Just Another Review of Stephen King’s The Mist Film

Pada saat kita telah merasa duduk dengan nyaman, sungguh sulit untuk diajak berlari!

^_^

Film ini bercerita tentang kabut yang turun setelah terjadi badai yang menerpa sebuah kota di Maine, dan terlihat rombongan tentara berduyun-duyun turun dari base campnya di dekat kota. Dari kabut yang turun di Maine itulah semuanya berawal. The Mist adalah film yang diangkat dari novel Stephen King, salah seorang novelis horor paling tersohor di dunia.


Dikisahkan pada saat seorang pelukis bernama David Drayton dan anaknya yang baru berusia 5 tahun beserta seorang tetangganya sedang berbelanja di sebuah swalayan di kota tiba-tiba muncul seorang tua yang berlari dengan wajah berlumuran darah. Orang itu berteriak-teriak mengatakan ada sesuatu di dalam kabut yang mengambil seseorang. Seorang temannya diambil oleh sesuatu yang muncul dari kabut.

Bersamaan dengan itu turunlah gumpalan kabut tebal ke kota dan para pengunjung swalayan cepat-cepat berlindung ke dalam swalayan dan menutup pintunya. Suasana semakin mencekam tatkala terjadi gempa yang memporak-porandakan isi swalayan.

^-^

Kehadiran makhluk aneh mulai dialami orang-orang yang berlindung di swalayan saat beberapa pegawai swalayan membuka pintu keluar di ruang generator untuk menjalankan exhaust guna membuang asap. Dari balik rolling door yang baru terbuka sedikit tiba-tiba muncul sejumlah belalai besar yang sempat membuat bencana di ruang generator sebelum pintu berhasil ditutup kembali.

Saat-saat berikutnya terjadilah serangkaian drama penuh konflik di dalam swalayan yang penuh dengan manusia yang sedang terkurung itu. Para pegawai swalayan, kasir perempuan, tiga orang tentara, seorang perempuan yang mengaku psychic, Drayton dan tetangganya, seorang perempuan tua, laki-laki tua dan pengunjung lainnya.

Beberapa orang nekad keluar swalayan karena tidak percaya ada makhluk aneh di dalam kabut. Termasuk diantara rombongan orang yang keluar swalayan adalah tetangga Drayton. Seorang pengunjung lainnya menyediakan diri keluar untuk mengecek situasi dengan tali terikat ke pinggangnya, dengan harapan bila ada bahaya dirinya bisa ditarik oleh pengunjung lain.

^_^

Swalayan juga mengalami serangan oleh kawanan serangga raksasa dan reptil terbang yang berhasil menembus jendela kaca. Reptil dan serangga itu menebar bencana di dalam swalayan, sementara para penghuni swalayan berusaha melawannya dengan pentungan, api dan pistol. Drayton dan beberapa orang lainnya juga sempat menerobos bahaya dengan mengambil obat-obatan di apotik yang terletak di sebelah swalayan untuk keperluan mengobati korban yang terluka.

Pertikaian antar pengunjung mulai memanas kala si perempuan yang mengaku psychic -- berhasil merekrut beberapa pengikut. Mereka kemudian menjadikan seorang tentara sebagai kambing hitam atas segala bencana, setelah si tentara mengakui bahwa kabut dan makhluk-makhluk aneh di dalamnya muncul akibat eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan militer.

Konflik mencapai puncaknya saat si perempuan dan pengikutnya berusaha menghalangi Drayton yang ingin pergi meninggalkan swalayan.

Bagaimana cara Drayton meloloskan diri dari swalayan? Bagaimana pula cara Drayton menyelamatkan rekan-rekannya dari incaran monster seandainya mereka berhasil mengendarai mobil meninggalkan kompleks swalayan?

Apakah Drayton mampu mengatasi masalah keterbatasan bahan bakar? Dan yang paling penting adalah apakah Drayton cukup kuat untuk melewati saat-saat tergelap dalam hidupnya? Film yang banyak memainkan fokus kamera untuk menangkap ekspresi pemain ini – memberi jawaban lewat sebuah ending yang spektakuler

^_^

The Mist menggambarkan 3 tipe orang dalam mensikapi sebuah masalah. Manusia pertama adalah yang enggan mengambil risiko, manusia kedua adalah yang kurang realistis dalam mengambil risiko dan manusia ketiga adalah yang berani mengambil risiko dengan perhitungan.

Manusia tipe pertama merasa nyaman dengan kondisi yang telah dia dapatkan dalam usaha menyelesaikan masalah. Mereka enggan untuk melangkah lebih jauh untuk mengatasi masalah karena takut menghadapi risiko di luar sana. Mereka cukup puas dengan kondisi saat ini walaupun masalah belum tuntas dan ada kemungkinan mereka akan hancur bila ada kekuatan besar muncul dari luar.

Orang-orang yang bertahan di dalam swalayan adalah contoh manusia tipe pertama. Mereka merasa cukup aman berada di dalam swalayan yang rapuh namun penuh persediaan makanan. Ada rasa enggan untuk pergi keluar mencari pertolongan karena dianggap berisiko besar. Bila mereka cukup beruntung, swalayan tidak didobrak oleh monster besar dan mereka akan selamat.

Di dalam perusahaan mereka mirip dengan orang yang cukup nyaman dengan produk-produk terkini perusahaan dan enggan untuk melakukan inovasi. Mereka tidak mau ambil risiko dengan produk atau layanan baru walaupun sebagian pangsa pasar perusahaan mulai dimakan pesaing. Orang-orang ini beranggapan bertahan dengan style lama berisiko lebih kecil daripada aktif melakukan perubahan karena ada risiko ditinggalkan pelanggan lama.

Orang tipe kedua adalah orang yang nekad keluar dari swalayan tanpa peduli adanya fakta bahwa ada makhluk ganas di luar sana. Mereka cenderung mengabaikan fakta-fakta dan kurang perhitungan. Bahkan mereka mencurigai orang-orang yang mencoba mengingatkan perbuatan nekad mereka sebagai orang-orang yang terlalu berprasangka.

Di dalam tubuh perusahaan orang tipe kedua adalah orang-orang yang bertindak berdasar pemikiran dan teori-teori mereka sendiri tanpa memperhatikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Mereka bertindak hanya berdasar asumsi yang tidak didukung dengan penyelidikan lapangan yang memadai.

Orang tipe ketiga adalah orang yang dengan penuh perhitungan keluar dari swalayan dengan asumsi swalayan tidak akan cukup kuat untuk melindungi mereka lebih lama. Berbeda dengan orang tipe kedua, Drayton dan kawan-kawannya memperhitungkan risiko saat hendak keluar dari swalayan. Tentu saja mereka harus menghadapi kemungkinan terburuk lebih cepat dibanding orang yang bertahan di swalayan, yaitu dimakan monster.

Di dalam tubuh perusahaan, manusia tipe ketiga senantiasa terbuka untuk perubahan, sepanjang perubahan tersebut melalui perhitungan yang matang. Mereka tak akan ragu melakukan perubahan drastis bila hal itu diperhitungkan sebagai pilihan terbaik untuk menghindari keruntuhan perusahaan. Manusia tipe ketiga berusaha keras untuk menjaga agar perusahaan senantiasa kompatibel dengan kebutuhan pasar.

Lalu apakah manusia tipe ketiga akan selalu lebih berhasil dari tipe pertama di dunia bisnis?

Tidak juga. Hal itu tergantung dari fluktuasi dan intensitas masalah yang dihadapi. Bahkan dalam jangka pendek manusia tipe ketiga mengambil risiko jauh lebih besar dari manusia tipe pertama. Mereka bisa jatuh dalam waktu cepat bila salah melangkah akibat salah menilai kondisi eksternal. Namun dalam jangka panjang manusia tipe pertama akan memikul risiko lebih besar karena mereka kurang melakukan upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Nasib manusia tipe pertama akan ditentukan oleh kekuatan faktor eksternal. Bila perusahaan lebih kuat daripada perubahan faktor eksternal, mereka akan selamat. Sedangkan manusia tipe ketiga lebih memiliki kendali atas masa depan perusahaan karena mereka tidak takut mengambil risiko untuk menyesuaikan diri dengan faktor eksternal.

Seperti tergambar dalam ending The Mist yang spektakuler -- diperlukan ketabahan untuk menjadi manusia tipe ketiga. Terutama saat mereka harus menghadapi saat-saat terburuk setelah memutuskan menghadapi risiko. Tanpa ketabahan mereka akan kehabisan nafas di tengah jalan.

Contoh mudah adalah sebuah jaringan wartel yang sepuluh tahun lalu mulai menjual sebagian outlet-outlet teleponnya walaupun masih sangat menguntungkan dan pelan-pelan mengubah investasinya ke bisnis telepon seluler, tentu akan lebih berpeluang untuk bertahan hingga saat ini dimana kepemilikan handphone telah meluas ke seluruh lapisan masyarakat dan menggerogoti konsumen wartel.

Pada awalnya mereka harus tabah saat menghadapi risiko turunnya omzet karena berkurangnya outlet telepon umum, sementara penjualan handphone masih kecil. Mungkin baru beberapa tahun kemudian mereka menikmati hasilnya, yaitu ketika jumlah konsumen handphone meroket (undil 2008).




1 comment:

  1. review film yang sangat bagus, saya sudah menonton filmnya benar-benar bagus dan mengerikan. top deh stephen kings.

    ReplyDelete