Cerita Lucu Basa Jawa: Lomba Nyanyi Bayi Altap vs Pitik Kementhus

Wis sakwetara Altap lan Bunda Majda Yulianingrum nginep ning omahe Eyang ing sasi pasa iki. Pendak sore menawa Bunda Majda Yulianingrum lagi masak ning pawon -- Altap didelehke ning ngarep akuarium air laut ning teras mburi omahe Eyang. Dheweke numpak stroller (kereta bayi) werna biru, lingguh karo ketap-ketip, seneng banget nyawang kincir air sing mubeng ning njero akuarium. Kebon mburi omahe Eyang kuwi jembar banget, berbatasan karo kali cilik sing alirane mbelah kampung kono. Ning kebon akeh kewan-kewan sing saba. Diantarane yaiku pitik, menthok, banyak, kalkun lan kewan-kewan liar sing omahe ning pinggir kali.




















Suwijining ndina, nalika Altap lagi leyeh-leyeh ning stroller biru karo nyawang akuarium -- ujug-ujug mak bedenguk mara pitik jago sing awake cilik lan wulune kuning. Sakjane dheweke isih jagoan, isih anak pitik, durung dadi pitik jago tenanan. Nanging polahe kaya pitik jago sing wis kawakan.

"Yi, bayi jenengku Pitik Kementhus, pitik paling pinter ning kebon kene. Sapa jenengmu yi?. Ngopo pendak ndino kowe leyeh-leyeh ning kene?" pitakone pitik kuwi

"Awawawa wawawaw wawawa. Jenengku Altap, anake Bunda Majda Yulianingrum, puthune Eyang. Aku pendak sore ning kene amarga Bunda Majda Yulianingrum lagi sibuk masak ning pawon" jawabe Altap nanggo bahasa sing miturut Bunda Majda Yulianingrum saukur kaya suara bayi ngoceh sing ora ana maknane. Nanging mbuh piye carane Pitik Kementhus iso ngerti ucapane Altap.

"Woooo ngono tho yi. Tinimbang tenguk-tenguk kaya ngono mbok kowe melu aku golek cacing lan walang, iso dianggo lawuh mangan loh" 

"Awawawawa wawawa wawa. Waduh lah aku iki bayi umur 7 sasi sing durung iso apa-apa je. Lingguh we durung iso, kok malah diajak golek walang sing pinter mlumpat-mlumpat. Yo ora bakal iso nglakoni awakku. Nanging menawa tak sawang-sawang nalika  kowe mangan walang -- sajake pancen rasane enak tenan yah"

Altap durung ngerti menawa menungsa umume ora seneng mangan walang.

"Walah mesakake tenan kowe ki. Wis umur 7 sasi, gedhene sak gajah kok rung iso apa-apa. Kowe mesthi keset banget iki. Ora tau gelem sinau lan ajar ngopo-ngopo. Gaweane turu terus kok kepingin mangan walang -- yo ora bakal iso no!. Lha aku iki umure lagi 5 sasi wis iso apa wae. Iso mabur, iso mlayu, iso golek pangan dhewe, iso basa kewan macem-macem. Klurukku apik banget loh, mengko kowe tak duduhi!"  kandhane Pitik Kementhus rada nyepelekake Altap.

"Wawawawa wawawa wawaaaa. Sapa sing keset? Aku iki menungso dudu pitik. Beda no! Sesuk nek wis umur setahun ya mesthi wis iso mlayu ngoyak-oyak kowe, terus tak cekeli buntutmu ben ora iso lungo-lungo!" jawabe Altap radha nesu amarga dianggep keset karo Pitik Kementhus.

"Wooo yo aja ngono kuwi yi. Aku ojo thok oyak-oyak koyo ngono. Wis ngene wae, saiki awake dhewe lomba tarik suara wae. Aku iso kluruk, kowe rakyo iso nyanyi tho?" celathune Pitik Kementhus rada kuatir bakal dioyak-oyak Altap sing awake gedhi kuwi.

Tujuan Mulia

Sebuah tujuan mulia
menjadikan alasan kuat terlaksananya
mengangkat semuanya  menjadi bermakna
bukan sekedar kesenangan raga yang fana
namun sebuah kehidupan penuh makna
(Undil)

Memberanikan Diri

Selalu ada kesempatan yang siap disesali
selalu ada rasa malu yang tersembunyi
bahkan kegarangan macan pun seakan tak berarti
ketika menyangkut teka teki perasaan sang pujaan hati
namun jika telah rela menerima sebenar-benar diri sendiri
penolakan dan pengabaian tak lagi menciutkan nyali 
(Undil)

Meraih Percaya

Ketika ruangan harum karena bunga melati
tak ada yang peduli bagaimana cara dia mengharumi
semua yakin hadirnya untaian melati akan membuat ruangan berseri
karena percaya bahwa melati nan cantik itu semerbak mewangi
(Undil)

Rahasia Sederhana Cinta

Duhai hati yang membeku
tak perlu ajari aku cara mencairkanmu
petiklah yang memiliki
senyuman secerah matahari
keceriaan remaja mengejar bayang-bayang
yang akan mendegubkan-degubkan semua rasa
membuat kebekuan mencair tanpa sisa
sederhana sekali rahasianya 
(Undil)

Ada di Sekitar Kita

Cahya matahari setiap pagi menjadi saksi,
bahwa sang tambatan hati hinggap di sekitar diri,
di sudut-sudut penuh misteri dari keriuhan sehari-hari,
namun diri perlu memasang mata, telinga dan hati,
agar semua hiruk pikuk itu gak jadi penghalang tuk mengenali
(Undil)

Dongeng Sang Kancil, Dua Bayi, dan Nemo yang Terjebak

Sepulang dari pasar untuk berbelanja kebutuhan bahan makanan buka puasa dan sahur, Bunda Ahza ternyata bukan saja menenteng barang belanjaan kebutuhan dapur, tetapi juga membawa plastik berisi dua ekor ikan Badut -- sama dengan ikan pada film Finding Nemo. Ikan tersebut untuk mengisi akuarium air laut milik kakek Altap yang diletakkan di teras belakang. 

Dua ekor ikan badut itu dengan cepat beradaptasi dan dengan lincah berenang ke sana kemari menjelajahi sudut-sudut akuarium. Malang tidak dapat ditolak -- saat seekor Nemo yang lebih kecil sedang menyusuri permukaan air akuarium -- karena volume air terlalu banyak --  ikan tersebut terjatuh ke dalam kotak saringan filter yang ada di sisi belakang akuarium.

Ahza dan Altap -- dua bayi umur sekitar tujuh bulan yang sedang berkunjung ke rumah kakek mereka itu -- hampir bersamaan berteriak melihat si Nemo yang kecil terjatuh ke sisi belakang akuarium. Akuarium milik Kakek Altap memang terdiri atas dua sisi. Bagian depan yang luas untuk tempat ikan berenang-renang, dan sisi belakang yang sempit untuk tempat meletakkan filter pembersih air. 

Kini Nemo terperangkap di dalam sisi sempit -- tanpa diketahui seorang dewasa-pun. Sedangkan bahasa Altap dan Ahza belum dimengerti oleh orang dewasa, termasuk bundanya. Jadi teriakan-teriakan dan tangan-tangan mereka yang menunjuk-nunjuk ke arah akuarium sama sekali tidak dimengerti oleh bunda mereka.

Bahkan bunda-bunda mereka buru-buru datang dari dapur sambil membawa botol susu -- karena mengira Ahza dan Altap menangis karena kehausan. Padahal dua bayi itu sedang berusaha memberi tahu bahwa salah satu Nemo jatuh ke sisi belakang akuarium. Terpaksalah mereka minum dari botol dot yang disodorkan, sambil berusaha mencari jalan untuk memberitahu bundanya.

"Wa wa wa waaaaaa aaaaa. Aduh aku harus minum susu lagi gara-gara Bunda Majda Yulianingrum gak mengerti maksudku" keluh Altap kepada Ahza. Tentu dengan bahasa yang bagi orangtua mereka dianggap sekedar ocehan-ocehan bayi yang tidak ada maknanya.

Dongeng Kancil, Bayi Altap dan Mara Bahaya yang Mengintai

Sore itu Sang Kancil kembali menyambangi bayi Altap yang sedang duduk di atas stroller birunya menghadap akuarium air laut di teras belakang rumah Kakek -- sementara bundanya sibuk memasak di dapur. Si Kancil mendekati bayi umur 7 bulan itu, lalu berkata sesuatu yang lain dari biasanya.

"Altap, lihatlah di atas itu" kata Kancil sambil menunjuk bentangan kabel yang melintas di atas mereka. 

Altap melihat bentangan kabel itu dengan seksama. Semrawut -- begitu komentar Altap dalam hati. Beberapa helai kabel ditarik dari tempat dipasangnya kincir air diperbatasan kebun belakang rumah Kakek, menuju rumah Kakek dan Langgar di samping rumah Kakek. Kabel-kabel itu ditopang oleh tiang-tiang dari bambu, dan nampak percabangan tidak teratur ada di sekitar rumah Kakek. Semrawut. Tidak rapi. Kesan itulah yang muncul dari kabel-kabel itu.

"Kabelnya gak teratur yah? Semrawut banget yah?. Tapi bukan itu yang ingin kubicarakan. Lihatlah dahan pohon mangga yang patah itu. Jika ada angin sedikit besar, dahan itu akan jatuh menimpa kabel-kabel listrik dan akan membuat aliran listrik ke rumah menjadi padam" urai Sang Kancil.

"Awww awwww.... wa-wa-wa-wa-wa. Kamu benar Kancil, dahan itu akan membahayakan. Bagaimana caranya supaya kita terhindar dari bahaya?" tanya Altap, tentu saja dengan bahasa yang bagi Bunda Majda hanyalah teriakan-teriakan bayi yang tidak ada maknanya, lain halnya dengan Sang Kancil, dia dengan mudah bisa memahami bahasa Altap.

Dongeng Sang Kancil, Bayi Altap, dan Kucing Persia yang tersesat

Suatu sore tatkala bayi Altap sedang berada di depan akuarium di teras belakang rumah Kakeknya, sembari berbaring di atas stroller menikmati pemandangan akuarium air laut sambil mendengarkan cerita Sang Kancil yang sengaja bertandang untuk mendongeng -- tiba-tiba terdengar suara meong-meong yang melengking tinggi. 

Tak berapa lama kemudian muncul seekor anak kucing, bermuka bulat, bermoncong mungil, berbulu lebat warna putih dengan sedikit kelabu di kepalanya, dan bulunya panjang-panjang yang membuat ukuran tubuhnya terlihat lebih besar -- khas kucing persia. 



  

















Anak kucing itu melompat ke stroller Altap lalu mengeong-ngeong di antara kaki Altap. Si bayi umur 7 bulan berteriak-teriak kegirangan melihat anak kucing itu berada di strollernya. Tangannya dimajukan seolah-oleh ingin meraih kepala si kucing mungil.

Sang Kancil segera mengenali bahwa kucing persia kecil ini bukanlah berasal dari wilayah sekitar rumah kakek Altap. Pastilah dia kucing yang tersesat -- entah karena jatuh dari mobil atau kucing yang dibawa tamu dari luar kota yang tidak tahu jalan kembali. Pada mulanya Kancil tidak mengerti kata-kata kucing kecil. Namun perlahan-lahan Sang Kancil mulai dapat mengenali bahasa anak kucing yang masih terbalik-balik urutan katanya  ini. Kayaknya dia belum lama belajar bicara -- sehingga urutan kata dalam kalimat masih terbalik-balik posisinya.

"Tersesat tolonglah aku. Pergi dari tadi pagi rumah lupa pulang ke jalan". kata anak kucing terbata-bata dengan kalimat yang simpang siur tak karuan.

"Namamu siapa?. tanya Kancil yang bingung dengan susunan kata kucing kecil.

Kucing kecil itu nampak menggelengkan kepala tanda tidak mengerti kata-kata Kancil.

"Na-ma ka-mu si-a-pa?" ulang Sang Kancil dengan kata-kata yang dieja dengan perlahan.

Si Kucing kecil mendongakkan kepalanya yang imut sambil bergumam tidak jelas.

Akhirnya Sang Kancil menunjuk dirinya lalu berkata

"Namaku Kancil".

"Nama dia Altap" lanjutnya sambil menunjuk Altap, lalu tangannya menunjuk ke arah kucing kecil.

"Na-ma-ku Fe-lix" jawab kucing kecil itu. Rupanya dia mengerti maksud Sang Kancil.

Altap berteriak kegirangan tatkala mendengar kucing kecil bisa menjawab pertanyaan Kancil -- sampai-sampai si Felix meringkuk ketakutan saking kagetnya oleh teriakan Altap. Sang Kancil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Altap yang bikin kaget itu.

Dongeng Kancil dan kata pertama bayi Altap

Adalah Sang Kancil yang telah menunjukkan kepada Altap bahwa di balik gerumbul-gerumbul bambu yang memagari kebun Kakeknya terdapat kincir air yang diputar oleh aliran sungai kecil dan digunakan untuk membangkitkan listrik di rumah Kakek dan Langgar samping rumah Kakek. Altap -- Si bayi umur 7 bulan senang sekali tatkala dirinya berhasil membuat Kakek mau membawa strollernya saat memeriksa kincir air. Selama seminggu bulan puasa ini hampir setiap hari Altap diajak Kakek melihat kincir air di kebun belakang. Namun kemudian Sang Kakek bepergian keluar kota untuk sebuah keperluan bersama jamaah pengajian di Langgar -- membuat kebiasaan melihat kincir air berhenti.

Pagi itu Altap sedang menemani Bundanya menjemur pakaian di kebun belakang rumah Kakek -- tentu di atas singgasana stroller birunya. Bunda Majda sedang asyik menjemur baju-baju Altap yang baru saja dicuci, Baju yang dicuci itu adalah baju-baju yang rusak yang baru saja dijahit dan dipasang kembali kancing-kancing bajunya yang lepas. Katanya sayang jika baju tersebut dibuang, karena baju bayi sekarang mahal harganya.  

Tak jauh dari tempat Bunda menjemur pakaian -- duduk Ahza -- sepupu Altap yang umurnya tidak terpaut jauh darinya. Ahza sedang disuapi oleh bundanya sambil menonton akuarium air laut di teras belakang rumah. Diatas stroller merahnya Ahza tampak kegirangan melihat akuarium air laut yang meriah oleh ikan yang bersliweran dan warna-warni aksesories di dalamnya.
 
Seperti halnya Altap -- Ahza tampak sangat senang dengan kincir di dalam akuarium. Tangannya tak henti-hentinya menunjuk-nunjuk kincir di dalam akuarium sambil berteriak kegirangan. Hal itu membuat Altap ingin mengajaknya untuk melihat Kincir air raksasa di belakang kebun Kakek. Namun saat ini Kakek sedang bepergian -- jadi tak ada seorang pun yang akan paham dengan keinginannya. Pada saat Altap sedang kebingungan, muncullah Sang Kancil dari kebun belakang. Dengan mengendap-endap Sang Kancil mendekati Altap sambil bersembunyi di balik gerumbul tanaman pandan wangi yang berada di dekat tempat menjemur pakaian.

"Hai Altap bagaimana kabarmu?" tanya Kancil pada Altap

"Hai Kancil, aku sehat dan senang dikasih makan tepat waktu terus oleh Bunda. Namun kini aku gak pernah lihat kincir air raksasa lagi karena Kakek sedang bepergian ke kota lain" jawab Altap, tentu saja dengan bahasa yang mirip gumaman-gumaman tidak jelas menurut Bunda Majda, namun dapat dimengerti oleh Sang Kancil yang cerdas.

"Wah sayang sekali. Tapi kamu sabar saja menunggu Kakek pulang dari bepergian -- nanti pasti diajak lagi melihat kincir air" kata Kancil

"Wah, padahal aku ingin mengajak Ahza melihat kincir air. Aku khawatir saat Kakek pulang nanti Ahza keburu diajak pulang ke rumahnya oleh orang tuanya. Kemarin aku dengar Bunda Ahza sering menerima SMS dari pelanggan warung baksonya yang ingin segera dibuka lagi karena sudah kengen ingin makan bakso malang khas buatan Bunda Ahza". kata Altap kepada Kancil.

"Ooo gitu yah. Begini saja, kamu saya ajarkan untuk bicara satu suku kata dalam bahasa manusia dewasa, yaitu KINCIR. Nanti setelah bisa, kamu harus bilang "KINCIR" sambil tanganmu menunjuk-nunjuk ke arah kincir air di belakang gerumbul-gerumbul bambu" kata Sang Kancil.

Dongeng Sang Kancil dan Bayi Imut

Pada suatu sore -- Altap -- si bayi imut umur 7 bulan sedang duduk-duduk di singgasananya, sebuah stroller bayi warna biru yang dilengkapi dengan tempat duduk yang bisa diangkat dan dipindahkan keluar stroller. Altap duduk di singgasananya di teras belakang rumah Kakek -- menghadap akuarium air laut yang terpasang rapi di teras yang diperlebar hingga beberapa meter itu. 

Mata Altap mengawasi pergerakan benda-benda yang berada di dalam akuarium, terutama pergerakan kincir yang berputar kencang karena terpaan gelembung-gelembung udara dari pompa udara. Saat itulah tiba-tiba Sang Kancil muncul dari kebun -- dan langsung menghampiri Altap.

"Woooii bayi siapa namamu" tanya Sang Kancil

"Namaku Altap, anak Bunda Majda. Aku sendirian di sini, karena Bundaku sedang memasak sayur untuk buka puasa" jawab Altap, tentu saja dengan bahasa yang bagi manusia hanya seperti gumaman-gumaman tidak jelas dari bayi yang belum bisa bicara -- yang untungnya dimengerti oleh Sang Kancil yang cerdik.

"Namaku Kancil. Aku tinggal di sebuah gua di pinggir sungai, dan suka sekali main ke kebun Kakekmu yang luas ini karena Kakekmu tak pernah mengusik aku. Kamu suka ikan yak? Kok dari tadi ngliatin ikan terus" lanjut Sang Kancil

"Ah gak juga Kancil. Aku lebih suka makhluk yang berputar-putar kencang itu" jawab Altap

"Wooo itu namanya kincir, dia digerakkan oleh gelembung-gelembung udara" jawab Kancil

"Bagus banget yak!. Kincir itu berputar kencang sekali sampai-sampai warna aslinya menjadi kabur. Andai ukurannya sedikit lebih besar tentu lebih bagus" kata Altap

"Aha! Kamu suka kincir yang lebih besar yah! Klo kamu mau aku bisa tunjukkan kincir yang ukurannya jauh lebih besar. Kincir yang dipakai untuk membangkitkan listrik di rumahmu dan Langgar samping rumahmu itu" kata Sang Kancil

"Aaaaaaa..... aku pengen banget! Tunjukkan, tunjukkan padaku di mana tempatnya kincir besar itu" kata Altap dengan antusias walaupun dia tidak tahu apa itu listrik, dan apa hubungannya dengan kincir air -- bagi dia itu tidak penting.

"Gak jauh kok. Itu dibalik rumpun bambu di kebun belakang itu" kata Kancil sambil menunjuk deretan rumpun bambu yang membatasi kebun belakang rumah Kakek Altap dengan sungai kecil yang mengalir di belakang kebun.

"Tunggu sebentar kamu sembunyi dulu. Sebentar lagi Bunda akan mengecek aku, setelah itu dia akan kembali sibuk dengan masakan-masakannya karena hari ini ada acara buka bersama di Langgar. Setelah itu kamu bisa berbuat baik dengan mendorong strollerku ke sana" kata Altap menyodorkan satu rencana.

"Aku rasa tidak perlu aku yang membawa. Bisa bahaya nanti kalo strollermu tergelincir. Setiap sore Kakekmu menengok kincir air untuk mengecek apakah bekerja dengan baik atau tidak. Kadang-kadang Kakek membersihkan daun-daun yang mengotori kincir air supaya tidak macet. Labih baik kamu bersama Kakek. Nanti kalo Kakek keluar rumah, angkat tanganmu sambil teriak-teriak biar diajak" nasehat Kancil pada Altap.