Dongeng Kancil dan Serigala

Serigala menggeram sambil perlahan-lahan mendekati Sang Kancil yang kini telah terpojok di sudut tebing batu yang tinggi. Tak ada kemungkinan lagi untuk lari baginya. Serigala telah membayangkan tongseng kancil yang lezat untuk dinikmati bersama teman-temannya.

Lima tahun merantau telah membuat Serigala merasa telah begitu terlatih dalam berburu. Kini Sang Kancil, binatang paling luas ilmunya di hutan siap menjadi korbannya. Memakan binatang paling keren di hutan tentu saja akan membuat reputasinya sebagai binatang buas akan melesat naik. Ratingnya pasti akan jauh meninggalkan buaya yang belum pernah berhasil memakan tubuh Sang Kancil seujung rambut-pun.

Sang Kancil melompat ke atas batu besar yang berada di kaki tebing. Serigala menyeringai buas dengan giginya yang tajam seolah berebut tampil. Lolongannya yang panjang membuat suasana semakin seram. Namun wajah serigala yang seram berangsur berubah menjadi heran melihat Sang Kancil tidak nampak takut atau gemetar. Sang Kancil hanya sedikit tersenyum dengan dagu mendongak menunjukkan keanggunannya selaku sosok cendekiawan paling terkemuka di hutan raya. Mulutnya meneriakkan kata-kata pendek memanggil beberapa nama binatang untuk datang.

Serigala tertawa ngakak mendengar Sang Kancil memanggil nama-nama binatang. Siapa yang mau berkorban untuk binatang kecil nan lemah ini?. Serigala menyangsikan seekor cacing-pun bakal sudi mendengar kata-kata Kancil yang sama sekali tak berotot ini. Beda jauh dengan tubuhnya yang berotot menonjol laksana kawat-kawat baja yang sangat kokoh. Pertarungan dengan hyena paling ganas-pun telah dia lalui selama dalam perantauan.

“Hahahaha.....Kau pikir dirimu itu siapa?. Panggil-panggil binatang lain untuk datang?. Kau pikir mereka mau datang untuk menolongmu? Hahahaha binatang kecil yang lembek........ mimpi kali yeee!”

“Wahai serigala pergilah. Selamatkan dirimu sendiri” tukas Sang Kancil dengan suara lembut.

“Hohohoho....Aku akan pergi setelah menerkammu!” kata Serigala sembari perlahan-lahan mendekati batu besar tempat Sang Kancil berdiri. Sadar akan kecerdikan Sang Kancil, Serigala hati-hati sekali melangkahkan kaki mendekati tubuh mangsa empuknya itu.

Sebelum serigala melompat untuk menerkam Sang Kancil mendadak bumi terasa berdebam-debam karena datangnya serombongan gajah yang tergesa-gesa berlari mendekati Sang Kancil. Ketika melihat Serigala yang hendak menerkam Sang Kancil, nampak Gajah yang paling besar berteriak keras sekali menggetarkan seisi hutan dengan raungan kemarahan.

Tubuh serigala menggigil ketakutan tak mampu bergerak. Tubuhnya dengan mudah dibelit dengan belalai Gajah Raksasa itu, lalu diangkat dan dilemparkan sekuat tenaga ke udara. Serigala menjerit kesakitan saat tubuhnya terlontar ke udara dan jatuh menghantam rumpun semak berduri. Tanpa pikir panjang lagi dia lari tungang langgang dengan kaki terpincang-pincang meninggalkan hutan raya.

Ada satu hal yang tidak diketahui Serigala. Sang Kancil bukan lagi binatang lemah tak berdaya seperti dulu. Tentu saja binatang-binatang yang dipanggil oleh Sang Kancil akan segera datang karena Sang Kancil adalah raja mereka yang baru. Berkat kebijaksanaan dan keluasan ilmunya, penduduk hutan sepakat mengangkat Sang Kancil menjadi Raja Hutan menggantikan Singa tua. Gajah selaku pengawal setianya, siap sedia mengenyahkan para pengganggu raja. Sekalipun tubuhnya lemah, Sang Kancil memiliki kekuasaan yang tak dapat ditandingi oleh binatang manapun di hutan raya.


2 comments: