Toma adalah sosok seorang pekerja yang gemar mengeluh. Padahal karirnya terbilang cemerlang. Baru tiga tahun kerja sudah menduduki jabatan kepala seksi, dengan lima belas anak buah. Namun itu tidak membuatnya puas. Pasalnya dia membandingkan dirinya dengan Hanna yang langsung menjadi kepala bagian karena formasi kosong setelah bosnya pensiun.
Belum lagi soal sekolah S2. Dia mengeluhkan keberuntungan Freddy yang disekolahkan ke Jepang. Toma terlanjur lulus seleksi tahun lalu yang hanya menawarkan S2 di dalam negeri. Sedangkan Freddy yang tidak lulus pada seleksi tahun lalu, mendapat kesempatan ikut seleksi tahun ini dan lolos untuk bersekolah di Jepang. "Ya Nasiblah" hibur teman-temannya.
Masih banyak lagi hal yang dikeluhkan Toma. Tentang Nobita yang meskipun staf baru sudah sering dilibatkan dalam working group penting perusahaan karena dianggap secerdas bokapnya yang konsultan manajemen ternama. Tentang Artika yang pendiam tetapi sering diajak pada kepanitiaan penting di perusahaan hanya karena dia rajin menulis untuk buletin perusahaan. Tentang Arby yang terkenal diantara staf-staf baru hanya karena dia pintar bicara, bisa main gitar dan ganteng.
Terakhir yang paling parah adalah tentang stafnya yang tiba-tiba diambil oleh Direktur Marketing. Memang stafnya itu dulunya bekas supervisor marketing di perusahaan pesaing yang sudah gulung tikar. Toma setahun terakhir telah bersusah payah melatihnya untuk membantu dirinya melakukan supervisi. Kini dia harus mulai dari nol lagi melatih orang baru. Belum lagi dia harus menghadapi kenyataan bahwa stafnya itu enam bulan kemudian jabatannya naik menjadi lebih tinggi dari dirinya. Hiruk pikuk ini sungguh membuat Toma pusing kepala.
^_^
Namun cerita kepusingan Toma itu adalah cerita masa lalu. Kini Toma tak lagi ambil pusing dengan semua hal diluar dirinya itu. Dianggapnya semua peristiwa yang terjadi di sekitar dirinya adalah kenyataan hidup yang harus diterima apa adanya. Toma tak lagi sering marah-marah atau uring-uringan dengan hal-hal yang dianggapnya tidak adil. Dia mulai dapat menerima kenyataan sebagaimana menerima cuaca yang kadang mendung, kadang cerah. Perubahan drastis itu tak lepas dari pengaruh bossnya yang baru.
Ceritanya Boss Toma yang lama di switch dengan Boss baru karena telah menduduki jabatan yang sama lebih dari lima tahun. Boss lama kini bertugas di CSR, sedangkan Boss baru adalah bekas orang PPIC yang sangat peduli dengan ketepatan waktu. Makanya pada awal-awal memiliki Boss baru, Toma sering kena tegur karena dianggap terlambat menyerahkan batch production record (BPR). Biasanya Toma baru mengumpulkan BPR dari anak buahnya dua minggu setelah selesai produksi, kemudian diperiksanya selama seminggu, sehingga baru minggu ketiga setelah selesai produksi BPR disetor ke Boss.
Boss yang baru menginginkan BPR real time. Catatan produksi itu harus dikumpulkan oleh Toma setiapkali sebuah proses selesai. Itu artinya sepanjang tiga minggu masa proses produksi, Toma harus menagih dokumen dari anak buahnya setiap dua hari sekali. Dengan cara itu pada saat selesai produksi, BPR langsung bisa disetor ke Boss. Tidak ada lagi jeda waktu tiga minggu.
Permintaaan ini awalnya membuat Toma marah karena membuat dirinya sibuk dengan hal-hal teknis sepanjang minggu. Tapi berkat Si Boss yang secara persuasif menerangkan bahwa jika dokumen tepat waktu, maka setiap penyimpangan akan segera terdeteksi dan diambil tindakan. Disamping itu produk juga bisa release lebih cepat, sehingga bisa diterima konsumen lebih cepat. Penjelasan terakhir bisa diterima oleh Toma.
Permintaaan ini awalnya membuat Toma marah karena membuat dirinya sibuk dengan hal-hal teknis sepanjang minggu. Tapi berkat Si Boss yang secara persuasif menerangkan bahwa jika dokumen tepat waktu, maka setiap penyimpangan akan segera terdeteksi dan diambil tindakan. Disamping itu produk juga bisa release lebih cepat, sehingga bisa diterima konsumen lebih cepat. Penjelasan terakhir bisa diterima oleh Toma.
Kemudian Si Boss yang menangkap adanya keirian pada diri Toma terhadap raihan teman-temannya pelan-pelan memberi nasehat kepada anak muda itu. Dikatakannya bahwa Toma harus lebih fokus pada keberuntungan yang telah dia raih, daripada sibuk membanding-bandingkan dengan raihan orang lain. Gaji yang cukup, karir yang bagus, kompetensi yang memadai, keluarga yang lengkap dan menyayangi, tubuh yang sehat, umur yang masih muda, kesempatan bersekolah dan masih banyak lagi keberuntungan yang perlu disyukuri. Tidak ada gunanya iri pada orang lain, malahan bikin jiwa raga sakit.
Si Boss juga mengungkapkan bahwa tidak ada orang yang memiliki segalanya. Si Hanna memang bisa jadi kepala bagian lebih cepat daripada Toma, dan dia tetapi dia tidak lulus seleksi sekolah S2. Si Freddy meskipun bersekolah di Jepang, statusnya masih staf. belum menjadi kepala seksi. Si Arby walaupun populer, ke kantor dengan mobil mewah, tetapi kompetensinya jauh di bawah Toma. Tidak ada yang memiliki segalanya. Semua orang memiliki plus dan minusnya. Lagipula Toma membandingkan sisi negatif dirinya dengan asumsi sisi positif orang lain yang belum tentu benar. Perbandingan subyektif dan tidak setara. Lebih baik santai sajalah menghadapi kenyataan manis atau pahit. Jalani saja hidup ini apa adanya.
Kemudian Si Boss menganjurkan Toma untuk bergaul dengan orang-orang yang positif. Seperti ganknya orang-orang litbang yang rutin mengadakan diskusi untuk kemajuan perusahaan. Toma juga dianjurkan memperkuat pengurus DKM dengan kemampuan manajerialnya yang bagus. Si Boss juga menyarankan Toma agar menjauhi orang-orang yang suka mengukur kebahagiaan dengan tingginya jabatan, dengan mobil terbaru, handphone mahal, laptop kelas premium atau rumah di daerah elit. Jangan sampai Toma berteman dengan orang yang langsung kebakaran jenggot melihat temannya naik jabatan atau ganti mobil baru. Jauhi mereka, atau mereka akan mempengaruhi jalan pikiran Toma sehingga sama dengan mereka.
Awalnya Toma rada-rada tidak suka Bossnya mengajari dirinya tentang sikap hidup. Dianggapnya Si Boss agak lebay mencampuri urusan pribadinya. Namun Si Boss tak pernah bosan menasehati. Seiring berjalannya waktu, Toma mulai menangkap kebenaran di balik nasehat-nasehat Bossnya. Sehingga dirinya pelan-pelan hidup dengan mengikuti jalan baru yang ditunjukkan Si Boss. Hasilnya hidup Toma terasa lebih tenang. Dia tidak lagi marah bila temannya mendapat sesuatu yang lebih dari dirinya. Dia bahkan bisa ikut merayakan keberhasilan temannya atau anak buahnya sekalipun jika mereka meraih sesuatu melebihi dirinya. Woles Bro!!!. Semua dapat jatah pada waktunya. Begitulah semboyan Toma yang baru (Undil -2013).
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny