Rumah petak tersebut relatif sempit, hanya satu ruang tamu di depan plus mungkin ada tiga kamar tidur kecil di dalam rumah dan satu kamar mandi di samping teras. Ruang tamu juga merangkap jadi dapur, dan aktitas lain si pemilik rumah. Ada satu mesin jahit di teras rumah yang biasa dipakai istri pemilik rumah. Sambil menjahit, Si Istri juga berjualan cireng, pisang goreng dan aneka makanan kecil lain yang semuanya fresh, digoreng setelah ada pembeli. Dia juga berjualan masakan sayuran yang langsung dimasak begitu ada pembeli. Jika tidak sedang menggoreng atau menjahit, Si Istri terlihat sibuk mengupas bawang merah ditemani anak perempuannya.
Bukan satu dua kali Shinichi
melihat teman-teman anak perempuan penghuni rumah mengucapkan terimakasih
berkali-kali pada Si Istri yang telah menjahit tas atau pakaian yang robek.
Rupanya keluarga itu tidak menarik bayaran untuk pekerjaan yang hanya sekedar
perbaikan kecil-kecil. Shinichi baru menyadari hal itu saat melihat tulisan tertempel
di jendela yang sudah mulai suram karena termakan cahaya matahari yang berbunyi
"GRATIS Jahit baju sobek dan pasang kancing baju lepas". Wow! Ini
artinya mereka punya CSR sederhana tapi tak kalah keren dibanding perusahaan-perusahaan
besar. Mereka bukan binatang ekonomi yang semata-mata mencari uang tapi juga
manusia pencari makna.
Laki-laki penghuni rumah tak
kalah kreatif dari istrinya. Dia selalu nampak sibuk mengerjakan sesuatu di
teras rumah bersama istrinya. Tangannya sering terlihat sedang mengukir semacam
lukisan kaligrafi dari logam yang dibuatnya dengan hati-hati. Terkadang dia
menggunting lembaran-lembaran kulit untuk dibuat sepatu. Mungkin dia memiliki
pelanggan toko sepatu yang menerima pembuatan sepatu sesuai ukuran kaki. Di
lain waktu dia terlihat menggunakan cat semprot untuk membuat papan nama toko. Sesekali
dia terlihat mengecat atau memasang aksesories vespa tua sambil ditunggui pemiliknya.
Anak laki-lakinya yang kurang
lebih kelas 5 SD juga tidak kalah tangkas. Shinichi sering melihat anak itu
sedang merakit komponen-komponen sepeda gunung, memasang lampu, bel dan
aksesoies lain sambil ditunggui pasiennya, yaitu teman-teman sekolahnya. Di
lain waktu dia terlihat bersama-sama orang dewasa sedang merangkai janur buat
pernikahan di rumah tetangganya yang punya penyewaan alat kawinan. Sehabis Isya
dia sering terlihat sedang membantu Ibu dan adiknya mengupas bawang merah di
teras rumah sambil mengobrol. Kardus-kardus berisi bawang merah goreng yang
dikemas dalam stoples kecil-kecil sering terlihat diletakkan di teras rumah,
mungkin menunggu pembeli mengambilnya. duniashinichi.blogspot.com
^_^
Setiap sholat Isya dan shubuh
Shinichi selalu bertemu lelaki pemilik rumah dan anak laki-lakinya sholat di masjid.
Suara orang mengaji selalu terdengar di rumah itu di antara waktu maghrib dan
isya. Itu juga yang membuatnya kagum. Di sela-sela kesibukan mereka yang nampak
begitu padat, mereka tidak melupakan tadarus Al Quran. Rumah kecil yang penuh
keajaiban. Rumah kecil yang kreatif. Itulah yang dikagumi Shinichi dari
keluarga sederhana yang menghuni rumah itu. Sederhana tetapi kehidupan mereka penuh
aktifitas dan menggairahkan. Hidup mereka penuh makna. Hidup yang
sebenar-benarnya hidup (undil -2014)
gambar diambil dari pic.twitter.com/hyVHetdjJZ
gambar diambil dari pic.twitter.com/hyVHetdjJZ
0 komentar:
Post a Comment