Dongeng Sang Kancil, Dua Bayi, dan Nemo yang Terjebak

Sepulang dari pasar untuk berbelanja kebutuhan bahan makanan buka puasa dan sahur, Bunda Ahza ternyata bukan saja menenteng barang belanjaan kebutuhan dapur, tetapi juga membawa plastik berisi dua ekor ikan Badut -- sama dengan ikan pada film Finding Nemo. Ikan tersebut untuk mengisi akuarium air laut milik kakek Altap yang diletakkan di teras belakang. 

Dua ekor ikan badut itu dengan cepat beradaptasi dan dengan lincah berenang ke sana kemari menjelajahi sudut-sudut akuarium. Malang tidak dapat ditolak -- saat seekor Nemo yang lebih kecil sedang menyusuri permukaan air akuarium -- karena volume air terlalu banyak --  ikan tersebut terjatuh ke dalam kotak saringan filter yang ada di sisi belakang akuarium.

Ahza dan Altap -- dua bayi umur sekitar tujuh bulan yang sedang berkunjung ke rumah kakek mereka itu -- hampir bersamaan berteriak melihat si Nemo yang kecil terjatuh ke sisi belakang akuarium. Akuarium milik Kakek Altap memang terdiri atas dua sisi. Bagian depan yang luas untuk tempat ikan berenang-renang, dan sisi belakang yang sempit untuk tempat meletakkan filter pembersih air. 

Kini Nemo terperangkap di dalam sisi sempit -- tanpa diketahui seorang dewasa-pun. Sedangkan bahasa Altap dan Ahza belum dimengerti oleh orang dewasa, termasuk bundanya. Jadi teriakan-teriakan dan tangan-tangan mereka yang menunjuk-nunjuk ke arah akuarium sama sekali tidak dimengerti oleh bunda mereka.

Bahkan bunda-bunda mereka buru-buru datang dari dapur sambil membawa botol susu -- karena mengira Ahza dan Altap menangis karena kehausan. Padahal dua bayi itu sedang berusaha memberi tahu bahwa salah satu Nemo jatuh ke sisi belakang akuarium. Terpaksalah mereka minum dari botol dot yang disodorkan, sambil berusaha mencari jalan untuk memberitahu bundanya.

"Wa wa wa waaaaaa aaaaa. Aduh aku harus minum susu lagi gara-gara Bunda Majda Yulianingrum gak mengerti maksudku" keluh Altap kepada Ahza. Tentu dengan bahasa yang bagi orangtua mereka dianggap sekedar ocehan-ocehan bayi yang tidak ada maknanya.

"Haaaaaaa haaaaa haaa awawawa. Kalo aku kebetulan lagi haus. Jadi senang banget bisa minum. Namun kita masih harus berpikir keras Altap, agar menemukan cara memberitahu Bunda tentang si Nemo yang masuk ke saringan" jawab Ahza.

Sejenak kemudian setelah Altap dan Ahza tenang, tidak lagi berteriak-teriak, Bunda Majda Yulianingrum dan Bunda Ahza kembali masuk ke dapur untuk melanjutkan aktivitas di dapur. Hari ini mereka tidak sibuk memasak, tetapi larut dalam aktivitas membersihkan dapur. Mulai dari menggosok wastafel tempat cuci piring, membersihkan lantai dari bekas-bekas makanan jatuh yang telah kering, hingga memilah-milah isi kulkas yang masih bisa dimakan dan yang perlu dibuang. Sementara Altap dan Ahza ditinggalkan berdua di depan akuarium.

Untunglah di saat Altap dan Ahza sibuk mencari jalan keluar -- muncul Sang Kancil dari kebun belakang dan langsung menyambangi mereka. Teras belakang rumah Kakek berbatasan dengan kebun yang luas yang dipagari oleh rumpun-rumpun bambu yang rindang. Sebuah sungai kecil mengalir di sisi luar, di balik rimbunnya pohon bambu. Di sepanjang kiri dan kanan sungai kecil yang membelah kampung itu terdapat gundukan tanah, semak-semak, gua-gua kecil, dan pepohonan yang menjadi tempat tinggal hewan-hewan liar. Sang Kancil termasuk diantaranya. Dia tinggal di sebuah gua tersembunyi yang tertutup oleh rumpun tanaman bakung.  

"Hai sobat-sobatku, ada apa kok nampak sedang galau? Emang ada masalah yang harus diselesaikan?" tanya Kancil

"Waaaaa wawawa wawa wa.... kebetulan Sang Kancil datang nih. Kami perlu nasehatmu Kancil" kata Altap antusias. Kancil yang cerdik dan berpengalaman luas dapat memahami bahasa Altap yang bagi bundanya dianggap teriakan-teriakan tanpa makna -- tanpa susunan kalimat yang bisa dipahami.

"Haaaaa haaaaaa haaa awawawa.... Betul-betul-betul Sang Kancil. Ada masalah besar nih. Ikan Nemo yang baru dibeli Bunda terjatuh ke bagian belakang akuarium. Kasihan dia terjebak di tempat sempit" lanjut Ahza.

"Wawawa wawa waaaaa. Benar Sang Kancil, kasihan Nemo sendirian di sana. Pasti dia menangis kesepian. Tolonglah pikirkan cara untuk membuat dia kembali ke bagian depan akuarium" kata Altap

Sang Kancil berjalan menuju bagian belakang akuarium, dan seperti kata dua bayi itu, dia melihat seekor ikan badut sedang berenang kesana-kemari kebingungan di genangan air yang dangkal di atas tumpukan filter akuarium. Sejenak dia berdiam diri untuk berpikir. Beberapa saat kemudian Kancil tersenyum pertanda telah menemukan jalan keluar untuk memberitahu keberadaan Nemo pada Bunda para bayi itu.

"Hai Ahza. Aku akan menginjak saklar pompa penyaring dan aerator supaya mati. Nanti Ahza tunjuk-tunjuk bagian samping akuarium yah, supaya bundamu membawamu ke sana. Setelah sampai di samping akuarium, tepuk-tepuklah bagian belakang akuarium supaya  bundamu memeriksanya. Kalo dia teliti, pasti dia akan menemukan Nemo. Dalam kondisi pompa mati, keberadaan Nemo akan lebih mudah terlihat" kata Kancil. 

"Sementara Altap tunjuk-tunjuklah kincir air dalam akuarium dengan tanganmu sambil teriak-teriak. Pasti bunda Majda Yulianingrum sadar kalo kincirnya tidak berputar karena aerator mati, dan dia akan memeriksa kondisi akuarium" lanjut Sang Kancil. Kedua bayi tersebut tiba-tiba mukanya menjadi cerah mendengar usulan Sang Kancil yang bijak itu.

^_^

Teriakan Ahza dan Altap dengan cepat mengundang kehadiran Bunda Ahza dan Bunda Majda Yulianingrum. Juga tatkala Ahza menunjuk bagian samping akuarium, Bunda Ahza dengan senang hati membawanya ke sana. Ketika Ahza menepuk-nepuk dinding sisi belakang akuarium, Bunda Ahza melihat dinding belakang akuarium, dan mendapati ada seekor ikan Nemo yang terjebak di atas saringan air. 

Sementara Altap sengaja berdiam diri sambil menikmati susu yang disodorkan  bunda Majda Yulianingrum. Rupanya dia yakin, dengan tindakan Ahza saja sudah cukup untuk memberitahukan keberadaan Nemo yang terjebak. Bunda Ahza pasti juga tahu kalo aliran listrik ke akuarium mati dan perlu dihidupkan. Jadi dirinya tidak perlu berteriak-teriak sambil menunjuk-nunjuk kincir air dalam akuarium. Malu rasanya mengulang lagi reaksi yang pernah dia tunjukkan waktu pertamakali melihat kincir air dalam akuarium. 

Setelah menemukan Nemo terjebak di sisi belakang akuarium, Bunda Ahza mengambilnya dengan jaring kecil, dan mengembalikannya ke sisi depan akuarium. Kemudian Bunda Ahza mengurangi volume air akuarium untuk mencegah ada ikan yang terjatuh ke sisi belakang. Setelah itu dia menghidupkan kembali saklar pompa air dan aerator. Akuarium kembali berjalan normal seperti sediakala, dan Nemo kecil kembali berenang-renang lincah menjelajahi akuarium seolah tak pernah mengalami masalah besar. Sementara Sang Kancil tersenyum senang melihat kekompakan Ahza dan Altap (Undil-2015).

0 komentar:

Post a Comment