Penawaran Menarik Lomba Menulis tingkat SMU se- Bandung Raya dengan Hadiah Utama 3 Juta Rupiah

Ada penawaran menarik lomba menulis tingkat SMU dan sederajat se-Bandung Raya dengan hadiah utama uang tunai Rp. 3 juta, juara kedua dan ketiga masing-masing mendapat Rp. 2 juta dan Rp. 1 juta. Lomba diselenggarakan untuk memperingati ulangtahun satu produsen vaksin dengan reputasi internasional di Bandung dan HUT RI ke-63. Waktunya pendek, naskah paling lambat masuk ke panitia tanggal 31 Juli 2008.

Ada 2 pilihan tema tulisan, yaitu (1) Penanganan sampah di Kota Bandung dan (2) Mengapa saya perlu vaksinasi Hepatitis B?. Panjang tulisan maksimal 10 halaman kertas A4. Persyaratan ikutan lomba gampang, cukup kirimkan naskah beserta fotokopi kartu pelajar dan formulir pendaftaran ke panitia. Tidak perlu pengesahan kepala sekolah atau cap sekolah untuk dapat ikut lomba. Jumlah peserta untuk setiap sekolah tidak dibatasi. Lomba menulis ini gratis, tidak dipungut biaya pendaftaran.

Ketentuan cara penulisan naskah, cara mengikuti lomba dan formulir pendaftaran dapat di download di www.biofarma.co.id atau http://lombamenulis.wordpress.com. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Ida Nurnaeni no. hp 0813 220 73 026 atau Wagenugraha 0856 2483 6504 atau bila pada jam kerja hubungi sekretariat panitia lomba menulis di PT. Bio Farma, JL. Pasteur 28 Bandung telp. Tjut Vina/Ida Nurnaeni 022-2033755 ext 132, email poppy@biofarma.co.id





Poka Yoke

Minggu lalu saya ikut pelatihan autonomous maintenance, yaitu perawatan mandiri mesin-mesin produksi oleh personil produksi. Tujuannya untuk mencegah terjadinya breakdown, yaitu mesin rusak dan berhenti bekerja. Inti dari pelatihan yang diselenggarakan oleh PQM Consultants, Jakarta pada tanggal 9-10 Juli 2008 itu adalah orang produksi sebagai personil yang sehari-hari mengoperasikan mesin adalah orang yang paling tahu bila terjadi penyimpangan kecil pada mesin dan dapat segera melakukan tindakan perbaikan.

Dengan deteksi dini gangguan kecil pada mesin, maka gangguan yang lebih besar diharapkan dapat dicegah. Dengan memelihara mesin secara benar dan mengoperasikan mesin sesuai prosedur, maka breakdown mesin dapat dicegah. Disamping mengoperasikan mesin, seorang operator produksi juga diharapkan melakukan improvement untuk memperbaiki kinerja mesin. Salah satu trik yang diajarkan untuk improvement dan mencegah kesalahan pengoperasian mesin adalah poka yoke.

Apa itu poka yoke?

Contoh poka yoke adalah sim card handphone kita. Bentuk sim card handphone adalah segiempat dengan salah satu sudut dipotong. Dengan bentuk seperti itu pemasangan simcard ke dalam handphone tidak akan terbalik. Seandainya terbalik-pun sim-card tidak akan dapat masuk ke tempatnya. Dengan poka yoke kemungkinan rusaknya mesin oleh kesalahan pemasangan komponen alat dapat dicegah.

Contoh lain poka yoke adalah colokan pada bagian belakang komputer. Setiap colokan berbeda bentuknya sesuai peruntukan, sehingga tidak akan terjadi kesalahan pemasangan. Untuk mesin-mesin tertentu poka yoke sangat diperlukan, terutama bila kesalahan pemasangan akan mengakibatkan kerusakan mesin atau kerusakan produk.



Untuk tangki penampung produk di departemen produksi, poka yoke dapat diterapkan pada adapter koneksi pipa. Ukuran adapter untuk koneksi pipa udara, pipa produk dan pipa lainnya dapat dibedakan sehingga operator tidak akan melakukan kesalahan penyambungan yang bisa mengganggu produk. Suplai udara tidak akan disambungkan pada jalur produk yang dapat mengakibatkan produk berbuih, demikian juga sebaliknya.

Pada software komputer poka yoke juga tersedia. Misalnya pada saat kita hendak keluar dari word processor seperti MS Word biasanya ada pemberitahuan apakah kita akan menyimpan file yang sudah dibuat atau tidak. Sehingga kita tidak akan kehilangan hasil kerja berjam-jam hanya karena lupa tidak menyimpan. Demikian juga bila kita menyimpan dengan nama yang sama dengan file lama, otomatis akan diberi warning bahwa file baru kita akan menimpa file yang lama. Warning itu membuat kita tidak akan kehilangan file lama karena tertimpa file baru.

Untuk uang kertas sepertinya perlu poka yoke ukuran. Uang pecahan yang berbeda seperti 10 ribu dan 100 ribu selain perlu dibedakan warnanya juga perlu dibedakan ukurannya. Sehingga tidak akan terjadi pecahan 10 ribu terselip diantara gepokan uang 100 ribuan yang bisa mengakibatkan pertikaian antar orang yang bertransaksi.

Poka yoke lain yang diperlukan saat ini adalah poka yoke untuk standar samping sepeda motor. Pengendara sepeda motor kadangkala lupa belum menaikkan standar samping saat menjalankan motornya, akibatnya pada saat dia berbelok ke kiri, standar akan menyentuh jalan dan bisa mengakibatkan terganggunya keseimbangan pengendara. Seandainya ada aksesori tambahan atau sistem yang mencegah terjadinya kelupaan itu tentu menjadi nilai lebih bagi merek sepeda motor yang memilikinya. Ada ide untuk poka yoke standar samping sepeda motor ini? (undil-2008)


Tidak Butuh Kata-kata

terkadang saya terheran-heran
penilaian saya terhadap sesuatu atau seseorang
ternyata sama dengan penilaian orang lain

terkadang saya terheran-heran
lelucon yang tidak membuat saya tertawa
ternyata garing juga di telinga orang lain

terkadang saya terheran-heran
apa yang saya rasakan pada perilaku seseorang
ternyata dirasakan juga oleh orang lain

terkadang saya terheran-heran
orang yang saya anggap ramah dan menyenangkan
ternyata juga dianggap baik oleh orang lain

terkadang saya terheran-heran
kita disatukan oleh rasa dan standar yang sama
sehingga penilaian tak harus selalu diungkapkan dengan kata-kata

penilaian terhadap perilaku seseorang
adakalanya lebih baik disimpan dalam hati
toh orang lain juga merasakan hal yang sama
(Nailul-2008)

Yachinta, Disiplin Diri dan Kemampuan Berkonsentrasi

Rana Admira duduk di sebuah bangku mungil di tengah salon milik ibunya. Matanya tak pernah berhenti menekuni buku pelajaran yang sedang dibacanya. Hilir mudik pengunjung salon yang datang silih berganti tak membuatnya terganggu. Suara-suara alat-alat potong rambut dan obrolan seru para pelanggan salon tidak membuatnya mengalihkan perhatian. Matanya tak pernah lepas dari buku pelajaran IPA yang kini tinggal beberapa halaman lagi selesai.



Yachinta Satrasmara sampai terheran-heran dengan kemampuan sepupu kecilnya itu menekuni buku pelajaran di tengah keramaian. Bagaimana mungkin adik kecil itu tidak terganggu oleh suasana belajar tidak menunjang di sekelilingnya. Duduk tenang, diam dan tak tergoyahkan!

Hiks! Sebuah kemampuan alami yang mengagumkan. Tak heran nilai-nilai raport anak itu juga sangat menawan. Dengan kemampuan berkonsentrasi seperti itu -- seandainya otak Rana tidak cemerlang-pun—Yachinta yakin nilai-nilai raportnya tetap akan menawan.

Kemudian Yachinta membandingkan dengan dirinya. Di tempat yang memang dari sononya dirancang untuk bekerja-pun dirinya susah berkonsentrasi. Di kantor dirinya sungguh susah untuk tidak teralihkan perhatiannya. Meja besar meeting, tamu-tamu dari bagian lain dan teman-teman kerja yang enak diajak ngobrol sungguh merupakan godaan yang tak terkira untuk konsentrasinya.

Bagaimana mungkin dirinya bisa membereskan kerjaan tepat waktu bila setiapkali baru beberapa lembar menyelesaikan dokumen langsung mulutnya tidak tahan untuk terjun dalam obrolan tak berujung dengan siapa saja yang sedang mengobrol di dekatnya, terutama bila salah satu pengobrol adalah Shizuka. Sang soulmate bagi Yachinta dalam urusan obrol mengobrol. Kalau di dekat Shizuka sungguh susah bagi Yachinta untuk tidak membuka mulut.

Andai dia bisa meminjam “kemampuan Rana” beberapa jam saja, niscaya pekerjaannya cepat beres. Kemampuan alami Rana untuk memusatkan perhatian akan sangat berguna di tempat kerja. Diam-diam diakuinya bahwa dirinya kalah jauh dari Rana yang baru kelas 4 SD dalam hal menahan diri. Anak itu baru “beredar” main dengan teman-temannya setelah PR selesai. Sementara dirinya sering membawa kerjaan ke rumah dan tidak diapa-apakan hingga hari besoknya masuk kerja lagi. Seolah-olah dengan membawa kerjaan ke rumah sudah “sah”, walaupun pekerjaan tersebut didiamkan saja.

Belum lagi buku-buku GMP dari perpustakaan yang harus dibacanya ternyata lebih sering diam menetap di dalam tas. Buku-buku itu setiap hari hilir mudik bersama dirinya dari rumah-kantor-rumah-kantor tetapi tak pernah dibaca hehehe!. Sementara belasan buku-buku menarik tentang biografi, komputer, IT dan manajemen telah dilalap habis. Duh duh Yachinta sedih banget melihat prioritasnya yang berantakan! Disadarinya Rana yang belum berumur 10 tahun lebih unggul dari Yachinta dalam soal mendisiplinkan diri.

Belajar dari perilaku Rana, akhirnya Yachinta menilai kembali kemampuannya dalam “mendisiplinkan diri“ sebelum bermimpi bisa meraih kemampuan berkonsentrasi. Di dalam dirinya ternyata dua hal itu berhubungan erat. Tanpa disiplin diri saat konsentrasinya pecah, Yachinta akan membiarkan konsentrasi terus pecah dan bahkan mengikuti keinginannya untuk berhenti kerja sejenak untuk mengobrol atau melakukan hal-hal lain yang lebih menarik.

Tanpa disiplin dirinya akan hanyut pada “godaan” dan menjauh dari pekerjaan yang harus diselesaikan atau buku-buku yang harus dibaca. Sebaliknya dengan disiplin diri Yachinta akan cepat kembali berkonsentrasi pada saat teralihkan oleh hal-hal lain. Dengan disiplin Yachinta tidak akan membiarkan kesukaan mengobrolnya akan mengganggu kemampuan dirinya menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Disiplin akan membuatnya menutup sebuah buku menarik tentang seorang tokoh IT untuk menyelesaikan sebuah buku GMP Guidance. Malu dong ama Rana kecil yang mampu meletakkan komik kesayangannya untuk menyelesaikan sebuah buku pelajaran (undil-2008)


Baca juga:
Yachinta, Meja besar dan Kemampuan Berkonsentrasi

Cerpen Manajemen: Yachinta, Meja Besar dan Kemampuan Berkonsentrasi

Yachinta Sastrasmara keheranan akan dirinya sendiri yang dari tadi pagi pukul tujuh teng hingga saat ini pukul empatbelas siang belum juga menyelesaikan review satu dokumen pun. Ada dua belas dokumen yang harus dia selesaikan minggu ini, dan hingga hari Rabu nan gerah ini belum satu pun terselesaikan. Ada sih kemajuan dari setiap dokumen, namun nggremet alias pelan-pelan tidak kelar-kelar.



Selidik punya selidik Yachinta menemukan jawabannya. Pangkalnya adalah kesukaannya mengobrol dan kemudah-pudaran konsentrasi Yachinta. Untuk yang pertama jangan ditanya. Dari jam tujuh hingga kini tak terhitung topik yang diobrolin dengan Shizuka, teman satu ruangan. Emang siy semenjak kepindahan makhluk satu itu dari ruangan lain, Yachinta seperti gelas mendapat tutupnya.

Obrolannya mendapat “apresiasi” yang sangat memuaskan dari Shizuka, yang berujung pekerjaan yang dikerjakan bareng-bareng di atas meja besar (walau pekerjaannya punya masing-masing personil) berjalan dengan kecepatan satu kilometer per jam alias lebih siput dari siput.

Kalau bukan dari Shizuka godaan ada saja datang dari siapa saja. Meja besar di seberang meja Yachinta itu adalah godaan bagi setiap orang di departemennya untuk bekerja di sana. Terutama buat mereka-mereka yang pekerjaannya melibatkan setumpuk besar dokumen. Meja yang besar berarti ada banyak ruang kosong untuk menjereng dokumen hingga bisa leluasa di baca. Beda bila dikerjakan di meja sendiri nan sempit yang membuat dokumen harus ditumpuk-tumpuk hingga tidak leluasa saat dibaca.

^_^

Silih berganti orang bekerja di meja besar itu benar-benar mengganggu konsentrasi Yachinta. Secara dirinya adalah pelanggan tetap meja itu ostosmatis dirinya tergoda untuk mengobrol dengan siapa saja yang sedang mampir disitu. Ostosmatis pula Yachinta yang belum menguasai seni bekerja sambil mengobrol kehilangan kecepatan kerjanya.

Bukan hanya itu. Saat sedang bekerja di mejanya sendiri-pun, Yachinta suka tergoda untuk menghampiri meja besar bila mendengar obrolan seru yang melibatkan teman-temannya. Apalagi bila Shizuka ada disitu. Wah tambah tergodalah si Yachinta untuk nimbrung. Akibatnya kecepatan kerjanya lagi-lagi berkurang.

Kemudah-buyaran Yachinta benar-benar membuat pusing dirinya sendiri. Disadarinya kemampuan berkonsentrasinya sangat kurang. Ditengah hiruk pikuk departemennya benar-benar sulit bagi dirinya untuk fokus pada pekerjaan. Apalagi bila meja besar sedang dipinjam orang untuk meeting. Diskusi seru saat meeting selalu saja berhasil menarik minatnya -- sehingga teralihlah konsentrasi dari dokumen-dokumen yang sedang dikerjakannya.

Lalu disadarinya sebenarnya dirinya lebih cocok bekerja di tempat sepi. Inilah yang membuat pekerjaannya digarap jauh lebih cepat setelah jam pulang kerja. Pada saat itu sebagian besar teman-temannya sudah pulang dan para tamu dari departemen lain sudah tidak ada. Dalam suasana nir gangguan tersebut otak Yachinta bekerja jauh lebih efisien. Andai saja dia punya lebih banyak waktu sepi, pastilah pekerjaannya cepat beres.

Namun Yachinta juga sadar bahwa impian siang bolong itu sulit terwujud. Suasana sunyi senyap tidak bisa terwujud karena tuntutan pekerjaan. Yach, mau tak mau dirinyalah yang harus menyesuaikan diri. Entah gimana caranya dirinya harus bisa tabah bekerja di meja sendiri, walaupun godaan untuk nimbrung ngobrol di meja besar benar-benar dahsyat. Benar-benar godaan yang amat sangat dahsyat sekali buat orang seperti Yachinta. Andai ada kursus teknik bekerja efektif sambil mengobrol, Yachinta tak akan ragu menyerahkan sepertiga gajinya untuk ikut serta.

Yachinta tahu bahwa dirinya harus belajar mengendalikan diri untuk tidak mengobrol saat pekerjaan masih menumpuk. Dia harus menjauhi meja besar bila ada makhluk-makhluk menarik sedang beraktifitas di meja itu – agar dirinya tidak terseret dalam obrolan yang tidak berujung. Dia harus menutup mata rapat-rapat. Dia harus menahan diri untuk tidak memakan umpan-umpan “lezat” yang dilempar dari meja besar, demi efisiensi waktu kerja.

Hiks! Yachinta baru menyadari kemampuan berkonsentrasi pada pekerjaan di semua kondisi adalah sebuah ketrampilan yang harus diraihnya. Kemampuan berkonsentrasi adalah harta yang tidak ternilai harganya di dunia kerja.

Walaupun begitu Yachinta juga berusaha memaklumi bila dirinya bisa lebih cepat saat bekerja di suasana sepi. Mungkin itu sudah bakatnya. Yang hendak Yachinta kembangkan adalah ketabahan bekerja di “segala cuaca”, sekalipun kecepatan kerjanya tidak akan sehebat di tempat yang sepi gangguan (undil-2008).

Baca juga:
Yachinta, Disiplin Diri dan Kemampuan Berkonsentrasi