Puisi Tahun Baru buat Sahabat

Lembaran baru
bukan untuk dirayakan
atau saling beri ucapan
tapi untuk diresapi
semua yang telah terjadi.
Persahabatan kita
membuat kita saling tahu
kata-kata yang paling menyakitkan
perlakuan yang paling mengecewakan
yang bisa saling kita pertukarkan
Tapi kita sahabat sejati duniashinichi
menahan diri dari semua itu
senyumanmu luruhkan ganjalan hati
karena kita saling memahami
yah, kita telah saling mengerti
undil-2012

Puisi Ulang Tahun Sahabat: Belajar Saling Membahagiakan

Kini aku mengerti
perselisihan yang berulangkali
bukan karena kita saling benci
atau pentingkan diri sendiri
tapi karena aku tidak mengenali
hal-hal yang membuatmu bahagiya
duniashinichi.blogspot.com
Sahabat, di hari ulang tahunmu ini
bukalah mata, telinga dan hati  
marilah kita mulai
sediakan waktu untuk pelajari
racikan perilaku sehari-hari
yang paling sempurna
untuk menumbuhkan kebahagiyaan
di antara kita
(undil-2012)
Undil-2012)

Arya Penangsang dan Gerombolan Penyamun Alas Roban

Raden Purwa bersama dua pengawalnya sudah setengah hari menempuh perjalanan pulang dari serangkaian pertemuan dengan para diplomat dan saudagar Kesultanan Demak Bintoro di kota-kota pelabuhan Jepara, Bergotta, Tegal, Pekalongan dan berakhir di Kota Cirebon, kala kudanya tiba-tiba berhenti karena ada belasan orang menghadang di tengah jalan. Raden Purwa kaget dan berusaha keras menenangkan kudanya yang tiba-tiba melonjak-lonjak ingin menjauh dari orang-orang itu. Dua pengawalnya telah menghunus pedang mereka dan siap menghadapi segala kemungkinan.













 
Sesosok tubuh tinggi besar bertelanjang dada, bercelana hitam dengan penampilan garang bercambang awut-awutan nampak berdiri paling depan sambil membawa pedang.  Dari penampilan gerombolan yang ada di belakangnya tahulah Raden Purwo, pastilah mereka gerombolan penyamun pimpinan Codot yang sudah terkenal suka membuat keonaran di Alas Roban. 

Dihitungnya ada empat belas orang yang menghadangnya. Karena dirinya hanya bertiga maka masing-masing akan menghadapi empat sampai lima orang. Bukan masalah besar bagi dirinya, namun para pengawalnya nampaknya akan mengalami kesulitan. Namun Raden Purwa berharap bahwa setelah bertempur beberapa lama akan muncul rombongan saudagar yang pulang dari pertemuan di Cirebon akan membantunya.

Tanpa banyak basa-basi para penyamun itu langsung menyerang Raden Purwa. Bangsawan muda itu dengan gesit meloncat turun dari kudanya sambil memegang tombaknya. Dalam tempo singkat telah terjadilah perkelahian seru diantara mereka. Raden Purwa dikeroyok oleh enam orang termasuk pemimpin penyamun. Sementara dua pengawalnya masing-masing bertempur melawan empat orang. Tidak banyak kesulitan yang dihadapi Raden Purwa dengan tombak panjang ditangannya dia mampu membuat para anak buah perampok putus asa karena tak sanggup mendekati tubuhnya. Sekalipun demikian kepala perampok yang sangat mahir memainkan pedang itu telah beberapakali melukai tubuh Raden Purwa. Keadaan dua pengawalnya lebih parah lagi, mereka terdesak hebat oleh para pengeroyoknya.

^_^

Untunglah di saat-saat genting itu muncul dua orang penunggang kuda di belakang mereka. Seorang pemuda tampan berusia sekitar dua belas tahun menunggang kuda warna hitam dan seorang lagi laki-laki berusia tigapuluhan tahun menunggang kuda warna coklat mengiringi di belakangnya. Ketika sudah dekat dengan arena pertempuran, tiba-tiba saja terdengar teriakan si anak muda.

“Berhenti!!. Hentikan perkelahian kalian!!”

Para penyamun tampak kaget dengan teriakan lantang itu dan melompat menjauhi  Raden Purwa beserta para pengawalnya yang sudah nampak keletihan. Si Ketua Penyamun nampak sangat marah pada perbuatan si anak muda:

“Hai kalian siapa? Berani-beraninya mengganggu Ki Codot Geni,  Si Penguasa Alas Roban!”

Si anak muda tampak tersenyum mendengar kata-kata Ki Codot Geni. Justru orang di sampingnya yang memperkenalkan si anak muda.

“Anak muda ini adalah Arya Penangsang!. Hamba Allah, Pemimpin para Ksatria Jipang. Musuh besar orang-orang Portugis dan Spanyol di lautan!. Pengikut setia para ulama dan tidak pernah ragu membela keadilan & kebenaran!”

Tubuh Raden Purwa tergetar hebat karena sangat terkejut. Rupanya anak muda ini adalah Pangeran muda dari Demak Bintoro yang sangat tersohor kepiawaiannya dalam strategi perang di lautan melawan para penjajah dari Eropa. Umurnya yang baru dua belas tahun membuatnya menjadi calon pemimpin masa depan yang dapat diandalkan Kesultanan Demak Bintoro untuk menjaga lautan Nusantara dari para penjelajah Eropa. Meriam-meriam Ksatria Jipang sangat ditakuti oleh para pelaut Portugis.

Nampak senapan tergantung di punggung anak muda itu, dan sebuah pedang berjuntai di pinggangnya. Kuda berwarna hitam itu pastilah Si Gagak Rimang yang tersohor ketrampilannya di medan tempur. Kemudian ingatannya melayang pada pertemuan yang diikutinya.

Raden Purwa baru ingat bahwa Pangeran ini adalah salah seorang barisan intelektual yang memperingatkan bahaya bagi perekonomian kerajaan-kerajaan di  Nusantara bila sampai terjadi monopoli dagang oleh orang-orang Eropa. Murid andalan Sunan Kudus ini menyerukan pada peserta pertemuan untuk lebih banyak membeli kapal-kapal dagang untuk mengimbangi agresivitas para pedagang dari Eropa. Dia juga sedang mengusahakan hubungan militer yang lebih dekat dengan Ottoman Empire untuk mendapatkan bantuan persenjataan berat berupa meriam-meriam dengan teknologi terbaru guna memperkuat benteng-benteng pertahanan dan kapal-kapal perang Demak Bintoro. 

Kebalikan dengan Raden Purwa yang dengan cepat mengenali ksatria muda belia itu, Ki Codot yang biasa hidup terisolir di hutan-hutan itu tidak pernah mendengar kebesaran nama Arya Penangsang sehingga diam tak bereaksi atas kata-kata yang didengarnya.

Namun seorang  anak buahnya yang nampak berpenampilan sedikit lebih rapi membisikkan sesuatu di telinganya. Sesaat kemudian tampak wajah Codot tegang, namun kemudian dia beberapa kali menelan ludah sambil berusaha untuk tampak tenang. Didorongnya anak buah yang baru saja membisikinya agar menjauh. Rupanya dia tak ingin anak buahnya yang lain terpengaruh akan kebesaran nama Arya Penangsang.

“Kanjeng Pangeran Arya Penangsang! Kata temanku ini kapal-kapal Jung Tuan sanggup menenggelamkan kapal-kapal perang Portugis yang dikenal sangat tangguh. Itu artinya Tuan adalah salah seorang panglima perang paling gagah perkasa di Nusantara! Tapi bagiku keperkasaan Kanjeng Pangeran hanya di lautan. Di Alas Roban ini Tuan harus tunduk pada perintah Ki Codot Geni!”

Berbeda dengan Ki Codot yang berusaha keras agar nampak tenang, para anak buahnya ternyata telah menjadi gelisah. Beberapa orang pengikutnya pernah mendengar nama Pangeran Muda yang kapal-kapal perangnya dikenal memiliki kemampuan memuntahkan bola-bola api untuk menenggelamkan kapal musuh. Mereka sangat takut para Ksatria Jipang akan datang membawa bola-bola api untuk memusnahkan gerombolan penyamun Alas Roban. Sementara Ki Codot yang melihat anak buahnya mulai ketakutan, memutuskan untuk secepatnya membereskan anak muda itu dengan pedangnya.

Melihat Codot mendekati dirinya dengan pedang terhunus, Arya Penangsang dengan sigap meraih senapan di punggungnya bersiap menghadapi Ketua Penyamun. Sejenak kemudian dia membidik sambil berteriak menyuruh Ki Codot untuk menghentikan langkahnya.  Namun Ki Codot justru berlari mendekati kuda Arya Penangsang sambil mengayun-ayunkan pedangnya. Gagak Rimang nampak gelisah siap menendang Ki Codot dengan kaki depannya, namun Arya Penangsang menenangkan dengan menekan punggung kuda perang itu.

DOOOOOR!!!

Terdengar letusan senapan Arya Penangsang yang menembak sambil tetap duduk di atas kudanya. Peluru senapan itu dengan jitu menghantam dada si Ketua Penyamun lima langkah sebelum pedangnya mencapai tubuh Arya Penangsang. Tubuhnya terbanting ke kiri, terguling-guling di tanah, kemudian diam tidak bergerak di atas jalanan yang berdebu.

Para pengikut Ki Codot yang tadinya sudah gelisah menjadi semakin ketakutan melihat nasib yang menimpa bosnya. Mereka buru-buru berlutut memohon ampun pada anak muda dan temannya itu. Mereka baru sekali ini melihat senjata api yang jarang dipergunakan para bangsawan di pedalaman. Mereka merasa tidak ada gunanya lagi melakukan perlawanan.

Kancil Mencuri Timun: Sebuah Cerita Sangat Pendek


Sampai ditengah Alas Cilik, Kancil melihat deretan tumbuhan ketimun bergerombol-gerombol di sebuah lapangan rumput yang luas. Buah timun bergelantungan menerbitkan seleranya. Segeralah dia makan dengan lahap sampai habis belasan timun -- ketika tiba-tiba dilihatnya sesosok orang-orangan berdiri tegak di tengah lapangan.

Didekatinya  orang-orangan  itu dan disentuhnya. Breeeet! Tiba-tiba saja tubuhnya melekat ditarik oleh orang-orangan yang belakangan diketahui sebagai robot penjaga sawah yang bisa membuat tubuh binatang menempel di tubuh robot dengan mengaktifkan medan magnet yang sangat kuat.

“Breng! Aku Robot magnet penjaga sawah. Kamu pasti pencuri timun yang selama ini dicari-cari oleh majikanku!” kata Si Robot

Kancil tertegun sejenak mendengar kata-kata robot itu, tapi kemudian dia cepat-cepat membantah.

“Namaku Kancil. Aku baru pertamakali datang ke sini dan aku bukan pencuri!”

“Breng! Dasar Kancil tukang bohong, sudah tertangkap basah kok masih ngeles!”  

“Dasar Robot gak pernah belajar! Ini timun bukan majikanmu yang tanam! Tumbuhnya juga di tengah hutan, bukan di sawah majikanmu!” kata Si Kancil membela diri

“Breng! Apa buktinya?” duniashinichi.blogspot.com

“Lihat tanaman ini tumbuh tidak teratur. Bergerombol-gerombol pada tempat-tempat terpisah! Itu pertanda bukan ditanam oleh manusia, tapi karena tumbuh dari biji-biji timun yang dimakan oleh binatang hutan!”

“Breng! Coba saya cek di Ensiklopedi Wagenugraha!”

Kemudian Robot sibuk mengecek tentang tanaman timun di Ensiklopedi Wagenugraha yang tersimpan pada hardisk yang tertanam di tubuhnya. Wagenugraha adalah nama seorang profesor ilmu biologi yang berhasil menyusun ensiklopedi yang sangat lengkap tentang tanaman dan hewan. Beberapa saat kemudian Robot telah menemukan hasilnya.

“Breng! Kancil benar! Menurut Ensiklopedi Wagenugraha ini tanaman bukan punya majikanku! Kamu bebas pergi dari sini!”

Robot penjaga melepaskan sang Kancil dari sedotannya. Kancil pun dengan gembira pergi meninggalkan tempat itu (Undil-2012).    

tags: kancil mencuri timun, cerita anak,wagenugraha

Puisi Ulang Tahun: Met Ultah Aja

Aku nggak ngerti harus bilang apa
yang kutahu dirimu nggak suka
ulang tahunmu digembar gemborin
Bagimu bertambahnya usia
terlalu sedih untuk dirayakan
sampai keinginanmu itu tercapai
Met ultah aja yah
tenang aja aku gak bilang sapa-sapa
smoga Allah makin sayang sama kamu
undil-2012

Puisi Cinta Basa Jawa tentang Asmara yang Membara: Geguritan Asmaradana

Kabeh dongeng
lelakon awake dhewe
embuh iku apa jenenge
sakjane saukur rasa sing ndadra
amarga saka kulina
Tan perlu diagul-agulke
uga ora sah ngangsa
pasrah lan sumeleh
ben kabeh mlaku kaya sakmesthine
undil-2012

Romo Gatu dan Penduduk Desa yang Mendadak Berkecukupan


Saat Romo Gatu datang di desa Kebon Agung, kebanyakan masyarakat di sana masih merasa dirinya miskin dan terbelakang dibanding orang-orang kota. Mereka juga minder kepada orang-orang desa yang merantau ke kota. Banyak juga pemuda Kebon Agung yang merantau ke kota menjadi  tukang bangunan, buruh pabrik hingga membuka warung kakilima.

Saat pulang ke kampung rata-rata para perantau membawa motor keluaran terbaru dan tak lupa menggenggam smartphone sehingga mengundang decak kagum tetangga-tetangganya. Kaum muda banyak yang kemudian tertarik merantau ke kota sehingga beberapa kebun dan sawah milik warga desa mulai terlantar karena tidak ada yang menggarap.

Namun kini semua sudah berubah drastis. Warga desa tidak lagi merasa dirinya lebih miskin dibanding orang-orang kota. Mereka tidak lagi merasa terbelakang dibanding rekan-rekan mereka yang merantau ke kota.  Mereka merasa hidup mereka berkecukupan dan bahkan layak disebut kaya. Itu semua karena Romo Gatu berhasil merubah cara pandang mereka tentang kekayaan. Tentang hal-hal yang dibutuhkan dan cara membedakan dengan hal-hal yang diinginkan.

Lewat pengajian mingguan tafsir Al Quran yang diasuhnya, Romo Gatu selalu berusaha menumbuhkan kesadaran bahwa penduduk desa ini adalah orang-orang yang berkecukupan, cukup maju dan tidak perlu minder dengan warga kota. Mereka tidak perlu mengikuti gaya hidup teman-teman mereka yang pindah ke kota yang memiliki begitu banyak barang-barang untuk melengkapi hidup mereka. Cukuplah dengan apa yang ada.  Mereka tidak miskin jika tidak mengukur diri dengan kepemilikan barang-barang seperti orang kota.

Semua penduduk desa Kebon Agung memiliki rumah, memiliki kebun, memiliki sawah, memiliki kendaraan walaupun mungkin hanya berupa sepeda onthel. Mereka juga cukup makan karena lumbung-lumbung padi mereka bahkan bisa untuk makan selama dua tahun. Sayur mayur, telur, daging ayam, dan ikan bisa diambil dari kebun mereka.

Pakaian murah bisa mereka dapatkan di pasar desa, demikian juga sepatu, dan alat-alat rumah tangga. Meja kursi juga bisa dibeli dengan harga murah di pasar. Jika uangnya mepet para tukang kayu juga dengan senang hati membuat meja dan kursi dengan bahan kayu dari pepohonan yang ada di kebun penduduk. Jadi tak ada yang perlu  diresahkan tentang pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Romo Gatu sering membanding-bandingkan penduduk desa dengan teman-teman mereka yang merantau ke kota. Walaupun pada saat pulang mereka membawa motor, ternyata di kota mereka belum memiliki rumah alias masih mengontrak. Ada satu dua yang memiliki rumah itu-pun mereka harus mencicil pembayarannya selama sepuluh tahun.   Mungkin mereka memiliki tv flat dan AC, tapi penduduk desa cukup puas dengan tv tabung dan angin semilir yang tak kalah sejuk dari AC.  Jika dilihat dari sisi kecukupan kebutuhan perumahan, maka para perantau itu lebih miskin dibanding para penduduk desa.

Puisi Ucapan Ulang Tahun Bahasa Jawa - by Undil

Pripun kabaripun Mbah
mugi-mugi panjenengan
tansah diberkahi samudayanipun
pun ugi garwa lan sedaya kaluwarga
tan kendat saking kasih sayang Ilahi

Ing dinten bahagia punika
kawula ngaturaken sugeng tanggap warsa
kanthi tulusing athi
Sumangga kita dunga dinonga
supados manah kita tansah lega lila
marang pepesthen Ilahi,   
minangka kunci kabahagiaan sejati

Rahasia Rumah Kos Romo Gatu


Jika kita bertandang ke rumah kos Romo Gatu tentu kita tidak segera bisa melihat hal yang istimewa dari rumah kostnya selain tampak bersih dan halaman belakang yang luas yang ditanami berbagai macam sayuran, terdapat kandang ayam, dan sebuah kolam ikan besar di pinggirnya. Di bangunan dua lantai itu terdapat kamar-kamar kos ukuran sedang, kamar tamu, ruang tengah yang merangkap ruang makan dan sebuah ruang belajar besar yang dilengkapi dengan meja-meja panjang.  Tak jauh beda dengan rumah kos biasa di wilayah itu, selain keberadaan ruang belajar yang luas.




Letaknya di pinggiran selatan Kota Jogja, rata-rata rumah disitu masih memiliki halaman belakang yang luas. Walaupun di pinggiran kota namun letaknya tidak terlalu jauh dari kampus dan terhitung lebih laku dibanding rumah kos sekitarnya. Padahal harga yang ditawarkan juga sama saja dengan tempat kos lain yang juga ada di sekitarnya.  

Penyebabnya apa? Ternyata ada pada suasana yang dibangun lulusan sebuah pesantren di Jawa Timur ini. Suasana itu timbul dari aturan-aturan yang diterapkan pemilik beberapa toko oleh-oleh di Jogja ini.

Romo Gatu memiliki aturan-aturan yang harus ditandatangani seorang calon anak kos sebelum bisa diterima menjadi penghuni kos. Dia punya dua orang penjaga kos yang bertugas menegakkan aturan-aturan itu. Para pelanggar aturan pastinya harus rela angkat kaki dari tempat kos itu. Diantara aturannya adalah semua penghuni kos pria ini harus sholat berjamaah di mushola samping rumah. 

Sehabis maghrib mereka harus mengaji Al Quran sampai saat sholat Isya. Kemudian pembersihan rumah digilir untuk semua penghuni kos, persis seperti tugas piket anak SD jaman dulu. Mencuci baju juga tidak diperkenankan mempergunakan pembantu, kecuali untuk urusan setrika baju, Romo Gatu menyediakan pembantu untuk melakukannya.

Urusan memasak sudah ada koki yang menyediakan makan malam sederhana, tapi urusan cuci piring harus dilakukan oleh penghuni kos secara bergilir. Biasanya diantara anak-anak itu secara bergiliran menyumbang lauk-pauk untuk melengkapi lauk pauk sederhana yang disediakan Romo Gatu. 

Romo Gatu hampir selalu bergabung makan malam dengan anak-anak kos dan mendiskusikan hal-hal menarik, terutama tentang hal-hal yang menyangkut masa depan anak-anak muda itu. Serunya kos di rumah Romo Gatu terletak pada makan malam ini. Anak-anak kos jadi saling kenal dan mengerti latar belakang keluarga masing-masing serta menjadi lebih akrab.  Setelah akrab mereka jadi tidak sungkan saling bantu dan merasa seperti memiliki keluarga sendiri di perantauan.

Bagaimana Romo Wage Merubah Kebiasaan Kuliner Warga Jalan Komaruddin


Ketika tinggal sementara di rumah pamannya di Jalan Komarudin -- saat ngumpul-ngumpul dengan para pemuda -- Romo Wage sering mendengar mereka membicarakan tentang jajanan enak-enak yang baru saja mereka nikmati. 












Rata-rata mereka memiliki standar cita rasa yang sama.  Jadi saat seseorang mengatakan bahwa bakso anu enak, kemudian seorang yang lain mengatakan bakso ana yang enak, setelah lain hari mereka ramai-ramai mencoba rasa kedua bakso tersebut,  maka mereka akan sepakat bakso mana yang lebih enak.

Pembicaraan akan lebih seru klo ada jajanan yang baru buka di salah satu sudut kota. Si penemu jajanan itu akan dengan antusias menggambarkan rasa jajanan yang baru saja dicobanya. Dari mulai racikan bumbunya, hingga aksesories-aksesories penunjang makanan. 

Jika makanan itu berupa bakmi jawa, maka akan dinilai rasa kuahnya, lalu mienya dan ayamnya. Kemudian menyusul dinilai aksesories seperti perkedel, kerupuk, tambahan brutu dan uritan serta tak lupa minumannya. Dari hasil penilaian itu akan disimpulkan apakah bakmi jawa tersebut layak dicoba atau tidak. Pendeknya warga Jalan Komaruddin rata-rata memiliki bakat kuliner dan selera yang bagus tentang cita rasa makanan.

Romo Wage yang mengamati kebiasaan warga itu menjadi tertarik untuk mendorongnya ke arah yang lebih bermanfaat. Jalan Komaruddin adalah jalan utama yang sangat strategis di Jogja.  Jalan peninggalan Belanda ini bagus dan lebarnya sampai 10 meter sehingga kanan kirinya bisa dipakai untuk parkir. Udah gitu gampang dicapai, tidak terlalu ramai dan rumah-rumah penduduk rata-rata memiliki halaman depan yang lumayan luas.  

Yang terpikir di benak Romo Wage adalah merubah kebiasaan penduduk dari sekedar pecinta kuliner menjadi pelaku bisnis kuliner. Dengan bekal pengetahuan mereka tentang cita rasa makanan dan lokasi rumah-rumah penduduk yang strategis, maka tak ada alasan untuk tidak membuka bisnis kuliner. 

Saat Romo Wage mencetuskan ide tersebut di rapat warga, banyak pemuda yang terhenyak. Selama ini kebanyakan mereka membayangkan bekerja di toko atau di kantor setamat sekolah. Bagi yang sekolah sampai universitas tentu memimpikan kerja di Jakarta atau di luar negeri.

Yang tak kalah terhenyak adalah para orang tua yang selama ini ikut pontang-panting mencarikan pekerjaan bagi anak-anak mereka yang sudah lulus kuliah. Kebanyakan mereka serta merta mengatakan tidak ragu untuk memberikan modal pada anak-anaknya. Hitung-hitung sambil menunggu dapat kerja.

Tentu saja ada juga yang pesimis dengan ide Romo Wage. Penduduk Jalan Komaruddin tidak terbiasa menjadi wirausahawan kuliner. Sebagian besar para orang tua bekerja sebagai dosen, pegawai negeri, dan juga pemilik toko kelontong di sejumlah pasar. Sementara para anak muda banyak bekerja di bengkel, percetakan, usaha fotokopi dan pemilik counter handphone di mal.  Ide Romo Wage ini dengan cepat diterima oleh para anak muda, terutama yang sudah selesai sekolah tetapi belum mendapat pekerjaan.

Ada tiga puluh anak muda yang tertarik untuk berbisnis kuliner. Romo Wage yang mengumpulkan mereka di rumah pamannya segera saja memberi kursus kilat tentang bisnis kuliner kepada mereka. Kursusnya cuman 15 menit, karena menurut Romo Wage bisnis kecil bisa dipelajari sambil jalan. Isi kursusnya sederhana, bahwa mereka harus kerja keras, klo perlu mengurangi jam tidur dan harus berdisiplin membelanjakan uang. Habis itu Romo Wage membagi mereka menjadi enam kelompok, masing-masing diminta memilih makanan yang akan dijual.

Seminggu kemudian anak-anak muda itu telah memutuskan makanan yang akan dijual, ada enam jenis makanan sesuai dengan jumlah kelompok, yaitu Bakso Malang, Batagor, Rawon, Sushi, Bakmi Godhog dan Surabi. Modal bukan masalah buat mereka karena rata-rata orang tua mereka mampu menyediakan modal yang dibutuhkan. Tinggal masalah cara memasaknya. Walaupun mereka jago menilai makanan, mereka tidak berpengalaman dalam meracik makanan. Karenanya Romo Wage sengaja mengundang ekspert untuk masing-masing makanan.

Untuk Bakso Malang, Romo Wage mengundang temannya dari Malang yang sudah terbiasa mengajari orang membuat Bakso. Kelompok yang akan menjual Batagor diperkenalkan oleh Romo Wage dengan temannya dari Bandung yang memiliki warung Batagor yang laris di Bandung.

Demikian juga dengan pembuatan Bakmi Godhog akan langsung diajari oleh suhunya bakmi dari Gunung Kidul, Rawon oleh Empu Rawon dari Ponorogo, Surabi oleh Tukang Surabi dari Solo dan pembuatan Sushi akan diajari oleh teman Romo Wage yang menjadi koki di hotel bintang lima di Bali. Semua ahli meracik makanan itu disewa Romo Wage selama dua minggu. Seminggu untuk mengajari meracik makanan dan seminggu lagi untuk mendampingi berjualan makanan.

Selama tujuh hari para anak muda itu belajar membuat makanan di rumahnya. Dan mulai hari kedelapan hingga keempat belas  mereka langsung praktek membuat makanan yang hasilnya langsung dijual di cafe-cafe tenda yang dibangun di depan rumah mereka. Awalnya finishing pembumbuan masih dilakukan oleh para expert, namun setelah hari ketujuh para expert tinggal mengawasi saja sambil memberi petunjuk bila bumbu-bumbu yang ditambahkan kurang pas.

Cerita Anak: Beginilah Perang di Gaza


Pada suatu ketika, ada sebuah keluarga yang disebut Pal. Mereka tinggal di sebuah rumah yang panas dan berdebu, tetapi mereka suka, dan telah tinggal di sana selama lebih dari 2000 tahun. Kemudian satu hari, mereka kedatangan beberapa pengunjung.

"Kami adalah Keluarga Izzy," kata kepala keluarga yang baru datang.

"Kami akan pindah ke sini"

"Apa?" tanya Keluarga Pal. "Kalian tidak boleh pindah ke sini"
"Ya, kami boleh," kata Izzy. "Orang-orang itu berkata kami boleh pindah ke sini" kata si pendatang baru sambil menunjuk ke sejumlah orang bersenjata lengkap yang mendampingi mereka. Nama mereka adalah Usa dan Uk.

"Hai," kata yang besar. "Saya di sini untuk memberitahu kalian bahwa Izzy dan keluarganya telah menderita trauma menyedihkan. Mereka membutuhkan rumah baru"

"Saya setuju," ujar Pal. "Tapi ini adalah rumah kami, dan ukurannya sangat kecil. Bagaimana jika kalian saja yang memberikan sebagian ruangan di rumah kalian untuk mereka? "

"Mereka ingin tinggal di sini, karena nenek moyang mereka tinggal di sini," kata Usa.

"Tetapi itu tidak adil," kata Keluarga Pal keberatan.
Terjadilah jalan buntu. Masyarakat luas dipanggil untuk mengadili. Keluarga Izzy mengatakan bahwa masalah dapat disimpulkan dalam sebuah pertanyaan sederhana:

"Apakah keluarga Izzy memiliki hak untuk hidup? Ya atau Tidak?"

Kemudian si raksasa Usa sangat menyetujuinya:

"Ya, kami menyatakan bahwa keluarga Izzy pasti memiliki hak untuk hidup"

"Tunggu dulu" kata salah seorang anggota Keluarga Pal.
"Persoalannya bukan Keluarga Izzy memiliki hak untuk hidup. Namun apakah mereka memiliki hak untuk hidup di rumah kami"

Usa tampak sangat terkejut.
"Keterlaluan! Kalian berkata Keluarga Izzy tidak memiliki hak untuk hidup? Kalau begitu otomatis kalian adalah Kelompok Teroris! Tukang Genocide!. Sekarang kalian dalam masalah besar!"

Anggota keluarga Pal tidak tahu apa yang bisa dilakukan. Mereka menyadari bahwa mereka perlu teman yang kuat juga. Mereka membawa perkara ke pengadilan. Ketua hakim adalah seseorang bernama Yuen, terkadang dilafalkan U.N.

Hakim Yuen berbicara ke banyak anggota masyarakat, termasuk Ms Asia, Perancis, dan sebagainya. Mereka semua sepakat apa yang dialami Keluarga Pal sangat tidak adil. Hakim Yuen mengeluarkan beberapa keputusan untuk membuat situasi lebih adil. Tetapi Keluarga Izzy mengabaikan keputusan itu, dan mereka didukung sepenuhnya oleh Usa.

Keluarga Izzy semakin besar, semakin kuat, semakin kokoh dan semakin kaya. Sementara Keluarga Pal semakin miskin dan semakin miskin. Tahun-tahun penuh ketidakadilan dan kesewenang-wenangan tidak dapat dielakkan. Salah satu anggota Keluarga Pal adalah seorang lelaki bernama Hamas. Dia tidak tahan lagi. Dia tidak mau tunduk dan mulai melawan.

Dalam pembalasan terhadap lelaki itu, Keluarga Izzy melakukan serentetan tindak kekerasan secara besar-besaran terhadap Keluarga Pal. "Tolong berhenti," ujar Keluarga Pal, setelah 900 anggota keluarga mereka terbunuh.

Hakim Yuen dan sebagian besar anggota masyarakat internasional juga menyerukan Izzy menghentikan serangan.
Tapi anggota yang paling kuat dari masyarakat internasional, yaitu Usa, berkata kepada Keluarga Izzy agar terus melanjutkan pembantaian. Usa berkata bahwa segala kejadian mengerikan yang terjadi pada Keluarga Pal adalah kesalahan mereka sendiri. "Keluarga Izzy memiliki hak untuk hidup," kata Usa. "Dan dia mempunyai hak untuk membela diri."

Kemudian mereka semua hidup dalam kondisi menyedihkan secara berkepanjangan.

^_^

Sebuah cerita sedih bukan? Hanya ada satu cara agar cerita ini memiliki akhir yang berbeda.
Pemerintahan baru U.S perlu mengingat kata-kata Abraham Lincoln, yang telah dilupakan oleh pemerintahan yang lama: "Satu-satunya cara untuk membinasakan musuhmu: Buatlah dia menjadi teman Anda" .

Ditulis oleh Nury Vittachi
Penulis adalah wartawan dan kolumnis.
diterjemahkan oleh undil dari the jakarta post

catatan:
USA: United States of America
UK: United Kingdom (Inggris)
U.N: United Nation (PBB)

Puisi Anak: Perang Suci di Gaza


Kala perang suci tak terelakkan
musuh menyerang
dengan senjata tak terbilang
kalian bertempur
dengan senjata sekedarnya di tangan
Mereka berperang
dengan perut kenyang
Kalian sudah lama sekali
sulit menemukan makanan

Tapi perang kalian beda dengan mereka!
Bila mereka perang
untuk mendapatkan tanah jarahan
kalaupun mati, hanya mati demi materi
(hiks! sungguh kasihan Perang demi Materi)
Kalian bertempur demi kemerdekaan
Kalian berjuang mengakhiri penjajahan
Kalian ditemani ribuan malaikat bertasbih
Kalian dirindukan para penghuni langit
Kemenangan berarti kemerdekaan
Kematian-pun janji kemuliaan di alam keabadian

Mereka betempur penuh ketakutan
hati berkerut-kerut karena takut mati!
Kalian bertempur gagah berani, tidak takut mati!
Mereka sungguh ngeri dengan keberanian kalian
karena jiwa-jiwa mulia sungguh menakutkan
bagi jiwa-jiwa lemah yang berkerudung kegelapan
Bagi mereka kematian adalah jalan kehinaan
Mati demi sejumput tanah rampasan
sungguh kehinaan yang tak terlukiskan