Dongeng Kancil dan kata pertama bayi Altap

Adalah Sang Kancil yang telah menunjukkan kepada Altap bahwa di balik gerumbul-gerumbul bambu yang memagari kebun Kakeknya terdapat kincir air yang diputar oleh aliran sungai kecil dan digunakan untuk membangkitkan listrik di rumah Kakek dan Langgar samping rumah Kakek. Altap -- Si bayi umur 7 bulan senang sekali tatkala dirinya berhasil membuat Kakek mau membawa strollernya saat memeriksa kincir air. Selama seminggu bulan puasa ini hampir setiap hari Altap diajak Kakek melihat kincir air di kebun belakang. Namun kemudian Sang Kakek bepergian keluar kota untuk sebuah keperluan bersama jamaah pengajian di Langgar -- membuat kebiasaan melihat kincir air berhenti.

Pagi itu Altap sedang menemani Bundanya menjemur pakaian di kebun belakang rumah Kakek -- tentu di atas singgasana stroller birunya. Bunda Majda sedang asyik menjemur baju-baju Altap yang baru saja dicuci, Baju yang dicuci itu adalah baju-baju yang rusak yang baru saja dijahit dan dipasang kembali kancing-kancing bajunya yang lepas. Katanya sayang jika baju tersebut dibuang, karena baju bayi sekarang mahal harganya.  

Tak jauh dari tempat Bunda menjemur pakaian -- duduk Ahza -- sepupu Altap yang umurnya tidak terpaut jauh darinya. Ahza sedang disuapi oleh bundanya sambil menonton akuarium air laut di teras belakang rumah. Diatas stroller merahnya Ahza tampak kegirangan melihat akuarium air laut yang meriah oleh ikan yang bersliweran dan warna-warni aksesories di dalamnya.
 
Seperti halnya Altap -- Ahza tampak sangat senang dengan kincir di dalam akuarium. Tangannya tak henti-hentinya menunjuk-nunjuk kincir di dalam akuarium sambil berteriak kegirangan. Hal itu membuat Altap ingin mengajaknya untuk melihat Kincir air raksasa di belakang kebun Kakek. Namun saat ini Kakek sedang bepergian -- jadi tak ada seorang pun yang akan paham dengan keinginannya. Pada saat Altap sedang kebingungan, muncullah Sang Kancil dari kebun belakang. Dengan mengendap-endap Sang Kancil mendekati Altap sambil bersembunyi di balik gerumbul tanaman pandan wangi yang berada di dekat tempat menjemur pakaian.

"Hai Altap bagaimana kabarmu?" tanya Kancil pada Altap

"Hai Kancil, aku sehat dan senang dikasih makan tepat waktu terus oleh Bunda. Namun kini aku gak pernah lihat kincir air raksasa lagi karena Kakek sedang bepergian ke kota lain" jawab Altap, tentu saja dengan bahasa yang mirip gumaman-gumaman tidak jelas menurut Bunda Majda, namun dapat dimengerti oleh Sang Kancil yang cerdas.

"Wah sayang sekali. Tapi kamu sabar saja menunggu Kakek pulang dari bepergian -- nanti pasti diajak lagi melihat kincir air" kata Kancil

"Wah, padahal aku ingin mengajak Ahza melihat kincir air. Aku khawatir saat Kakek pulang nanti Ahza keburu diajak pulang ke rumahnya oleh orang tuanya. Kemarin aku dengar Bunda Ahza sering menerima SMS dari pelanggan warung baksonya yang ingin segera dibuka lagi karena sudah kengen ingin makan bakso malang khas buatan Bunda Ahza". kata Altap kepada Kancil.

"Ooo gitu yah. Begini saja, kamu saya ajarkan untuk bicara satu suku kata dalam bahasa manusia dewasa, yaitu KINCIR. Nanti setelah bisa, kamu harus bilang "KINCIR" sambil tanganmu menunjuk-nunjuk ke arah kincir air di belakang gerumbul-gerumbul bambu" kata Sang Kancil.

Maka sejak hari itu diam-diam Sang Kancil mengajarkan kepada Altap bicara dalam bahasa manusia dewasa. Kebetulan setiap sore, saat Bunda Majda sedang memasak untuk buka puasa, Altap selalu di taruh di teras belakang di depan akuarium. Jadi Sang Kancil dengan leluasa dapat mengajar Altap bicara. Hari pertama Altap sama sekali belum bisa menirukan kata-kata Sang Kancil. Hari kedua dia sudah bisa bicara i-i. Hari ketiga Altap sudah bisa bilang CI. Hari keempat dia sudah bisa bilang CIR. Hari kelima Altap mampu mengucapkan NCIR. Hari keenam dia sudah bisa bilang K-NCIR. Pada hari ketujuh Altap sudah bisa bilang KINCIR.

^_^

Pagi itu saat Bunda Majda sedang menyuapi Altap, bersama Bunda Ahza yang menyuapi Ahza di depan akuarium air laut di teras belakang -- mereka berdua terkaget-kaget dengan sebuah kata yang muncul dari mulut Altap. Tiba-tiba saja Altap bisa mengucapkan sebuah kata yang sama sekali tidak diduga. Kata pertama bayi Altap bukannya AYAH, BUNDA, atau MAMAM -- tapi malahan KINCIR sambil tangannya menunjuk-nunjuk ke arah kincir air yang tersembuyi di balik gerumbul-gerumbul bambu di perbatasan kebun belakang. Bunda Altap dan Bunda Ahza berpandang-pandangan kemudian tertawa bersama-sama. Mereka terheran-heran darimana Altap belajar kata kincir yang belum pernah mereka ajarkan. Bunda Altap sampai beteriak-teriak memanggil Nenek untuk menunjukkan bahwa Altap sudah mengucapkan kata pertamanya.

Sang Kancil senang tatkala dirinya melihat Bunda Altap dan Bunda Ahza mendorong stroller Altap dan Ahza menuju kincir air di belakang kebun Kakek. Cita-cita Altap untuk mengajak Ahza melihat kincir air terpenuhi. Bukan hanya itu -- Altap juga sudah bisa mengucapkan kata pertamanya. Mungkin tak lama lagi dia akan bicara kata kedua, ketiga dan seterusnya. Siapa tahu kata keduanya bukan BUNDA atau AYAH tapi malahan KANCIL. Sang Kancil tertawa dalam hati membayangkan kemungkinan tersebut (Undil -2015).        


0 komentar:

Post a Comment