Pesta buku Bandung kembali digelar di Gedung Landmark, Braga. Seperti biasanya acara pameran buku ini diikuti puluhan penerbit terkemuka di Indonesia. Buku-buku discount bertebaran di stand-stand penerbit. Bagi kamu yang suka berburu barang discount, pesta buku Bandung ini adalah arena perburuan yang patut diperhitungkan. Dari mulai diskon yang cuman 20 persen hingga diskon harga besar-besaran tersedia di sini. Tinggal pilih saja sesuai selera. Tapi banyaknya buku-buku diskon jangan membuat gelap mata sehingga membeli buku-buku hanya karena murah, bukan karena akan dibaca.
Stand-stand yang paling menarik buat saya diantaranya adalah Komunitas Bambu yang menyediakan koleksi buku-buku sejarah, Stand Geger Sunten yang menyediakan koleksi buku-buku berbahasa Sunda, Stand Kiblat Utama yang berisi buku-buku bernuansa Jawa Barat dan juga koleksi sastra Sunda dan Stand Mizan yang menyediakan buku-buku diskon dengan harga sangat miring. Untuk stand yang terakhir ini mungkin sedang melakukan cuci gudang, sehingga buku-bukunya dibandrol dengan harga sangat murah.
Salah satu aktifitas menarik saat mengunjungi pameran buku adalah mencari stand-stand yang menyediakan buku yang tidak gampang dicari di toko buku biasa. Berburu buku-buku humor berbahasa Sunda dan buku-buku bertema sejarah adalah salah satu contohnya. Anekaragam tema terkait sejarah di Stand Komunitas Bambu tidak mudah di dapatkan di toko buku biasa. Buat teman-teman yang suka seluk beluk sejarah bangsa kita, jangan sampai ketinggalan menyimak isi perut Stand Komunitas Bambu di arena Pesta Buku Bandung. Gak akan menyesal deh datang ke sana.
Seperti judul pameran yaitu "pesta buku", di Stand Komuntas Bambu inilah saya berpesta buku. Saya berbelanja aneka ragam buku-buku bertema sejarah yang sangat menarik untuk dinikmati. Buku Jawa Tempo Doeloe karya James R Rush, Sumatera Tempo Doeloe karya Anthony Reid, Indonesia Timur Tempo Doeloe karya George Miller, Bukan 350 Tahun Dijajah karya G.J. Resink, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Pemberontakan Nuku karya Muridan Widjojo, Kota Yogyakarta Tempo Doeloe karya sejarawan kenamaan Abdurrtachman Surjomihardjo dan Perubahan Sosial di Yogyakarta karya Selo Sumarjan yang legendaris itu.
Di Stand Geger Sunten saya memborong buku-buku humor berbahasa Sunda, termasuk satu buku tentang tatarucingan (tebak-tebakan) yang lucu banget. Tak lupa saya membeli satu kamus Sunda-Sunda. Haha... ternyata bukan hanya Bahasa Inggris yang punya kamus model Oxford Dictionary yang berisi penjelasan sebuah kata dalam bahasa Inggris, tetapi juga ada kamus istilah bahasa Sunda yang dijelaskan dengan Bahasa Sunda pula. Mudah-mudahan kamus itu akan menambah khazanah kosa kata Bahasa Sunda yang saya kuasai.
Buku tentang pemikiran Sjafrudin Prawiranegara tentang pribadi muslim dan sistem ekonomi Islam adalah buku-buku yang menarik saya untuk berbelanja di stand Kiblat Utama. Pemikiran-pemikiran Gubernur bank Indonesia di awal era kemerdekaan ini sangat menarik buat saya. Pandangan-pandangan beliau sebagai seorang tokoh Masyumi tentang sistem ekonomi di Indonesia tentu sangat penting untuk disimak. Bagaimana seorang Gubernur Bank Indonesia sekaligus tokoh partai politik paling modern di masa orde lama itu memandang sistem ekonomi negara tentu akan sangat membuka waswasan kita. Saya adalah seorang yang berkeyakinan bahwa jika Partai Masyumi yang sangat modern itu memegang kekuasaan dari awal kemerdekaan hingga sekarang, maka Indonesia saat ini tidak akan kalah kemajuannya dibanding Korea Selatan dan Taiwan.
Beragam buku berharga miring di Stand Mizan tentu juga sangat menggoda untuk berpindah ke tas saya. Diantaranya adalah buku We Are All Weird karya Seith Godin, buku My Life as Film Director yang mengisahkan pengalaman menggeluti profesi para sutradara kenamaan Indonesia, buku The Lonely Planet Story yang menceritakan kisah pendiri penerbitan buku-buku dan CD panduan wisata Lonely Planet yang sangat tersohor itu, dan satu Komik Ekonomi berjudul Felix Wants to be Rich yang menceritakan seluk beluk investasi beserta risiko-risikonya.
Di Pesta Buku Bandung ini juga terdapat stand-stand penerbit klasik legendaris di era 80-an seperti Penerbit Obor dan LP3ES. Kamu bisa menyimak koleksi-koleksi buku lama mereka di sana. Dari dua stand itu saya membeli buku klasik karya Yoshihara Kunio berjudul Kapitalisme Semu yang telah meramalkan kerapuhan ekonomi Orde Baru jauh-jauh hari sebelum rejim itu runtuh karena krisis ekonomi, dan buku karya Mochtar Lubis yang menghebohkan Indonesia di awal penerbitannya yang berjudul Manusia Indonesia (Undil-2014).
0 komentar:
Post a Comment