Warung Bakso Kang Pon dan Kang Kliwon

Si Kliwon itu jauh lebih militan dibanding kamu! Dia seorang radikal-- semangatnya radix -- berakar jauh ke dalam kepribadiannya. Makanya warungnya lebih laris dari kamu!

^_^

Kang Pon dan Kang Kliwon mewarisi dagangan bakso dari orang tuanya yang bernama Pak Wage atau biasa dipanggil Romo Wage (Romo = dalam bahasa jawa berarti bapak) oleh penduduk Kota Badegan yang berusia lebih muda dari Romo Wage. Warung bakso milik tokoh kota itu terkenal sebagai warung bakso pertama bahkan rumah makan pertama yang berdiri di Kota Badegan.



(03-01-2009) Genocide oleh tentara Israel terhadap
penduduk Palestina sedang berlangsung di Gaza
sumber gambar: Ben Heine

Untuk ukuran pedagang bakso di kota kecil, jumlah bakso yang terjual per hari di warung Romo Wage tergolong besar, yaitu 200 porsi perhari untuk masing-masing warung baksonya. Romo Wage punya dua warung bakso, yang satu terletak di depan Pasar Legi dan yang satunya lagi di pinggir alun-alun kota. Dua-duanya ramai dikunjungi penggemar bakso dari kalangan tua hingga anak-anak muda, dari anak sekolah sampai pensiunan.

Setahun setelah diwariskan tidak ada perbedaan antara warung di depan pasar yang dikelola Kang Pon dengan warung di pinggir alun-alun yang dimiliki Kang Kliwon. Keduanya masih laris manis, malah bertambah laris berkat kepandaian kedua anak Romo Wage tersebut menarik minat pembeli.

Kang Pon pandai bergaul dan memiliki segudang pengalaman berkat kesukaan berkelana semasa mudanya. Cerita-cerita Kang Pon membuat para pembeli betah jajan di warungnya. Beliau bahkan hapal satu persatu nama dan alamat rumah pengunjung warung baksonya. Kang Pon juga menambahkan menu aneka minuman mulai dari berjenis-jenis jus buah hingga es teler yang membuat pembeli makin betah bertandang ke warungnya.

Kang Kliwon juga tak kalah supel. Dia pintar membuat seseorang yang baru dikenalnya-pun suka bercakap-cakap dengan dirinya. Berkat pergaulannya yang luas, pengetahuan Kang Pon meliputi hal-hal terkini yang sedang ngetrend di kalangan penggemar baksonya. Para pengunjung, terutama anak-anak muda sangat senang ngobrol dengan Kang Kliwon -- yang walaupun ada nasehatnya – dunianya masih nyambung dengan dunia anak muda dan dibumbui humor-humor segar yang seakan tak pernah kering. Kang Kliwon juga ahli membuat berbagai kerupuk & keripik sebagai teman makan bakso bakso yang membuat para pengunjung semakin ketagihan untuk datang lagi kesana.

^_^

Tahun kedua mulai ada perbedaan. Warung Kang Kliwon lebih maju dibanding Warung Kang Pon. Jika tahun lalu pengunjung mereka sama-sama berkisar di angka 250 porsi, kini pengunjung warung Kang Kliwon telah mencapai angka 300 porsi sehari. Peningkatan porsi itu disebabkan adanya pabrik-pabrik baru yang dibangun di pinggiran kota. Para pekerja pabrik itu banyak yang senang makan bakso di warung Kang Kliwon. Sementara Warung Kang Pon masih berkisar di 250 porsi, dan tidak ada kecenderungan untuk naik. Kang Pon tahu hal itu, tapi dia menganggap hal itu disebabkan para pekerja pabrik memilih warung Kang Kliwon karena mereka ingin sambil berekreasi di seputar alun-alun yang dikelilingi taman kota.

Tahun ketiga perbedaan semakin nyata. Porsi Warung Kang Kliwon telah menyentuh 400 porsi sehari, sementara Kang Pon justru turun di angka 100 porsi sehari. Tinggal setengah dari angka penjualan saat diwariskan oleh Romo Wage, yaitu 200 porsi sehari. Penurunan ini tentu saja membuat Kang Pon gundah dan diam-diam pergi kepada ayahnya untuk meminta nasehat.

^_^

Setelah mendengar cerita tentang warung baksonya dari Kang Pon, Romo Wage tersenyum lalu mulai memberikan pandangan-pandangannya tentang warung Kang Pon.

Romo Wage:
Kemarin warung baksomu tutup yah?

Kang Pon:
Oh iyah Romo. Soalnya hari minggu saya ke tempat mertua di luar kota dan baru pulang senin pagi. Badan terasa pusing, ngantuk banget dan rasa-rasanya badan saya agak meriang.

Romo Wage:
Secara si Kliwon juga pulang ke mertuanya bareng kamu kan?. Kok bisa-bisanya dosky tetap buka?

Kang Pon:
Eh. eh Si Kliwon Hari Minggu udah nyiapin baksonya untuk dua hari, jadi dia tinggal memasak kekurangannya saja di hari senin.

Romo Wage:
Lho kamu kan juga menyiapkan dulu seperti Si Kliwon?. Trus Kalo Si Kliwon trus gak ngantuk dan pusing gitu ?

Kang Pon:
Kata dia siy ngantuk dan kepalanya pusing juga. Soalnya rumah mertuanya lebih jauh dari rumah mertua saya dan jalannya belum diaspal. Tapi sepertinya dia agak memaksakan diri untuk buka.

Romo Wage:
Dengarlah wahai anakku (cieee!). Itulah yang membuat warung dia lebih maju dari warungmu. Si Kliwon itu orangnya jauh lebih militan dibanding kamu. Dia seorang radikal sejati -- yang semangatnya radix -- semangat menggelora yang berakar jauh ke dalam kepribadiannya. Makanya dia tidak terpengaruh oleh masalah-masalah kecil seperti badan meriang, lelah dan ngantuk sehabis bepergian, sedangkan kamu memilih meliburkan warung. Hujan agak besar dikit, kamu memilih membuka warung setelah hujan besar reda. Pembantu pulang kampung, warungmu ikutan libur. Anak rewel dikit kamu memilih tutup lebih cepat. Minyak tanah susah di dapat, kamu cepat menyerah gak mau nyari ke tempat jauh atau ganti pake gas.

Jadinya jam buka warungmu gak bisa diprediksi orang. Orang udah jauh-jauh datang bareng keluarganya sampai ke warungmu ternyata belum buka atau malahan libur. Yah mereka pasti sangat kecewa. Orang yang tadinya langganan ke warungmu, terpaksa mencoba jajan ke warung Kliwon. Saat tahu rasanya tak jauh beda, mereka memilih warung Kliwon karena jam bukanya lebih pasti (kang undil -2009)

tags: cerpen, cerita pendek, cerita psikologi, keunggulan seorang militan, warung bakso, cerita manajemen, semangat kerja

0 komentar:

Post a Comment