep apa anane wae. Aku wis kesel banget ndadak nglucu saben ndino. Maturnuwun Kancil, kowe pancen kancaku sing paling wicaksono" celathune Pithik Walik kanthi rupa sumringah.

Wiwit dino iku Pitik Walik wis ora meksa awake nglucu terus pnedhak dino. Awale pitik-pitik liyane pada gumun kok saiki Pitik Walik perilakune bedha. Nanging suwe-suwe kancane malah tambah akeh amarga Pitik Walik seneng ngrungokke omongane pithik liyane (undil -2014).


gambar diambil dari painting-palace

Arya Penangsang dan Para Penyembah Ikan

Matahari telah condong ke barat tatkala rombongan berkuda itu tiba di sebuah desa di tepi pantai. Ada sepuluh orang berkuda pada rombongan itu. Paling depan adalah seorang anak muda berbadan tinggi, berambut lebat dan beralis tebal. Hidungnya yang mancung membuatnya berbeda dengan orang-orang yang berada di rombongannya. Dia mengenakan pakaian atas dan bawah dari katun berwarna putih, dengan sorban melilit kepalanya. Di belakangnya ada sembilan orang berpakaian biru dan bercelana panjang merah dari katun. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro berkibar menutupi punggung mereka.




















Ketika memasuki halaman balai desa tempat Ki Lurah berada, mereka turun untuk meminta ijin mendirikan tenda di lapangan rumput di samping balai desa. Rombongan itu bermaksud bermalam di situ. Ki Lurah yang sudah tua mengijinkan rombongan itu menginap. Tanpa disadarinya kedatangan orang-orang itu telah membuat  sebagian warga tidak senang. Termasuk Jaluningratan, tokoh pemuda desa yang memiliki ratusan pengikut setia. duniashinichi.blogspot.com

Pagi-pagi ratusan pemuda yang tidak senang itu telah mengepung tenda dan berteriak-teriak menyuruh para penghuninya keluar dari dalam tenda. Dua orang yang berjaga di depan tenda nampak telah bersiaga jika para pemuda desa itu tiba-tiba menyerbu. Sesaat kemudian si pemuda jangkung nampak keluar tenda, disusul oleh tujuh orang lainnya.

"Hai kalian para pengacau. Bukankah kalian yang enam bulan lalu membuat para penduduk desa tetangga meninggalkan sesembahan kami dan tidak mau lagi menyerahkan 100 ekor kerbau untuk dikorbankan pada Sang Ratu dari lautan?" teriak  Jaluningratan

"Sabar teman. Kami bukanlah pengacau. Kami hanya rombongan yang sedang melintas di tempat ini" jawab seorang setengah baya berjenggot mencoba menenangkan.

"Kalian jangan berpura-pura! Kalian telah mempengaruhi orang-orang di sini. Hai kau anak muda, kau pasti pemimpin rombongan ini. Siapa namamu?" lanjut  Jaluningratan

"Aku Arya Penangsang. Hamba Allah, santri setia Sunan Kudus dan Ksatria Demak Bintoro yang telah bersumpah untuk membela kebenaran. Kami sedang dalam perjalanan dakwah ke ujung timur pulau Jawa" jawab anak muda jangkung itu.  

"Kau, kau..... kau Pangeran Arya Penangsang dari Jipang Panolan itu?.  kata Jaluningratan dengan gugup

Tanpa sadar Jaluningratan mundur tiga langkah ke belakang karena terkejut mendengar nama Arya Penangsang. Namun kemudian dia berbisik-bisik dengan seorang berambut gondrong dan berpakaian hitam-hitam disampingnya yang kemudian menepuk-nepuk punggung Jaluningratan, seolah sedang berusaha membesarkan hatinya. 
 
"Pangeran!. Lihatlah dirimu telah dikepung ratusan anak buahku! Kau boleh gagah perkasa bersama pasukanmu, tapi di tempat ini kau yang hanya ditemani beberapa pengikutmu adalah seorang pesakitan!. Kau telah membuat penduduk desa tetangga menghianati dewa kami. Kau tak bisa diampuni. Kalian adalah tawananku. Hari ini kau harus menyerah padaku, atau kubunuh kalian semua di tempat ini" teriak Jaluningratan setelah berhasil menguasai diri. Nampaknya dia sengaja berteriak lantang untuk membesarkan hatinya yang mulai diliputi rasa takut.

Orang tua berjenggot yang berdiri di samping Arya Penangsang berbisik kepada anak muda itu. Dikatakannya bahwa penduduk desa ini unik, memiliki kepercayaan berbeda dengan tempat lain. Mereka adalah para penyembah makhluk penghuni lautan. Menurut laporan-laporan yang masuk ke Jipang Panolan, di wilayah ini masih banyak penduduk yang percaya pada kekuatan para penghuni lautan. Makhluk yang paling mereka takuti adalah makhluk raksasa yang terkadang muncul di lautan. Mereka menyebutnya Sang Ratu dari lautan. Ratu yang sangat besar dan konon bisa menyemburkan uap air dari kepalanya.  Setiap tahun ratusan kepala kerbau dibuang ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Ratu.

Selama ini belum pernah ada laporan penduduk desa melakukan kekerasan terhadap para musafir. Namun agaknya pengaruh Demak Bintoro yang telah menyentuh desa-desa tetangga membuat pengaruh para penyembah ikan merosot dan membuat sikap mereka kepada orang-orang asing berubah.

Arya Penangsang - Kisah Tohpati Sang Panglima Jipang Panolan melawan Perampok Kademangan Pudak Muncul

Sebanyak 40 orang pasukan senapan Jipang Panolan itu beristirahat di pendopo. Sepatu-sepatu kulit mereka dilepas di bawah tangga pendopo. Pasukan itu mengenakan seragam celana panjang warna merah dari kain yang tebal, kemeja lengan panjang warna biru dari katun, serta mengenakan sabuk kulit besar tempat mengaitkan pedang, dan aksesories tempur lain. Jubah putih bertabur logo Kesultanan Demak Bintoro dikenakan dipunggung sebagai tanda kebesaran pasukan, dan kupluk coklat menutup kepala mereka yang rambutnya dicukur cepak.


 






















Para Ksatria terlihat duduk-duduk di atas tikar sambil melepas lelah setelah semalam bertempur. Sebagian dari  mereka sibuk mengelap dan meminyaki senapan lontak. Sebagian yang lain memeriksa kelengkapan tempur seperti teropong binokuler, topi baja, pedang perunggu, bola-bola timah peluru, kantong penyimpan mesiu dan tongkat pelantak yang digunakan untuk memasukkan peluru ke dalam moncong senapan.

Seorang ksatria berpakaian putih-putih dan bersorban nampak memeriksa tubuh teman-temannya satu persatu dengan seksama sambil sesekali memberi nasehat. Dia juga memberi butiran-butiran ramuan untuk prajurit yang terlihat kelelahan. Nampaknya dia adalah seorang dokter militer yang biasa terdapat pada kesatuan militer modern yang akan melakukan perjalanan jauh. Sementara puluhan kuda Arab tunggangan para prajurit itu ditambatkan di samping pendopo, beserta dua buah kereta kuda berisi penuh buku-buku tebal yang masing-masing ditarik dua ekor kuda. Kuda-kuda setinggi orang dewasa itu nampak sedang diberi makan dan dimandikan oleh para pekatik Ki Demang Pudak Muncul. 

Panglima pasukan kecil itu adalah seorang pemuda berbadan tinggi, ramping, berhidung bangir,  sigap gerak geriknya. Pertempuran semalam menunjukkan bahwa dia adalah seorang musketer yang memiliki kemampuan menembak jitu. Dia adalah murid Sunan Kudus yang terkenal cerdas dan berani. Fasih berbahasa Arab, bahasa Turki, dan tentu saja mengusasai bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan di kepulauan nusantara. Selain cakap dalam ilmu militer dia juga memiliki kemampuan dalam ilmu ekonomi sebagai hasil mendalami risalah-risalah Ibnu Khaldun selama berada di Turki. Ibnu Khaldun adalah bapak ekonomi modern asal Tunisia. Kemampuan ilmu ekonomi ini sangat penting bagi negara maritim seperti Demak Bintoro yang mengandalkan pemasukan dari perdagangan.

Namanya Tohpati. Seorang perwira muda yang mendapat pendidikan khusus oleh Brigade Janissari di Enderun Akademi, Istambul. Tohpati juga berpengalaman dengan serangkaian pertempuran bersama pasukan Janissari melawan batalyon-batalyon Eropa di medan tempur yang membentang luas dari Serbia, Hungaria, Kroasia, Austria, Rhodes hingga Pulau Malta. Di mata Ki Demang Pudak Muncul, kemampuan tempur pasukan Tohpati tadi malam benar-benar mencerminkan keharuman nama Ksatria Jipang pimpinan Pangeran Harya Penangsang yang terkenal sebagai barisan Ksatria Demak Bintoro yang sangat disegani oleh para penjelajah Eropa baik di lautan maupun di daratan. 

Jodoh Buat Lestari

Hari itu adalah untuk kesekian kalinya Reza makan sop ayam di warung itu. Kuah yang gurih, daging ayam yang manis-empuk dan sayuran yang masih terasa getah-getah kesegarannya, membuat Reza rajin mendatangi warung sop ayam itu sepulang kerja. Setelah menyajikan sop ayam di meja Reza, tiba-tiba Pak Tua pemilik warung berkata sesuatu pada Reza.

"Anakku minggu depan akan pulang. Saya berharap Mas Reza mau datang ke sini untuk sekedar berkenalan. Siapa tahu Mas Reza berjodoh dengannya"



















Reza kaget bukan kepalang dengan kata-kata si pemilik warung. Tak disangkanya Pemilik warung berharap Reza bersedia menjadi suami bagi anaknya yang merantau ke kota. Sebulan ini Pak Tua memang sering menceritakan tetang anaknya. Awalnya tentang perangai anaknya selama masih tinggal bersama dirinya, tentang kebaikan hatinya, tentang kerajinan membantu orang tua, tentang ketekunan anaknya belajar agama. 

Kemudian dia bercerita tentang anaknya yang sedang melanjutkan kuliah di Jakarta, tentang teman-teman anaknya, tentang kegiatan anaknya di Jakarta. Semua diceritakan dengan rinci kecuali tentang dimana anaknya berkuliah dan tentang wajah serta penampakan fisik anaknya.

Sejanak kemudian Pak Tua melanjutkan kata-katanya:

"Diandra Amartya Lestari, itulah nama anakku. Dia sangat percaya kepadaku. Jika aku mengusulkan dirimu menjadi suaminya, aku hampir pasti dia akan menyetujuinya. Sekarang semuanya terserah pada Mas Reza. Jika Mas Reza tertarik setelah bertemu dengannya, saya akan mengatur tanggal pernikahan kalian"

Pak Tua melanjutkan kata-katanya tanpa menunggu reaksi Reza. Dirinya tidak kenal dekat dengan Pak Tua. Namun sering bertemu di masjid tiap kali sholat shubuh dan Isya. Juga Reza sering membawa teman-temannya makan di warung sop ayam favoritnya itu, sehingga Pak Tua kenal dengan banyak teman dekat Reza. Selebihnya mereka berdua jarang bercakap-cakap. Terkecuali sebulan terakhir Pak Tua sering menceritakan tentang anaknya yang sudah hampir lulus kuliah.