Jaman kiwari jajak pendapat atau polling/survei semakin mendapat tempat di masyarakat. Jajak pendapat mulai dipercaya untuk mengukur tingkat popularitas seseorang, sebuah organisasi atau mengukur tanggapan masyarakat terhadap sebuah issue (misalnya issue kenaikan harga BBM).
Jajak pendapat yang dimaksud disini adalah jajak pendapat profesional yang dilakukan dengan aktif baik lewat telepon atau wawancara langsung (bukan jajak pendapat pasif seperti menunggu SMS atau telepon dari pemirsa televisi).
Jajak pendapat tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria statistik sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Misalnya jumlah sampel yang memadai, proporsi sampel yang proporsional dengan jumlah penduduk (jumlah responden di Jakarta harus lebih banyak daripada jumlah responden di Jogja yang penduduknya lebih sedikit), pengambilan sampel secara acak (bukan mengelompok di sebuah kelompok/wilayah kecil) dan sampel representatif mewakili seluruh kelompok dalam populasi.
Namun setelah kaidah-kaidah polling diikuti, ternyata masih ada trik halus yang bisa dilakukan untuk menggiring hasil jajak pendapat agar sesuai dengan “harapan” si pembuatnya. Tekniknya dengan mengakali susunan pertanyaan atau membuat sebuah prolog untuk menggiring jawaban responden. Dengan cara tersebut responden dikondisikan untuk memilih jawaban tertentu. Sepintas jajak pendapat terlihat dilakukan dengan obyektif dan profesional, padahal sebenarnya dilakukan dengan amatiran. Contoh penerapan teknik menggiring jawaban responden adalah pada jajak pendapat dibawah ini.
Pertanyaan Pertama
Belakangan ini di kota kita semakin banyak terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh pertandingan sepakbola, yang mengakibatkan kerugian materi maupun korban luka diantara penonton. Menurut anda apakah penyebab kerusuhan itu ?
Pertanyaan Kedua
Pada berbagai peristiwa kerusuhan sepakbola, polisi menangkap banyak perusuh dan menjebloskan ke dalam tahanan. Menurut anda apakah mereka perlu diproses hukum lebih lanjut atau dilepaskan setelah diberi peringatan?.
Pertanyaan Ketiga
Bila anda menjadi korban sebuah kerusuhan yang dilakukan suporter sebuah tim sepakbola setelah melihat pemain idolanya berkelahi di lapangan, apakah anda akan menuntut pertanggungjawaban pengelola tim untuk mengganti kerugian yang ada derita?
Pertanyaan KeempatBila diberi kesempatan memilih atlet teladan, apakah anda akan memilih seorang pemain bola sebagai atlet teladan tahun ini?
^_^
Pertanyaan keempat tidak nyambung dengan tiga pertanyaan terdahulu dan jawaban responden dapat diduga. Mereka tidak akan memilih pemain bola sebagai atlet teladan tahun ini karena pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya responden telah dikondisikan untuk memiliki image buruk tentang komunitas sepakbola.
Pointnya adalah hendaknya kita hati-hati membaca hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah lembaga yang mengaku profesional sekalipun. Karena meskipun metodenya dapat dipercaya dan hasilnya jujur namun mereka masih bisa “bermain“ dengan menyetir perasaan responden. Trik halus itu bisa jadi luput dari pengamatan para pembaca hasil polling bila tidak hati-hati melihat bentuk dan susunan pertanyaan dalam polling.
Satu jajak pendapat yang ingin memojokkan popularitas partai-partai Islam --si pembuat jajak pendapat bisa saja membuat beberapa pertanyaan tentang pendapat responden terhadap satu aksi pembom bunuh diri yang dia kait-kaitkan dengan gerakan keagamaan -- kemudian tiba-tiba menanyakan apakah si responden ingin memilih partai Islam. Tentu saja beberapa pertanyaan sebelumnya secara tak langsung "menggiring" si responden untuk tidak memilih partai Islam .
Demikian juga pembuat survei tentang popularitas satu perda (peraturan daerah) yang mereka tuduh diwarnai ajaran Islam -- pembuat survei dapat menggiring responden dengan mengungkit-ungkit beberapa kejadian negatif, misalnya ada kejadian salah tangkap orang -- kemudian baru menanyakan apakah responden mendukung atau menentang perda tersebut. Tentu saja si responden yang telah "dikondisikan" tersebut diharapkan akan memberi jawaban sesuai dengan keinginan si pembuat survei.
Jadi jangan buru-buru sedih bila partai politik favorit anda kalah dalam sebuah jajak pendapat atau sebuah peraturan daerah yang baik terlihat tidak populer dalam sebuah jajak pendapat– karena bisa jadi jajak pendapat tersebut sengaja digiring ke arah itu (nl. bandung 2006).
Jajak pendapat yang dimaksud disini adalah jajak pendapat profesional yang dilakukan dengan aktif baik lewat telepon atau wawancara langsung (bukan jajak pendapat pasif seperti menunggu SMS atau telepon dari pemirsa televisi).
Jajak pendapat tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria statistik sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Misalnya jumlah sampel yang memadai, proporsi sampel yang proporsional dengan jumlah penduduk (jumlah responden di Jakarta harus lebih banyak daripada jumlah responden di Jogja yang penduduknya lebih sedikit), pengambilan sampel secara acak (bukan mengelompok di sebuah kelompok/wilayah kecil) dan sampel representatif mewakili seluruh kelompok dalam populasi.
Namun setelah kaidah-kaidah polling diikuti, ternyata masih ada trik halus yang bisa dilakukan untuk menggiring hasil jajak pendapat agar sesuai dengan “harapan” si pembuatnya. Tekniknya dengan mengakali susunan pertanyaan atau membuat sebuah prolog untuk menggiring jawaban responden. Dengan cara tersebut responden dikondisikan untuk memilih jawaban tertentu. Sepintas jajak pendapat terlihat dilakukan dengan obyektif dan profesional, padahal sebenarnya dilakukan dengan amatiran. Contoh penerapan teknik menggiring jawaban responden adalah pada jajak pendapat dibawah ini.
Pertanyaan Pertama
Belakangan ini di kota kita semakin banyak terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh pertandingan sepakbola, yang mengakibatkan kerugian materi maupun korban luka diantara penonton. Menurut anda apakah penyebab kerusuhan itu ?
Pertanyaan Kedua
Pada berbagai peristiwa kerusuhan sepakbola, polisi menangkap banyak perusuh dan menjebloskan ke dalam tahanan. Menurut anda apakah mereka perlu diproses hukum lebih lanjut atau dilepaskan setelah diberi peringatan?.
Pertanyaan Ketiga
Bila anda menjadi korban sebuah kerusuhan yang dilakukan suporter sebuah tim sepakbola setelah melihat pemain idolanya berkelahi di lapangan, apakah anda akan menuntut pertanggungjawaban pengelola tim untuk mengganti kerugian yang ada derita?
Pertanyaan KeempatBila diberi kesempatan memilih atlet teladan, apakah anda akan memilih seorang pemain bola sebagai atlet teladan tahun ini?
^_^
Pertanyaan keempat tidak nyambung dengan tiga pertanyaan terdahulu dan jawaban responden dapat diduga. Mereka tidak akan memilih pemain bola sebagai atlet teladan tahun ini karena pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya responden telah dikondisikan untuk memiliki image buruk tentang komunitas sepakbola.
Pointnya adalah hendaknya kita hati-hati membaca hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah lembaga yang mengaku profesional sekalipun. Karena meskipun metodenya dapat dipercaya dan hasilnya jujur namun mereka masih bisa “bermain“ dengan menyetir perasaan responden. Trik halus itu bisa jadi luput dari pengamatan para pembaca hasil polling bila tidak hati-hati melihat bentuk dan susunan pertanyaan dalam polling.
Satu jajak pendapat yang ingin memojokkan popularitas partai-partai Islam --si pembuat jajak pendapat bisa saja membuat beberapa pertanyaan tentang pendapat responden terhadap satu aksi pembom bunuh diri yang dia kait-kaitkan dengan gerakan keagamaan -- kemudian tiba-tiba menanyakan apakah si responden ingin memilih partai Islam. Tentu saja beberapa pertanyaan sebelumnya secara tak langsung "menggiring" si responden untuk tidak memilih partai Islam .
Demikian juga pembuat survei tentang popularitas satu perda (peraturan daerah) yang mereka tuduh diwarnai ajaran Islam -- pembuat survei dapat menggiring responden dengan mengungkit-ungkit beberapa kejadian negatif, misalnya ada kejadian salah tangkap orang -- kemudian baru menanyakan apakah responden mendukung atau menentang perda tersebut. Tentu saja si responden yang telah "dikondisikan" tersebut diharapkan akan memberi jawaban sesuai dengan keinginan si pembuat survei.
Jadi jangan buru-buru sedih bila partai politik favorit anda kalah dalam sebuah jajak pendapat atau sebuah peraturan daerah yang baik terlihat tidak populer dalam sebuah jajak pendapat– karena bisa jadi jajak pendapat tersebut sengaja digiring ke arah itu (nl. bandung 2006).
^_^
Menurut kamus (encarta) polls adalah survei terhadap publik, sebuah pertanyaan yang diajukan terhadap populasi atau sampel representatif dari populasi untuk mengetahui opini mereka atau untuk mendapat informasi lainnya.
revisi-1 (nop-09)
tags: jajak pendapat, survei, polling, partai politik islam, perda, survei popularitas partai politik
Menurut kamus (encarta) polls adalah survei terhadap publik, sebuah pertanyaan yang diajukan terhadap populasi atau sampel representatif dari populasi untuk mengetahui opini mereka atau untuk mendapat informasi lainnya.
revisi-1 (nop-09)
tags: jajak pendapat, survei, polling, partai politik islam, perda, survei popularitas partai politik
Dapat pulsa Rp50.000 gratis per bulan? Yakin bisa? Bisa doooong! Caranya gampang, download aplikasi Cashtree dari link referral ini! Dan dapatkan langsung Rp1.000. Khusus yang beruntung, bisa langsung dapat 1JUTA PULSA GRATIS dari Lucky Chance. Tunggu apa lagi? Just click the link!
ReplyDeleteFlash Cash hari ini ! 08 JAN 14:?? WIB [Rp 4.357] (Total Cash-ku Rp 41.323) https://invite.cashtree.id/eea0e33