Kariagus berang kala suatu ketika Mataharikus menyebut Kariagus sebagai THEORON alias Theory-Only. Waktu itu Kariagus sedang menjelaskan tentang kiat-kiat sukses menjadi seorang fotografer. Sebenarnyalah Mataharikus bilang gitu karena kesal dengan si Kariagus yang sangat bersemangat dalam mendiskusikan teknik-teknik memotret tingkat tinggi, tetapi tak pernah datang saat diundang latihan bersama klub fotografi selepas kerja.
“Kamu itu hasil jepretan kamera digitalmu tiga bulan lalu aja belum ditransfer ke komputer kok mau ngajarin kiat sukses jadi fotografer lho!. Mbok ya-o dibuktikan dulu, gak ada tumpukan file-file di memori kameramu!” kata Mataharikus sambil tertawa geli.
Karuan saja Kariagus berang. Berani-beraninya Si Rikus jelek ini menyebut dirinya sebagai tukang teori tanpa pernah praktek. Bagaimana mungkin makhluk ini punya nyali mengejek teori-teorinya yang diklaimnya lebih canggih daripada teori-teori yang mendasari peluncuran Apollo ke bulan!
“Bah-bah! Akan kubuktikan padamu wahai Mataharikus yang berpikiran sempit! Teori-teoriku itu amat canggih dan bukan mimpi siang bolong! Aku akan jadi juara lomba fotografi di kantor tahun ini! kata Kariagus sembari mengomel-ngomel.
^_^
Singkat cerita Kariagus mendadak rajin berdiskusi dengan para fotografer di kantornya. Dia juga memborong buku-buku teknik fotografi. Dibacanya dengan tekun dan dicocokkannya dengan hasil diskusi. Tak puas dengan itu, dibrowsingnya teknik memotret menggunakan kamera digital via Google. Dibacanya dan dipelajari dengan seksama. Semua pengetahuan itu dia sintesa menjadi satu pengetahuan fotografi yang dianggapnya sophisticated!
Akibat sumber pengetahuan yang melimpah ruah itu dalam waktu singkat Kariagus menjadi jagoan fotografi. Bahkan mungkin dia yang paling jago se-kantor. Dari mulai teori cara memegang kamera hingga teori cara mengatur pencahayaan telah dia kuasai dengan baik. Segala yang diperlukan untuk dapat memotret dengan canggih telah dia miliki.
Tapi ada sayangnya. Semua penguasaan itu hanyalah teori. Kariagus hanya tahu teorinya dan tidak pernah mempraktekkannya. Dia sama sekali tidak tertarik untuk berlatih. Bahkan Kariagus tidak tahu fasilitas apa saja yang ada di kameranya. Dia juga tidak tahu teori-teori mana saja yang bisa dipraktekkan di kameranya.
Tak heran menjelang hari-h, Kariagus resah. Dia bingung dengan segala macam teori canggih yang dimilikinya. Dirasakannya dirinya hanya hebat bila bercerita tentang cara memotret yang baik tanpa harus memperagakan dengan kamera. Begitu ada orang yang ingin peragaan, Kariagus jadi pusing. Secara dia tidak pernah praktek, hanya berputar-putar di alam pikiran saja. Dia hanya di awang-awang. Tak mungkinlah dirinya mengajarkan praktek memotret. Lalu bagaimana nanti saat lomba? Mampukah dia merealisasikan sophisticated-mind nya dalam wujud foto-foto menawan?
^_^
Ramalan Mataharikus akhirnya memang terbukti. Akibat kurang berlatih Kariagus gagal mengaplikasikan teorinya! Foto-foto hasil jepretan Kariagus jauh dari standar juara. Kebanyakan gambarnya kabur. Kalau gambarnya tidak kabur ya gelap! Kariagus bete sekali! Kali ini karena segala perkataan Mataharikus tentang dirinya benar-benar terbukti dengan telak!
^_^
Kariagus sadar akan kekurang-berlatihan dirinya. Dia ingin memperbaikinya. Makanya minggu paginya dia keliling Bandung. Dibawanya kamera dan satu buku teknik memotret yang paling tipis. Dibacanya halaman demi halaman dan langsung dipraktekkan. Ternyata tidak mudah! Untuk melintasi satu bab buku saja perlu berjam-jam. Tapi dia terus mencoba dan mencoba. Dia sama sekali tidak rela dicap sebagai seorang theoron. Hiks! Theoron boleh aja. Tapi prakteknya dia juga bisa!
Dia merasa dirinya adalah seorang yang mampu mewujudkan inspirasi menjadi kenyataan. Dia terus membaca dan memotret. Dia hanya istirahat untuk sholat dan makan. Kariagus terus mengelilingi Bandung sambil memotret hingga tengah malam. Seperempat buku telah dibacanya. Dia puas. Paling tidak untuk hari ini dirinya bukanlah seorang theoron.
Lagipula dia merasa menjadi seorang theoron-pun tidak apa-apa -- asal tidak di semua hal hanya bisa teori belaka. Paling tidak kini dia telah mempraktekkan sebagian teorinya. Bahkan dengan bekal teori saja-pun Kariagus merasa bisa bermanfaat dengan mengajarkan teorinya pada orang lain. Siapa tahu mereka bisa merealisasikan dengan lebih baik? Seperti halnya seorang pelatih yang sukses mencetak anak didik yang lebih handal dari dirinya (undil-2008)
“Kamu itu hasil jepretan kamera digitalmu tiga bulan lalu aja belum ditransfer ke komputer kok mau ngajarin kiat sukses jadi fotografer lho!. Mbok ya-o dibuktikan dulu, gak ada tumpukan file-file di memori kameramu!” kata Mataharikus sambil tertawa geli.
Karuan saja Kariagus berang. Berani-beraninya Si Rikus jelek ini menyebut dirinya sebagai tukang teori tanpa pernah praktek. Bagaimana mungkin makhluk ini punya nyali mengejek teori-teorinya yang diklaimnya lebih canggih daripada teori-teori yang mendasari peluncuran Apollo ke bulan!
“Bah-bah! Akan kubuktikan padamu wahai Mataharikus yang berpikiran sempit! Teori-teoriku itu amat canggih dan bukan mimpi siang bolong! Aku akan jadi juara lomba fotografi di kantor tahun ini! kata Kariagus sembari mengomel-ngomel.
^_^
Singkat cerita Kariagus mendadak rajin berdiskusi dengan para fotografer di kantornya. Dia juga memborong buku-buku teknik fotografi. Dibacanya dengan tekun dan dicocokkannya dengan hasil diskusi. Tak puas dengan itu, dibrowsingnya teknik memotret menggunakan kamera digital via Google. Dibacanya dan dipelajari dengan seksama. Semua pengetahuan itu dia sintesa menjadi satu pengetahuan fotografi yang dianggapnya sophisticated!
Akibat sumber pengetahuan yang melimpah ruah itu dalam waktu singkat Kariagus menjadi jagoan fotografi. Bahkan mungkin dia yang paling jago se-kantor. Dari mulai teori cara memegang kamera hingga teori cara mengatur pencahayaan telah dia kuasai dengan baik. Segala yang diperlukan untuk dapat memotret dengan canggih telah dia miliki.
Tapi ada sayangnya. Semua penguasaan itu hanyalah teori. Kariagus hanya tahu teorinya dan tidak pernah mempraktekkannya. Dia sama sekali tidak tertarik untuk berlatih. Bahkan Kariagus tidak tahu fasilitas apa saja yang ada di kameranya. Dia juga tidak tahu teori-teori mana saja yang bisa dipraktekkan di kameranya.
Tak heran menjelang hari-h, Kariagus resah. Dia bingung dengan segala macam teori canggih yang dimilikinya. Dirasakannya dirinya hanya hebat bila bercerita tentang cara memotret yang baik tanpa harus memperagakan dengan kamera. Begitu ada orang yang ingin peragaan, Kariagus jadi pusing. Secara dia tidak pernah praktek, hanya berputar-putar di alam pikiran saja. Dia hanya di awang-awang. Tak mungkinlah dirinya mengajarkan praktek memotret. Lalu bagaimana nanti saat lomba? Mampukah dia merealisasikan sophisticated-mind nya dalam wujud foto-foto menawan?
^_^
Ramalan Mataharikus akhirnya memang terbukti. Akibat kurang berlatih Kariagus gagal mengaplikasikan teorinya! Foto-foto hasil jepretan Kariagus jauh dari standar juara. Kebanyakan gambarnya kabur. Kalau gambarnya tidak kabur ya gelap! Kariagus bete sekali! Kali ini karena segala perkataan Mataharikus tentang dirinya benar-benar terbukti dengan telak!
^_^
Kariagus sadar akan kekurang-berlatihan dirinya. Dia ingin memperbaikinya. Makanya minggu paginya dia keliling Bandung. Dibawanya kamera dan satu buku teknik memotret yang paling tipis. Dibacanya halaman demi halaman dan langsung dipraktekkan. Ternyata tidak mudah! Untuk melintasi satu bab buku saja perlu berjam-jam. Tapi dia terus mencoba dan mencoba. Dia sama sekali tidak rela dicap sebagai seorang theoron. Hiks! Theoron boleh aja. Tapi prakteknya dia juga bisa!
Dia merasa dirinya adalah seorang yang mampu mewujudkan inspirasi menjadi kenyataan. Dia terus membaca dan memotret. Dia hanya istirahat untuk sholat dan makan. Kariagus terus mengelilingi Bandung sambil memotret hingga tengah malam. Seperempat buku telah dibacanya. Dia puas. Paling tidak untuk hari ini dirinya bukanlah seorang theoron.
Lagipula dia merasa menjadi seorang theoron-pun tidak apa-apa -- asal tidak di semua hal hanya bisa teori belaka. Paling tidak kini dia telah mempraktekkan sebagian teorinya. Bahkan dengan bekal teori saja-pun Kariagus merasa bisa bermanfaat dengan mengajarkan teorinya pada orang lain. Siapa tahu mereka bisa merealisasikan dengan lebih baik? Seperti halnya seorang pelatih yang sukses mencetak anak didik yang lebih handal dari dirinya (undil-2008)
0 komentar:
Post a Comment