Kejutan Manis Ibu Kost Anggi yang Jelita

Enam bulan sudah Anggi bersekutu dengan mahasiswi-mahasiswi tetangga kostnya menggarap anak-anak sekitar. Kamar kostnya semakin semarak dengan kehadiran anak-anak selepas maghrib. Materi mengaji-pun semakin canggih saja. 

Beberapakali mereka mendatangkan guru tahsin untuk mengasah kemampuan mereka dalam membaca Al Quran. Juga koleksi buku-buku kisah para nabi dan para sahabat telah menggunung. Selingan dongeng itulah daya pikat bagi anak-anak agar antusias mengaji. Tanpa diduganya malam itu Anggi mendapat kejutan besar dari Ibu Kost.




















Ibu Kost yang sudah berumur tetapi masih berwajah rupawan dengan kulit putih kemerahan, mata belo, alis hitam tebal dan hidung yang tinggi melancip itu memanggil Anggi pada suatu malam. Diam-diam selain mengagumi masakannya yang sangat enak -- Anggi juga mengagumi kemampuan Ibu Kost menjaga kebugaran tubuhnya sehingga kesegaran paras wajahnya tidak pudar walaupun sudah lanjut usia. 

Diajaknya Anggi masuk ke ruang makan untuk berdua menikmati hidangan khas nasi liwet lengkap dengan lauk pauknya. Setelah mereka berdua menyelesaikan makanannya mulailah Si Ibu menyampaikan maksudnya. 

Cerita Bahasa Jawa: Arya Penangsang lan para Penyembah Iwak

Srengenge mulai lingsir ing sisih kulon naliko rombongan Arya Penangsang tekan deso pinggir pesisir kuwi. Pangeran Demak Bintoro kang awake ramping, duwur, kulite putih, irunge bangir lan rambute kandel kuwi banjur njaluk ijin marang Pak Lurah arep gawe kemah ning lapangan pinggire Bale Desa. 

Pak Lurah langsung ngijinke rombongan prajurit sing nganggo busana nduwuran katun warna biru, celana abang, lan surban warna putih kuwi nginep ning kono. Jebulane ijine Pak Lurah iku agawe ora seneng sebagian kecil wong desa kono. Utamane tumrap Jaluningratan, tokoh pemuda sing nduwe puluhan pengikut setia.





















Esuk-esuk lagi wae Arya Penangsang lan rombongane rampung pengajian tafsir Al Quran ba'da sholat Subuh, wis akeh pemuda-pemuda deso marani kemah-kemah sing dianggo nginep karo mbengok-mbengok akon metu wong-wong sing ning njero tendo.  Suwijining pemuda jangkung metu saka njero tendo, ning mburine ana wong pitu sing ngetutake.

"Heee kowe kabeh tukang gawe rusak tatanan! Kowe kabeh rak enem sasi kepungkur sing marakake wong-wong ndeso kene pada ora gelem  setor 100 endhas kebo kanggo sesajen Ratu Segara! Biasane penduduk pada wedi lan manut marang kabeh panjaluk gegandengan karo kaperluan sesajen Ratuning Segara. Saiki dadi pada wani nolak!" bengoke Jaluningratan

"Sabar Kisanak. Aku lan rombongan iki dudu tukang rusak tatanan. Aku saukur liwat papan kene arep menyang panggonane Madrasah Sunan Bonang ning Tuban" jawabe wong tuwo jenggoten sing ngadek ning jejere pemuda jangkung.

Cerita Pendek Kancil Mencuri Mentimun

Sang Kancil tak pernah menyangka peristiwa hari itu akan mengubah secara total hidupnya. Sore itu Sang Kancil yang masih remaja belia baru saja beranjak keluar hutan setelah seharian menempuh perjalanan dari rumahnya -- sebuah gua cantik di tengah hutan. 

Tepat di pinggir hutan ada tebing dengan dinding yang melandai. Sang Kancil sedang melangkah menuruni tebing itu ketika tiba-tiba tanah yang diinjaknya ambles sehingga Sang Kancil tergelincir dan meluncur cepat ke arah bawah tebing. 





Sang Kancil berteriak panik sambil kakinya terus melangkah dengan cepat agar keseimbangan tubuhnya terjaga dan dirinya tidak jatuh terguling-guling. Laju luncuran tubuh Sang Kancil semakin lama semakin cepat sebelum akhirnya menubruk patung orang-orangan yang berada di pinggir kebun mentimun di dasar tebing.

Hewan cerdik itu bernafas lega mendapati kakinya dan tulang-tulang tubuhnya tidak patah. Namun sejenak kemudian dia sadar bahwa orang-orangan ini telah dilumuri getah yang sangat lengket sehingga dirinya tidak bisa lepas darinya.  Tak berapa lama kemudian Sang Kancil mendapati dirinya dimasukkan karung dan dibawa Pak Tani meninggalkan ladang di tepi hutan. 

Sepanjang jalan didengarnya Pak Tani mengomel tentang para pencuri mentimun yang harus diberi pelajaran. Sadarlah Sang Kancil bahwa dirinya dituduh sebagai salah satu pencuri mentimun -- artinya banyak pencuri mentimun yang menjarah ladang Pak Tani.

Sang Kancil diikat di sebuah pohon jeruk bali di kebun belakang Pak Tani. Tatkala dia mengamati area sekelilingnya, dilihatnya banyak binatang yang bernasib sama dengan dirinya. 

Ada seekor rusa jantan yang terikat di pohon pete. Ada kambing hutan yang diikat di pohon mandingan. Seekor banteng kecil diikat di pohon mangga. Beberapa binatang lain dikurung dalam kurungan dari kayu. Dari jumlah yang hanya seekor dan perlakuan diikat atau dikurung terhadap mereka, Sang Kancil menyimpulkan mereka juga dituduh mencuri di ladang Pak Tani. Binatang piaraan Pak Tani biasanya jumlahnya banyak dan tidak diikat.

Cara Manis Anggi Berbagi

Semua diawali ketika Anggi membuka kamar kostnya untuk tempat mengaji anak-anak sehabis maghrib. Kamar yang cukup luas - 4 x 5 meter itu mendadak jadi ramai anak-anak sekitar yang belajar mengaji. Awalnya guru mengaji hanya Anggi seorang diri. Tapi dengan cepat beberapa minggu kemudian telah bertambah dengan beberapa mahasiswi yang kost di sekitar tempat kost Anggi. Tentu saja tanpa bayaran -- bahkan mereka senang bisa berkumpul dengan "tetangga sesama anak kost" yang selama ini tidak saling kenal.

Mulanya hanya cara membaca Al Quran saja. Tapi lama-lama Anggi jadi ingin berbagi cerita kepada anak-anak tentang segala hal yang berguna bagi masa depan mereka. Anggi menyelingi pengajian dengan cerita-cerita tentang pengalaman hidupnya yang dirasa akan  bermanfaat bagi anak-anak. Kemudian dia beralih dengan menceritakan kisah-kisah tentang para nabi. Berselang-seling dengan kisah tentang para sahabat nabi. Tanpa disadarinya cerita-cerita tersebut telah membuat acara mengaji di kamarnya menjadi favorit anak-anak dan membuat peminatnya bertambah banyak.