Keajaiban Rumah Mungil di Pojok Jalan

Shinichi Kudo hampir setiap hari melewati rumah mungil di pojok jalan sempit menuju masjid. Jalan tersebut terlalu lebar untuk disebut gang, namun kurang lebar untuk disebut jalan raya, karena mobil tidak bisa berpapasan. Jika dua mobil bertemu, salah satu harus mengalah. Rumah di pojok jalan itu mempesona bagi Shinichi karena aktifitas penghuninya.

















Rumah petak tersebut relatif sempit, hanya satu ruang tamu di depan plus mungkin ada tiga kamar tidur kecil di dalam rumah dan satu kamar mandi di samping teras. Ruang tamu juga merangkap jadi dapur, dan aktitas lain si pemilik rumah. Ada satu mesin jahit di teras rumah yang biasa dipakai istri pemilik rumah. Sambil menjahit, Si Istri juga berjualan cireng, pisang goreng dan aneka makanan kecil lain yang semuanya fresh, digoreng setelah ada pembeli. Dia juga berjualan masakan sayuran yang langsung dimasak begitu ada pembeli. Jika tidak sedang menggoreng atau menjahit, Si Istri terlihat sibuk mengupas bawang merah ditemani anak perempuannya. 

Bukan satu dua kali Shinichi melihat teman-teman anak perempuan penghuni rumah mengucapkan terimakasih berkali-kali pada Si Istri yang telah menjahit tas atau pakaian yang robek. Rupanya keluarga itu tidak menarik bayaran untuk pekerjaan yang hanya sekedar perbaikan kecil-kecil. Shinichi baru menyadari hal itu saat melihat tulisan tertempel di jendela yang sudah mulai suram karena termakan cahaya matahari yang berbunyi "GRATIS Jahit baju sobek dan pasang kancing baju lepas". Wow! Ini artinya mereka punya CSR sederhana tapi tak kalah keren dibanding perusahaan-perusahaan besar. Mereka bukan binatang ekonomi yang semata-mata mencari uang tapi juga manusia pencari makna.   


Laki-laki penghuni rumah tak kalah kreatif dari istrinya. Dia selalu nampak sibuk mengerjakan sesuatu di teras rumah bersama istrinya. Tangannya sering terlihat sedang mengukir semacam lukisan kaligrafi dari logam yang dibuatnya dengan hati-hati. Terkadang dia menggunting lembaran-lembaran kulit untuk dibuat sepatu. Mungkin dia memiliki pelanggan toko sepatu yang menerima pembuatan sepatu sesuai ukuran kaki. Di lain waktu dia terlihat menggunakan cat semprot untuk membuat papan nama toko. Sesekali dia terlihat mengecat atau memasang aksesories vespa tua sambil ditunggui pemiliknya.

Anak laki-lakinya yang kurang lebih kelas 5 SD juga tidak kalah tangkas. Shinichi sering melihat anak itu sedang merakit komponen-komponen sepeda gunung, memasang lampu, bel dan aksesoies lain sambil ditunggui pasiennya, yaitu teman-teman sekolahnya. Di lain waktu dia terlihat bersama-sama orang dewasa sedang merangkai janur buat pernikahan di rumah tetangganya yang punya penyewaan alat kawinan. Sehabis Isya dia sering terlihat sedang membantu Ibu dan adiknya mengupas bawang merah di teras rumah sambil mengobrol. Kardus-kardus berisi bawang merah goreng yang dikemas dalam stoples kecil-kecil sering terlihat diletakkan di teras rumah, mungkin menunggu pembeli mengambilnya. duniashinichi.blogspot.com

^_^

Setiap sholat Isya dan shubuh Shinichi selalu bertemu lelaki pemilik rumah dan anak laki-lakinya sholat di masjid. Suara orang mengaji selalu terdengar di rumah itu di antara waktu maghrib dan isya. Itu juga yang membuatnya kagum. Di sela-sela kesibukan mereka yang nampak begitu padat, mereka tidak melupakan tadarus Al Quran. Rumah kecil yang penuh keajaiban. Rumah kecil yang kreatif. Itulah yang dikagumi Shinichi dari keluarga sederhana yang menghuni rumah itu. Sederhana tetapi kehidupan mereka penuh aktifitas dan menggairahkan. Hidup mereka penuh makna. Hidup yang sebenar-benarnya hidup (undil -2014)

gambar diambil dari 

0 komentar:

Post a Comment