Betapa kagetnya Sakura ketika pada suatu pagi di samping meja kerjanya telah nangkring seorang anak muda di atas sebuah meja kerja baru. Semula dikiranya dia adalah karyawan baru. Namun anak itu mengaku sebagai orang sewaan perusahaan, yang memakai nama kerja Sakura-Dua. Tugasnya adalah melakukan benchmarking kinerja Sakura alias membandingkan kinerja Sakura dengan standar kinerja yang telah ditetapkan perusahaan. Artinya semua tugas yang diemban Sakura akan dikerjakan pula oleh Sakura-Dua, dan akan dibandingkan hasilnya.
Betapa jengkelnya Sakura ketika orang itu mengatakan bahwa dirinya terpaksa bekerja dibawah kemampuan sebenarnya untuk menyesuaikan dengan standar perusahaan—agar benchmarking berlangsung fair-- tidak memberatkan Sakura.
Fenomena yang terjadi hari-hari berikutnya membuat darah Sakura semakin mendidih. Si “tukang cari muka” dan “sok akrab” itu ternyata dengan cepat mampu menjalin hubungan yang akrab dengan teman-teman satu bagian Sakura. Bukan itu saja dalam waktu singkat si anak telah menjadi populer di lingkungan kerja perusahaan, jauh meninggalkan Sakura yang kini menjadi uring-uringan.
Kinerja Sakura-Dua juga terpaksa diakui sangat baik. Pagi hari dia sudah siap dengan daftar pekerjaan yang harus dilakukan, dan sore hari sebelum pulang kerja dia menandai pekerjaan yang telah diselesaikan. Begitulah setiap hari, dia bekerja dengan check-list, dan herannya dia tak mengerjakan semuanya, hanya pekerjaan yang ditandai yang dikerjakannya. Sebagian pekerjaan dikerjakan seperlunya saja. Seperti jadwal petugas piket yang dibuat Sakura berjam-jam dengan bentuk “artistik”, cukup diselesaikan Sakura-Dua hanya selama lima belas menit dengan bentuk sederhana, nggak ada seninya. Meja kerjanya juga selalu rapi, tidak pernah ada tumpukan-tumpukan dokumen yang tidak jelas seperti yang sering terjadi di meja Sakura.
^_^
Tak perlu ditanya hasil benchmarking. Sakura hanya mampu mencapai 70% dari standar minimal perusahaan. Hari terakhir kerja Sakura-Dua membongkar semuanya. Sebenarnya kehadiran dirinya bertolak dari kesadaran pihak manajemen perusahaan untuk memberi pelatihan manajemen kerja & filing system kepada setiap pekerja agar mampu bekerja dan mendokumentasikan pekerjaannya dengan efektif dan efisien.
Jadi dirinya diperintahkan bukan sekedar untuk benchmarking, tapi juga bertugas untuk meningkatkan kinerja Sakura. Selama tiga bulan ini dia telah memberi contoh nyata, teknik-teknik untuk meningkatkan kinerja. Namun dia khawatir Sakura sekedar menangkap teknik, tanpa mengetahui filosofinya. Maka dia bermaksud membongkar makna dibalik teknik-tekniknya.
Bekerja dengan checklist didasari kesadaran bahwa waktu pekerja terbatas. Jumlah pekerjaan sangat mungkin melebihi waktu yang tersedia. Keberadaan cheklist membuat dia tahu pekerjaan mana saja yang harus diprioritaskan, dan memudahkan pengaturan alokasi waktu untuk setiap pekerjaan. Hal itu untuk mencegah dirinya tergoda menyelesaikan satu pekerjaan sebaik mungkin namun pekerjaan lain menjadi terbengkalai. Biarlah sebuah pekerjaan tidak sempurna dengan kelemahan disana-sini, asal semua pekerjaan dapat terselesaikan.
Kemudian kedisiplinan Sakura-Dua menjaga meja kerjanya selalu bersih adalah untuk menjamin bahwa dia tidak menunda pekerjaan kecil seperti mengembalikan dokumen ke tempatnya, atau review formulir data. Penundaan akan membuat pekerjaan kecil-kecil menumpuk menjadi pekerjaan raksasa yang akan membuat dirinya menjadi liliput yang tertimbun pekerjaan dan merasa tak berdaya untuk menyelesaikannya (nl. umbulharjo - Jogja)
Betapa jengkelnya Sakura ketika orang itu mengatakan bahwa dirinya terpaksa bekerja dibawah kemampuan sebenarnya untuk menyesuaikan dengan standar perusahaan—agar benchmarking berlangsung fair-- tidak memberatkan Sakura.
Fenomena yang terjadi hari-hari berikutnya membuat darah Sakura semakin mendidih. Si “tukang cari muka” dan “sok akrab” itu ternyata dengan cepat mampu menjalin hubungan yang akrab dengan teman-teman satu bagian Sakura. Bukan itu saja dalam waktu singkat si anak telah menjadi populer di lingkungan kerja perusahaan, jauh meninggalkan Sakura yang kini menjadi uring-uringan.
Kinerja Sakura-Dua juga terpaksa diakui sangat baik. Pagi hari dia sudah siap dengan daftar pekerjaan yang harus dilakukan, dan sore hari sebelum pulang kerja dia menandai pekerjaan yang telah diselesaikan. Begitulah setiap hari, dia bekerja dengan check-list, dan herannya dia tak mengerjakan semuanya, hanya pekerjaan yang ditandai yang dikerjakannya. Sebagian pekerjaan dikerjakan seperlunya saja. Seperti jadwal petugas piket yang dibuat Sakura berjam-jam dengan bentuk “artistik”, cukup diselesaikan Sakura-Dua hanya selama lima belas menit dengan bentuk sederhana, nggak ada seninya. Meja kerjanya juga selalu rapi, tidak pernah ada tumpukan-tumpukan dokumen yang tidak jelas seperti yang sering terjadi di meja Sakura.
^_^
Tak perlu ditanya hasil benchmarking. Sakura hanya mampu mencapai 70% dari standar minimal perusahaan. Hari terakhir kerja Sakura-Dua membongkar semuanya. Sebenarnya kehadiran dirinya bertolak dari kesadaran pihak manajemen perusahaan untuk memberi pelatihan manajemen kerja & filing system kepada setiap pekerja agar mampu bekerja dan mendokumentasikan pekerjaannya dengan efektif dan efisien.
Jadi dirinya diperintahkan bukan sekedar untuk benchmarking, tapi juga bertugas untuk meningkatkan kinerja Sakura. Selama tiga bulan ini dia telah memberi contoh nyata, teknik-teknik untuk meningkatkan kinerja. Namun dia khawatir Sakura sekedar menangkap teknik, tanpa mengetahui filosofinya. Maka dia bermaksud membongkar makna dibalik teknik-tekniknya.
Bekerja dengan checklist didasari kesadaran bahwa waktu pekerja terbatas. Jumlah pekerjaan sangat mungkin melebihi waktu yang tersedia. Keberadaan cheklist membuat dia tahu pekerjaan mana saja yang harus diprioritaskan, dan memudahkan pengaturan alokasi waktu untuk setiap pekerjaan. Hal itu untuk mencegah dirinya tergoda menyelesaikan satu pekerjaan sebaik mungkin namun pekerjaan lain menjadi terbengkalai. Biarlah sebuah pekerjaan tidak sempurna dengan kelemahan disana-sini, asal semua pekerjaan dapat terselesaikan.
Kemudian kedisiplinan Sakura-Dua menjaga meja kerjanya selalu bersih adalah untuk menjamin bahwa dia tidak menunda pekerjaan kecil seperti mengembalikan dokumen ke tempatnya, atau review formulir data. Penundaan akan membuat pekerjaan kecil-kecil menumpuk menjadi pekerjaan raksasa yang akan membuat dirinya menjadi liliput yang tertimbun pekerjaan dan merasa tak berdaya untuk menyelesaikannya (nl. umbulharjo - Jogja)
0 komentar:
Post a Comment