Seni Penolakan Haibara kala Mempersiapkan Family Gathering

Haibara kesal dengan sesuatu menyebalkan yang harus dilakukan untuk kesekian kalinya. Ini gara-gara dirinya diseret  Shinichi Kudo untuk ikut serta menjadi panitia family gathering di kantornya. Jabatannya gak tanggung-tanggung lagi.  Koordinator acara family gahthering!

Haibara yakin seyakin-yakinnya bahwa sembilan puluh persen pekerjaan panitia family gathering ini ada di seksi acara.  Jadi Shinichi memberi “gunung gajah” untuk dipikul Haibara. Kerjanya pasti berat banget, berjibun-jibun serta akan memakan habis waktunya. Gimana nggak berat kalo harus membuat acara yang menarik buat 4000 orang!.



Udah gitu Shinichi dan teman-teman lainnya pengen acara beda sama sekali dari tahun lalu. Gak boleh sama!  Harus ada novelty-nya kata mereka.  Sebagai salah satu dampaknya pengisi acara dari mulai pembukaan hingga penutup  adalah kaum profesional dari luar perusahaan. 

Definisi profesional menurut Shinichi adalah layak masuk TV. Artinya jika si pengisi acara belum pernah ditayangkan di TV berarti dia belum bisa dipentaskan di family gathering.  Sebuah persyaratan yang ditentukan oleh Shinichi, tapi dampaknya langsung terasa oleh Haibara, yaitu dirinya harus jungkir-balik & pontang-panting mencari pengisi acara.

Sebenarnya semua itu menyenangkan Haibara yang emang demen bikin acara seperti ini. Yang menyebalkan hanya satu, yaitu wanti-wanti Shinichi kepada Haibara untuk pandai-pandai menolak semua permintaan dari kalangan internal untuk tampil — termasuk bila ada request dari para petinggi di kantor.

Bahkan bos-nya sendiri pun harus ditolak jika minta anaknya bisa tampil di family gathering.  Itu semua karena cita-cita Shinichi untuk membuat integrated family gathering. Entah dari mana dia mendapat istilah itu. Yang pasti Haibara yakin itu bukan ide asli Shinichi, secara anak itu bukanlah ahli tentang acara-acara seperti ini. 

Integrated Family Gathering menurut Shinchi berarti  acara dari awal sampai akhir adalah satu kesatuan yang sudah dipersiapkan dari sejak membuat konsep acara.  Jadi pengisi acara ditentukan berdasarkan konsep acara dan bukan sebaliknya.  Nyatanya emang demikian. Setelah ditentukan konsep acara, maka panitia kecil yaitu Shinichi, Haibara, Kogoro dan dua teman lainnya membutuhkan waktu tiga minggu hanya untuk memperdebatkan susunan detail acara dan siapa saja yang akan mengisi acara.

Debat selepas jam kerja yang berlangsung hingga larut malam bahkan terkadang sampai dini hari itu untungnya berhasil melahirkan blueprint family gathering yang menjadi panduan bersama semua panitia. Disitu sudah tercantum semua pengisi acara, tidak boleh ada tambahan lagi. 

Blueprint itu juga menjadi panduan dalam hal tolak menolak para peminat jadi pengisi acara. Jadi masalahnya bukanlah kualitas para peminat tersebut,  tapi karena konsep acara menghendaki pengisi acara yang sesuai dengan konsep itu dan mereka telah selesai dipilih oleh panitia.  

Alhasil sampai tujuh hari menjelang acara, Haibara udah menolak belasan calon pengisi acara. Dari mulai band lokal karyawan, anak karyawan, keluarga rekanan kantor, hingga pihak-pihak luar yang ingin berpartisipasi. Semuanya ditolak dengan sukses oleh Haibara.   

Namun kali ini yang minta beda. Dia adalah seorang petinggi, bekas koordinator Haibara saat dirinya mengikuti satu project yang dipimpin orang itu beberapa tahun yang lalu. Si Bapak ingin anaknya tampil di panggung family gathering.

Paduan suara anak-anak SMP.  Sebenarnya seru juga siy karena Haibara tahu persis suara mereka bagus-bagus. Dia pernah melihat mereka pentas di Sabuga.  Namun blueprint  udah terbit.  Slot acara sudah tersusun rapi.  Bisa dibom Shinichi bila dirinya merubahnya hanya karena dirinya  gagal menolak satu permintaan saja.

Wuhhh kali ini Haibara harus berusaha keras untuk menolaknya dengan halus.  Secara dirinya banyak berhutang budi pada si Bapak yang telah mengajarinya banyak hal tentang perprojekan.  Sungguh sial dirinya harus melakukan penolakan ini.  Satu hal yang tidak pernah diduganya menjadi bagian dari tugas sebagai koodinator acara family gathering -– menjadi Sang Penolak.  Dus Haibara tiba-tiba merasa menggenggam bola panas yang harus secepatnya dia padamkan.

Haibara ingat seminggu yang lalu dirinya dengan susah payah berhasil menolak permintaan teman dekatnya untuk menampilkan adiknya yang telah lima tahun ikut sanggar tari dengan cita-cita ingin bisa pentas di kantor kakaknya.  Dirinya harus tegar saat melihat si adik kecewa dari sebelumnya hatinya berbunga-bunga karena mengira dapat tampil di panggung dengan ditonton ribuan orang itu.  Secara Haibara sering banget berenang bareng si adik itu di hari-hari libur – dapatlah dibayangkan kekeluan lidahnya.  Pahitnya mengecewakan teman dekat benar-benar dia rasakan saat itu

Penolakan yang lebih ringan -- dilakukan Haibara terhadap salah satu instansi keamanan yang ingin menampilkan band yang baru saja mereka bentuk.  Juga dari  klub lawak yang salah satu anggotanya adalah karyawan kantor. Juga dari beberapa orang luar yang berminat mengisi acara. Untunglah  mereka semua  bisa mengerti alasan yang dikemukakan Haibara.

Haibara berusaha keras menjelaskan adanya blueprint family gathering yang harus dipatuhi. Juga tentang  DP semua pengisi acara yang sudah dibayar dan acara sudah tersusun rapi hingga hitungan menit.  Semua itu membuat pengisi acara tak memungkinkan untuk dirubah lagi. Dan memang demikianlah adanya.  Kadangkala dia menghibur para peminat tersebut dengan menyarankan mereka untuk mengajukan diri pada acara yang lain seperti ulang tahun himpunan kayawan atau acara DKM.  Sebuah penolakan yang dikritik Shinichi sebagai melemparkan bola panas pada orang lain.

^_^

Setelah hampir satu jam dalam keraguan, akhirnya Haibara memberanikan diri menjawab SMS itu. Dia sudah terlalu lelah mencari-cari  kalimat yang enak untuk diungkapkan.

“Mohon maaf Pak,  slot waktu pengisi acara sudah penuh, gak bisa diselip-selipin lagi. Jadi panitia tidak bisa menampilkan paduan suara si adik”

“Saya hanya butuh waktu paling lama 20 menit untuk menampilkan 4 lagu. Please tolonglah mereka sudah sangat antusias untuk tampil di family gathering”. Demikianlah bunyi  jawaban atas SMS Haibara

Duh! Haibara pusing gimana cara dia bisa menolak permintaan kedua  ini. Secara dia sudah divonis mati oleh Shinichi gak boleh merubah-rubah acara lagi karena semuanya sudah dihitung hingga satuan menit oleh Show Director. Tak satu menit-pun yang dibiarkan lowong tanpa detail kegiatan yang harus dilakukan pada menit tersebut.  Memasukkan pengisi acara baru berarti mulai kerja besar lagi menyusun acara.

Akhirnya Haibara memutuskan untuk melenggang ke ruangan Shinichi untuk minta “pertanggung jawaban” dengan cara memilihkan jawaban yang paling pas buat Si Bapak. Saat dirinya duduk di depan meja Shinichi dan ngomong tentang hal itu, anak itu hanya nyengir kuda seraya menyuruh Haibara mengatakan hal-hal yang lain bersamaan dengan SMS penolakan yang akan dikriimkannya.

“Kalo gak salah si Bapak baru saja pindah ke rumah baru yang ada kolam di halaman depannya. Omongin saja tentang itu, mudah-mudahan membantu mencairkan suasana” kata Shinichi

“Busyet lu!. Dasar tukang kasiy beban moral berat ke orang, udah tahu aku dekat dengan dia malahan aku yang disuruh menolak dia!” kata Haibara sambil tiba-tiba saja kepalanya serasa muncul tanduk saking kesalnya melihat kecuekan Shinichi. Rasa-rasanya dirinya ingin menyeruduk Shinichi dengan tanduk itu.  Tapi sudahlah. Percuma saja berantem dengan si tukang nyengir. Malahan dia seneng kalo diseruduk Haibara. Akhirnya dengan hati masygul Haibara memakai juga saran Shinichi pada SMS-nya.

“Punten pisan Pak, kita sudah susun acara hingga hitungan menit. Jadi benar-benar kami tidak bisa lagi menyelipkan pengisi acara lain. Semua jadwal sudah confirm ke pengisi acara, dan kami kesulitan bila harus buat konfirmasi baru lagi dengan mereka.  Btw saya sudah lihat rumah bapak yang baru, asyik banget ada kolam besar di halaman depan, saya pernah lihat Bapak baca koran sambil duduk di gazebo di tengah kolam. Kayaknya seru banget!”

Satu jam belum ada jawaban dari Si Bapak. Hingga Haibara mulai gelisah sambil sesekali melirik Shinichi yang masih sibuk dengan kertas-kertas pekerjaannya.  Akhirnya Haibara membuka laptopnya dan mulai sibuk dengan SOP-SOP baru yang harus dibuatnya.  Dia memutuskan untuk menenggelamkan diri dalam pekerjaanya. Namun untunglah, dua jam kemudian ada jawaban dari si Bapak, dan isinya pendek namun sangat melegakan.

 “OK, saya pernah mengalami jadi panitia, jadi saya dapat memahami kesulitan Haibara”.

Demang Nuru dan Para Ksatria Jepara


Demang Nara, Demang Neri dan Demang Nuru duduk bertiga di depan sebuah meja kotak dari kayu cendana di tengah pendopo kadipaten. Para demang yang lain juga duduk di beberapa meja lain yang ditata apik di pendopo. Wangi-wangian berupa dupa yang dibakar pojok-pojok ruangan menghiasi udara pendopo. Hari ini di ruangan itu akan dilakukan pertemuan para pejabat  kadipaten dengan perwakilan Ksatria Jepara untuk merundingkan berbagai hal. Sang Adipati akan memimpin sendiri delegasi kadipaten pada pertemuan kali ini.


Hal-hal yang penting untuk dibicarakan adalah soal perdagangan, disamping soal-soal keamanan. Kadipaten memiliki hasil bumi seperti beras, jagung dan kelapa untuk dipasok ke Jepara. Sementara Jepara selaku salah satu kota pelabuhan terbesar di pantai utara Jawa memiliki kain sutera, minyak ikan, ter, kertas, kapur barus, minyak wangi, barang-barang pecah belah dari porselin & kristal, peralatan rumah tangga dari logam dan obat-obatan yang dibutuhkan rakyat kadipaten.

Demang Nara yang tiba duluan di tempat itu memesan minuman buat dirinya dan dua temannya. Awalnya dia memesan teh tawar untuk dirinya, tapi kemudian dia tertarik dengan tawaran pelayan untuk mencoba minuman air kelapa muda ditambah sirup strawberry yang didatangkan khusus dari Venesia. Sirup yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat itu telah tersohor kenikmatannya. Namun karena dia sudah memesan satu gelas teh tawar, maka Demang Nara hanya memesan dua gelas kelapa muda strawberry.

Yang menyusul datang adalah Demang Neri, si juragan beras muda belia dari wilayah timur kadipaten. Demang Neri mengendalikan lumbung-lumbung padi yang berada di wilayah kekuasaannya. Makanya dia adalah aktor penting dalam perundingan ini mengingat Jepara bukanlah daerah yang memiliki petani. Hampir seluruh penduduk Jepara adalah kaum pedagang, para tukang, tabib, ahli kimia, pembuat senapan & meriam,  pemintal kain dan profesi lain yang tak terkait dengan produksi beras.

Melihat di depannya telah tersuguh minuman kelapa muda strawberry, Demang Neri tertarik untuk mencicipinya seperti yang dilakukan Demang Nara. Dan dia tidak kecewa dengan kelezatan paduan rasa kelapa muda strawberry.

Demang Nuru baru muncul satu jam kemudian. Agaknya dia masih sibuk membuat sapu lidi di halaman belakang rumahnya sehingga terlambat tiba di kadipaten. Demang Nuru memimpin wilayah selatan kadipaten yang merupakan pusat perkebunan kelapa. Setiap tahun ratusan ribu kelapa dihasilkan oleh wilayah itu, namun tidak semuanya dapat terjual. Belakangan muncul permintaan baru yaitu kelapa yang telah dikeringkan untuk dipasok ke Jepara. Kelapa kering itu selanjutnya akan diangkut ke Makasar yang merupakan pusat perdagangan kopra dunia di masa itu. Sebuah peluang perdagangan yang sangat menguntungkan bagi Demang Nuru.

Hasil sampingan dari perkebunan kelapa adalah sapu lidi yang dibuat dari daun-daun kelapa. Adalah hobby Demang Nuru untuk membuat sendiri sapu lidi menemani para pegawainya, yang tak lain adalah anak istrinya. Sayang sapu lidi bukanlah barang yang gampang dijual karena relatif awet. Orang bisa beli satu untuk dipakai satu dua-tahun, sehingga penjualannya juga kurang bagus.

Melihat dua temannya minum kelapa muda berwarna merah muda -- warna sirup strawberry Venesia, terbitlah air liur Demang Nuru karena kepengin merasakan juga. Namun alangkah kecewanya dia saat pelayan datang malahan membawakan teh tawar bagi dirinya. Dilihatnya Demang Nara senyum-senyum sambil pasang muka tidak bersalah, sementara Demang Neri pura-pura sibuk menulis-nulis dengan pensil arang di atas kertas yang dibawanya. Setelah diamat-amati ternyata Demang Neri cuman menggambar dua gunung dan matahari terbit diantaranya. “Sungguh Demang yang kekanak-kanakan” pikir Demang Nuru.

Karena untuk pesan minuman lagi dia malu pada Sang Adipati, maka terpaksalah Demang Nuru meminum teh tawar yang disuguhkan. Rasanya beda banget sih dibanding teh yang dirumahnya. Teh ini teh kelas satu yang telah dibumbui dengan bunga melati dan diracik oleh empu teh nomor satu di kadipaten. Sementara teh di rumahnya adalah daun teh kering tanpa bumbu yang rasanya biasa-biasa saja. Jadi agak sedikit terhiburlah hatinya. Dicoba dinikmatinya setiap tetesnya. “Hmmm benar-benar nikmat tidak seperti teh yang di rumah.  Lagipula kalau aku minum manis-manis malahan bisa serak” pikir Demang Nuru.

^_^

Sayup-sayup Demang Nara mendengar suara derap puluhan ekor kuda mendekati halaman pendopo kadipaten. Sejurus kemudian dilihatnya ada kurang lebih dua puluh ksatria berkuda dengan pakaian warna putih, sorban warna putih dan bersepatu hitam memasuki halaman kadipaten. Merekalah para Ksatria Jepara yang ditunggu-tunggu.

Ksatria di barisan terdepan membawa panji-panji gula kelapa – merah putih lambang Kesultanan Demak Bintoro. Jepara adalah salah satu wilayah Kesultanan Demak Bintoro – salah satu kerajaan maritim terbesar di nusantara sepanjang masa. Demak Bintoro mengandalkan pendapatannya bukan dari pertanian, tetapi dari perdagangan internasional di kota-kota pelabuhan di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, termasuk pelabuhan Jepara.

Berkat perdagangan itulah Demak Bintoro muncul sebagai kerajaan maritim yang kaya raya dan mampu membangun armada kapal-kapal perang yang disegani di nusantara. Disamping pasukan dan senjata, faktor ketersediaan uang memegang peranan penting dalam perang di masa itu. Bila tidak memiliki uang yang cukup maka pasukan yang sedang bertempur akan kesulitan perbekalan dan persediaan senjata, apalagi bila mereka terlibat perang dalam jangka waktu lama.

Demang Nara berdecak kagum melihat kuda-kuda arab yang ditunggangi Ksatria Jepara. Kuda-kuda itu berukuran dua kali lebih besar dari kuda-kuda lokal yang dibawa para Demang. Kekaguman Demang Nara semakin bertambah tatkala melihat di setiap bahu para ksatria itu tersandang senapan, sama seperti senapan yang dipamerkan oleh orang-orang Portugis di Pasuruan. Sementara para Demang seperti dirinya masih mengandalkan pedang dan tombak sebagai senjata.

Dongeng Sang Kancil vs Suku Penjarah

Berita tentang sepak terjang Suku Pongpongbolong sudah meluas sampai ke hutan-hutan di sekitar Laguna Biru. Suku Pongpongbolong adalah sekelompok orang kurang terpelajar yang kerjanya merambah hutan, menebangi kayu-kayunya dan membakar sisanya. Mereka juga memburu binatang-binatang hutan untuk diambil kulitnya atau diawetkan untuk dijual.

Begitu mereka berhasil memasuki sebuah hutan mereka akan merusaknya, mengaduk-aduk tanahnya untuk mencari logam mulia dan meninggalkannya setelah tidak ada pohon, hewan dan barang berharga yang tersisa untuk dijarah. Tak heran mereka sukses merubah hutan-hutan lebat menjadi padang tandus, kering dan berantakan.



Kengerian akan sepak terjang mereka semakin bertambah saat kelompok penjarah itu mulai mampu membeli senapan dan mesiu untuk memperlancar aksi penjarahan hutan. Perlawanan dari kawanan Macan dan Gajah yang mengamuk  menjadi tidak ada artinya di hadapan terjangan timah panas. Senapan-senapan itu membuat mereka tak mampu dilawan para binatang. Karenanya Suku Pongpongbolong sangat ditakuti oleh para penghuni hutan.   

Binatang penghuni Hutan Utopia di seberang selatan Laguna Biru sudah mulai resah mendengar kabar kedatangan suku Pongpongbolong di hutan cemara sebelah utara Laguna. Mereka telah mendirikan tenda-tenda di tepi Laguna. Sebentar lagi makhluk-makhluk penjarah itu akan menebangi pohon cemara untuk membuat rakit-rakit guna menyeberangi Laguna menuju Hutan Utopia yang sangat subur dan kaya aneka ragam kekayaan hutan. Sebuah hutan impian bagi Suku Pongpongbolong untuk dijarah sampai tandas.

^_^

Ratusan penghuni Hutan Utopia telah berkumpul di depan rumah Sang Kancil untuk meminta nasehat-nasehat menghadapi kedatangan Suku Pongpongbolong. Sang Kancil yang dikenal oleh para penghuni hutan sebagai binatang paling kutu buku sehutan raya adalah satu-satunya harapan mereka. Si gudang ilmu pengetahuan nampak keluar dari rumahnya, memakai syal sambil berjalan terhuyung-huyung dipapah dua ekor gajah yang menjadi asistennya . Rupanya dia sedang sakit flu berat.

“Maafkan aku sedang sakit, tidak bisa lama-lama berada di luar rumah” ujar Sang Kancil

“Temui kami sebentar saja. Kami hanya minta nasehat cara menghadapi para penjarah Suku Pongpongbolong dengan ilmu pengetahuan & kebijaksanaan yang kau pelajari selama ini”

“Dengarlah ini kunci kemenangan kalian. Mereka orang-orang bodoh yang malas belajar dan pendek akalnya. Mereka yang hanya bisa menjarah hutan dan merusaknya tanpa kesadaran untuk memeliharanya atau memanfaatkan untuk hal-hal lain seperti bercocok tanam atau memelihara ternak. Kalian harus menggunakan hasil pemikiran bersama untuk mengalahkan mereka” kata Sang Kancil

“Ajarkan pada kami satu taktik melawan mereka. Kami akan berunding untuk mencari cara-cara tambahan untuk mengalahkan mereka” kata Beruang Madu selaku wakil para binatang.

Para binatang tahu bahwa Sang Kancil paling tidak suka mendiktekan cara menyelesaikan suatu masalah. Dia hanya mau memberi beberapa petunjuk, selanjutnya para binatang harus mendiskusikan di antara mereka untuk mendapatkan cara terbaik mengatasi suatu masalah. Sang Kancil berpandangan bahwa hasil pikiran ratusan binatang akan lebih baik dibanding hasil pikirannya seorang diri. Karena itulah dia enggan mengajarkan pemecahan masalah secara utuh dari A sampai Z.

“Baiklah aku ajarkan satu cara. Namun kalian harus berunding guna melengkapinya agar menjadi satu taktik yang hebat untuk mengalahkan mereka”

Puisi tentang Makan Sahur

Disini, saat ini
adalah satu-satunya
milik kita
tanpa bayangan masalalu
tanpa kekhawatiran masadepan
Nikmati dan resapi
tetes-tetes kekinian
dalam pelukan kesabaran
Biarkan sahur dini hari
ciptakan dunianya sendiri
yang indah dalam sunyi
yang nikmat dalam gelap
yang bahagia dalam kesucian
merindu ridha Ilahi
(undil-2012)

Sisi Positif Aristokrasi Menurut Romo Wage


Romo Wage berpandangan bahwa aristokrasi tidak selalu buruk. Menurut Romo, aristokrat , kaum ningrat, atau bangsawan tidak melulu soal keturunan. Aristorasi adalah seperangkat karakter dan tingkah laku yang harus diikuti seseorang agar layak tergolong kelompok aristokrat. Standar etika yang tinggi dan disiplin yang keras menjadikan kelompok aristokrat layak menjadi panutan bagi masyarakat umum.

Disiplin tingkat tinggi ini mengingatkan Romo Wage pada ibunya yang selalu menerapkan standar yang tinggi. Misalnya beliau selalu meminta Romo Wage untuk sholat di masjid dan mengaji sehabis maghrib. Bukan sekedar menyuruh sholat, tapi harus sholat di masjid. 

Bukan sekedar melarang nonton TV sehabis maghrib, tapi menyuruhnya mengaji. Tak cukup dengan mengaji, dirinya juga diminta  Ibunya untuk setor hapalan surat-surat pendek beserta artinya seminggu dua kali. Standar tinggi yang diterapkan Ibunya itu membuat Romo Wage dapat dengan mudah memenuhi standar umum yang berlaku di masyarakat.    

^_^

Bagi Romo Wage, pada jaman kiwari ini Aristokrat dapat disamakan dengan elite. Seseorang yang sudah memasuki kelompok elite dalam masyarakat di bidang bisnis, politik, budaya, pendidikan dan bidang lainnya, idealnya menyadari posisinya sebagai elite. Dia adalah segelintir orang yang menjadi contoh bagi masyarakat banyak.

Makanya Romo Wage tak akan banyak komentar saat melihat seorang temannya membuang bungkus permen sembarangan bila dia seorang pegawai biasa di kecamatan, tapi lain halnya bila dilakukan oleh temannya yang jadi camat. Romo Wage pasti akan berusaha untuk menegurnya walaupun secara halus.

Memaki orang lain dengan kata-kata kasar tidak terlalu dipikirkan oleh Romo Wage bila dlakukan seorang pegawai biasa di kampus, tetapi akan membuat Romo Wage geleng-geleng kepala bila dilakukan oleh temannya yang sudah profesor. Romo Wage juga punya pengalaman dahulu saat dia masih kerja di travel, bila punya bos yang suka terlambat maka dirinya juga jadi tak begitu hirau dengan ketentuan jam masuk.

Romo Wage berkesimpulan bahwa semua orang yang berada dalam posisi elite adalah contoh yang akan ditiru, atau bisa dijadikan alasan pembenar oleh orang awam yang melakukan kesalahan serupa.

Persis yang pernah dialaminya. Saat Romo Wage sering main games di warung bakso, dia mendapati para pegawainya juga lebih suka main games dengan HP daripada mencuci mangkok-mangkok bakso bekas pelanggan. Alasannya “si bos saja main mafia war” kok saya gak boleh main games. Saat Romo Wage tidak ramah pada pembeli, dia mendapati anak buahnya ikut-ikutan mengomeli pelanggan yang banyak keinginan saat memesan bakso.

Dengan demikian kesadaran bahwa seseorang merasa dirinya termasuk kelompok elite dalam pandangan Romo Wage tidak berhubungan dengan kesombongan ataupun memandang rendah orang lain. Namun terkait dengan disiplin yang harus dijalaninya sebagai seorang elite. Kesadaran itu terkait dengan spesifikasi dasar untuk menjadi seorang elite.

Cara Mitsunari Mengatasi Rasa Kantuknya

Seperti malam-malam sebelumnya Mitsunari kembali keluar kamar karena kantuk tak tertahankan. Jarum jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Tugas presentasi kuliah buat besok pagi, serta tumpukan dokumen kantor yang harus dibereskan malam ini telah memaksanya untuk menunda tidurnya. Semua harus beres malam ini. Sialnya matanya tak tahan lagi untuk tidak terpejam.

Maka seperti yang biasa dilakukannya, Mitsunari keluar dari rumahnya sambil menenteng ransel dan berjalan menuju warung tenda yang berada hanya 300 meter dari rumahnya. Warung itu melekat pada pinggiran sebuah taman kecil di tengah pertigaan Jalan Eijkman. Taman berbentuk segitiga dengan panjang sisinya 20 meter itu pada dua sisinya dijejali deretan warung. Satu sisi yang lain berisi mobil-mobil yang diparkir. Mitsunari menuju salah satu warung yang menjadi langganannya.

Warung langganan Mitsunari menjual makanan standar kakilima. Pecel lele, sop kikil, soto ayam, bebek goreng dan ayam goreng. Mitsunari biasa memilih salah satu menu secara bergantian. Namun untuk malam ini yang hanya bertujuan mengusir kantuk, Mitsunari memesan kopi susu plus beberapa potong pisang goreng saja. Dia ngobrol barang 5-10 menit dengan Bapak yang melayani makan, baru kemudian menyingkir ke tempat duduk dari semen yang sekaligus berfungsi sebagai benteng pembatas taman.

Di bawah penerangan sinar lampu taman yang lumayan terang, Mitsunari meneruskan segala tetek bengek tugas kuliah dan kerjaan kantor di situ. Dikeluarkannya laptop dan buku-buku dari dalam tas, kemudian Mitsunari mulai beraksi membereskan tugasnya.

Anehnya saat mengerjakan tugas di warung ini Mitsunari berkurang jauh kantuknya. Mungkin karena pengaruh angin malam, mungkin juga karena obrolan orang-orang di warung yang membuatnya bersemangat mengerjakan tugas karena melihat orang lain juga terjaga. Sesekali diseruputnya kopi dan dicomotnya pisang goreng sebagai selingan. Satu dua kali dia ikutan nyeletuk menimpali obrolan yang tengah berlangsung seru di warung.

Biasanya pengunjung warung secara konstan datang dan pergi silih berganti. Jarang warung sampai kosong. Obrolan di sana pun bervariasi topiknya, tergantung selera pengunjungnya. Mitsunari tak ambil pusing dengan isi obrolan karena pikirannya tertuju paa tugas-tugasnya. Dia menyelesaikan semua tugas kuliah dan dokumen kantornya bersamaan dengan jam tutup warung. Pukul 3 pagi kala penjaga warung beres-beres warungnya, saat itulah biasanya pekerjaan Mitsunari juga sudah selesai.

Dongeng Sang Kancil dan Sekawanan Gajah

“Blusukkkk krik krik krik....byuuurrr!!!!” Sang Kancil tiba-tiba terperosok ke dalam sebuah sumur tua tatkala sedang berada di tepi hutan saat dalam perjalanan menuju Pantai Samas. Kabut masih tebal saat itu sehingga sumur tersebut tidak terlihat oleh Sang Kancil. Rupanya itu adalah sumur peninggalan Tarzan yang telah lama meninggalkan tempat itu untuk menjadi Tarzan Kota.



“Aduh biyuuungg, kakiku sakit buangeeet!” teriak Sang Kancil yang tubuhnya hanya kelihatan kepalanya karena terendam air -- sambil mulutnya nyengir-nyengir menahan sakit. Meskipun dirinya terjatuh di air, karena air sumur tak seberapa dalam maka kakinya terasa nyeri yang hebat akibat benturan. Lalu dengan terpincang-pincang Sang Kancil berenang menepi dan duduk di batu besar yang menyembul di tepi sumur.

Sang Kancil termenung memikirkan nasibnya. Sumur ini ada di tepi hutan. Jarang sekali ada binatang yang berani bepergian sampai ke tepi hutan. Paling-paling sekawanan Gajah yang sedang menjajaki rute baru, kawanan Babi Hutan yang hendak mencari jagung atau Serigala yang sedang mencari-cari makanan tambahan karena sudah bosan dengan makanan yang ada di dalam hutan. Itu artinya dirinya harus lama menunggu sampai ada binatang yang menemukan dirinya di dalam sumur.

Setelah tiga hari tiga malam terjebak, pada hari keempat barulah muncul sekawanan Babi Hutan yang melongok dari bibir sumur. Mereka kehausan dan sedang mencari-cari sumber air minum yang memang jarang ada di tepi hutan itu. Sang Kancil berteriak kegirangan melihat Babi Hutan.

“Woooiiii beib, bantu aku keluar dari sini duuuuuuung!!!” teriaknya sekuat tenaga.

Tapi alih-alih menolong Sang Kancil, para Babi Hutan malahan lari terbirit-birit mendengar suara menggelegar dari dasar sumur. Dikiranya ada monster penunggu sumur yang akan memakan mereka.

Sang Kancil kesal bukan main. Dianggapnya para Babi Hutan itu sungguh terlalu takut pada bayangan monster dalam pikiran mereka sendiri. Mereka terlalu percaya pada cerita-cerita monster sehingga apa saja yang aneh dan menakutkan langsung dianggap monster.

Puisi untuk Sahabat: Never Ending Friend














Di setiap hembusan nafasmu
bukan saja kurasakan
perhatian yang lembut,
namun juga pengorbanan,
kerelaan untuk mendengarkan.

Mendengarkan seakan aku bayi
yang baru belajar bicara
Mendengarkan seolah tak rela
satu huruf pun terlewatkan
Mendengarkan tanpa menghakimi,
sehingga aku berani
menjadi diri sendiri

Di kehangatan kata-kata riangmu,
tercium wangi serumpun melati
yang mekar di jiwamu.
Kata-kata yang membesarkan hati,
memperkokoh percaya diri,
dan membuat rasa takut pergi.
Kata-kata jelmaan seruling gembala
yang menggiring kerbau-kerbau rinduku
berduyun-duyun menuju kandangmu

Di balik keceriaan-mu terbayang
Samudera jiwa besar yang teduh
tempatku menentramkan diri
Samudera bening tempatku bercermin yang
tak pernah bosan mendorongku memperbaiki diri
Samudera yang setia menemaniku berlayar
di jalan lurus yang diridhai Ilahi (Undil)

gambar diambil dari logo www.google.co.id  9 Mei 2011 bertema hargreaves

Persahabatan Romo Wage dan Romo Sunu

Salah seorang sahabat yang sering disambangi Romo Wage adalah Romo Sunu. Nama lengkapnya Sunu Catur Gunawan Wibisono, seorang juragan bubur kacang hijau  (burjo) yang berjualan di pertigaan menuju Jalan Sukajadi. Di kiri kanan jalan tersebut terdapat banyak kios-kios kelontong dan pakaian yang terkenal harga barangnya murah sehingga selalu ramai dikunjungi pembeli.
 

Dampaknya warung burjo Romo Sunu juga selalu ramai dikunjungi pelanggan dan juga sopir-sopir angkot yang sedang ngetem cari penumpang di pertigaan Sukajadi.

Salah satu yang dikagumi Romo Wage pada diri Romo Sunu adalah keteraturan hidupnya. Romo Sunu selalu mulai berjualan pukul 9 pagi dan tutup pukul 3 sore, sesaat sebelum Ashar. Sehabis itu dia pulang ke Langgarnya dan menjadi imam Sholat Ashar di sana. Kemudian dia pergi ke kebun untuk menyiram sayuran-sayurannya.

Nanti pukul 5 dia sudah ada di langgar lagi untuk mengajar mengaji orang-orang tua hingga maghrib. Dilanjutkan dengan mengajar ngaji anak-anak kecil hingga Isya. Khusus untuk malam Jumat, Romo Sunu memberi pengajian umum yang diikuti oleh banyak sopir angkot yang rata-rata telah kenal baik dengan Romo Sunu.

Keistimewaan yang lain dari Romo Sunu adalah dia seorang pecinta buku, khususnya buku-buku agama. Menurut Romo Sunu, dia butuh selalu baca buku agar materi pengajiannya ada rujukan tertulisnya dan sesuai dengan kondisi masakini.

Di warung buburnya terdapat rak-rak buku yang berisi ratusan buku agama. Setiap hari, disela-sela waktu melayani pembeli dia menyempatkan diri membaca buku-buku tersebut. Awalnya sebagian besar bukunya berbahasa arab, oleh-oleh dari melanglang buana selama 10 tahun sejak lulus dari STM . Namun saat ini Romo Sunu sengaja membeli buku-buku berbahasa Indonesia agar bisa dipahami oleh teman-temannya yang sering pinjam buku untuk dibaca di rumah.

Biasanya setelah mencorat-coret bahan pengajian di kertas bekas, Romo Sunu akan mengetiknya di sebuah laptop kuno yang dibelinya saat masih menjadi awak kapal dagang. Setelah selesai diketik, tulisan itu dibagikan pada para peserta pengajian.

The Terrible Effects of Multitasking

I have read the exciting article about multitasking from a nice-catchy blog of wagenugraha. He offered one rhetoric-question at the beginning of the article. Have you ever experienced when you're doing a task then suddenly there was a disturbance, such as a sudden phone or another tasks that must be addressed immediately ?. Thereafter you feel pretty tiring due to a large energy is needs to return to the original task.


A few days ago, I got another interesting article on mutitasking from motherjones.com The article concerning habits of doing many tasks at one time. Kevin Drum, the writer, explain over multitasking habits of people in these days, e.g., some people contantly checking messages while they socializing with someone else.

Drum told a complaint from his friend, a professor of university. A half of his 60 student of general physics class sits in the back of the room on phone or laptop. The “good” students work on assigments for next classes, but the bad ones are busy with facebook comments.

There are convincing evidences that entrenched multitasking has a long lasting negative effects on cognitive function. According to medical-dictionary, cognitive function is an intellectual process by which one becomes aware of, perceives, or comprehends ideas. It involves all aspects of perception, thinking, reasoning, and remembering.

Clifford Nass, a psychologist from Stanford shown that multitaskers are bad at neither multitasking nor every individual one of the tasks. So, they not just bad at multitasking.

Actually Nass and his colleague were absolutely shocked with the result of the study. The multitaskers are terrible at every aspect of multitasking. They’re bad at passing irrelevant information, fail to keeping information nicely and well organized, and also awkward at switching from one task to another.

Don't Just Clever, It’s Not Enough

Dian and Doni had just graduated from university. Dian took the study of bacteria, while Doni the fungi. Both are willing to work hard and be ready to stay for months in the microbiology laboratory for completed the research.

They are smart students, but Dian’s academic achievement is much prominent than Doni. Dian is a student with a very brilliant academic achievement, and additionally her non-academic achievements are no less convincing.

Cum laude predicate and a wad of certificates of her non-academic achievement make almost all their friends be sure that Dian will steadily moving toward the professional work faster than Doni who his achievement was not so prominent.

However the reality is different with their friends prediction. Just less than a month Doni be accepted to work at a factory of papers. Doni also gets offering of jobs from several companies. Otherwise Dian have need of one year in waiting before gets a job in a little bank. She don’t get any offering of jobs from another companies.

Why?

Bikin Biopori Rame-rame di Acara HUT Serikat Pekerja

Inget tahun kemarin jadi panitia HUT himpunan karyawan #HUTSerikatPekerja

Pengen buat acara yang beda, lain daripada yang lain, bukan yang biasa-biasa saja. Juga tak ingin acara HUT jadi pengulangan acara tahun sebelumnya #HUTSerikatPekerja

Saat mencari-cari materi acara yang Okey untuk hari H perayaan -- terlintas pembuatan biopori rame-rame #HUTSerikatPekerja

Biopori adalah lubang di permukaan tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman satu meter #HUTSerikatPekerja

Biopori diisi sampah organik seperti daun-daunan dan sisa makanan. Sampah itu akan jadi makanan organisme tanah yang membuat lubang-lubang kecil di dinding lubang #HUTSerikatPekerja

Lubang-lubang kecil tersebut dinamakan biopori, dan berperan membantu mempercepat proses penyerapan air hujan ke tanah karena penyerapan bukan hanya vertikal tapi juga horizontal melalui biopori #HUTSerikatPekerja

Biopori bermanfaat mencegah banjir dan membantu memperbanyak cadangan air tanah karena air hujan tidak langsung terbuang ke sungai #HUTSerikatPekerja

Awalnya acara ini terlihat begitu mustahil terwujud #HUTSerikatPekerja

Harga bor biopori @ Rp. 175.000, biaya membeli bor biopori cukup besar karena jumlah karyawan banyak #HUTSerikatPekerja

Akira Kurosawa Film: Kagemusha

In a battle against the clan of enemy, Takeda Singen hit by a gunshot. Singen who was the ruler of the Kai Province had carried out from the battlefield. Before died -- the former candidate for the shogun who will controlled the whole country --ordering his men to kept secret of his death in order to avoid Kai Province being a target of enemies attack.

After the death of Singen, The Council of Kai Province secretly pick up a thief who his face similar to Singen as a fake Singen. The death of Singen will be concealed for 3 years, with the help of the duplicate who would pretend as a respected ruler of Kai Province.

The story have in the film titled Kagemusha which directed by Akira Kurosawa. Kagemusha take the story of the fate of Kai Province after the death of Takeda Singen as a background story.

Donny Irawady, Satpam 1001 Skills

Donny Irawady Laksana adalah seorang satpam di sebuah perumahan. Pekerjaan utama Donny adalah menjaga kemanan di blok 7 perumahan bersama tiga orang temannya. Selama ini Donny dan ketiga temannya dikenal ringan tangan, rela mengerjakan pekerjaan di luar tugas resminya. Mereka tidak hanya menjaga kemanan tetapi juga menjaga kondisi fasilitas umum dan kebersihan lingkungan.

Mereka tak segan mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di trotoar jalan, memastikan tukang sampah mengosongkan semua tempat sampah, membantu memotong pepohonan milik warga yang mulai rimbun, memperbaiki kerusakan kecil pada pagar milik warga, mengganti lampu jalan yang mati hingga mengantar warga yang mendadak sakit ke rumah sakit. Semua itu dilakukan tanpa imbalan. Karena perilaku mereka itulah maka warga sangat senang mempekerjakan Donny dan teman-temannya.

Walaupun tugas utamanya menjaga keamanan, ternyata Donny memiliki keahlian lain yang secara luas diketahui oleh warga.

Buku Islam Liberal 101: Mengenal Islam Liberal untuk Orang Awam


Ada buku bagus yang baru-baru ini terbit. Buku tersebut berjudul Islam Liberal 101. Kode 101 adalah kode yang biasa dipergunakan sebagai kode matakuliah dasar di perguruan tinggi. Jadi buku karya Akmal Syafril yang alumnus Sipil ITB ini cocok buat orang awam yang belum tahu tentang Islam Liberal. Bagi teman-teman yang ingin mengenal Islam Liberal lebih dalam dapat memilih buku ini sebagai referensi.

Apa Kabar Islam Liberal 101

Puisi Ulang Tahun: Bukan Hari Istimewa

Hari ini
Kutahu bukan hari istimewa buatmu,
tak ada yang kau persiapkan,
tak ada yang kau rayakan
untuk peringati hari lahirmu.
Aku tahu persis dirimu,
akan lakukan hal yang lain,
meneliti masa lalumu,
menimbang-nimbang pilihanmu,
merancang masa depanmu.
Doaku untukmu,
semoga tak ragu gapai cita-citamu,
semoga Allah meridhai langkahmu. 
(undil-2011)

Lirik Lagu Keren: D’Masiv Jangan Menyerah

Ketika sesuatu yang telah kita persiapkan sebaik-baiknya tiba-tiba berujung kegagalan karena hal-hal tak terduga. Saat sesuatu lepas dari tangan karena hal-hal yang berada di luar kemampuan kita. Kala sebuah kesalahan kecil membuat sesuatu yang sudah ada di depan mata tiba-tiba terbang menjauh meninggalkan kita. Ya sudahlah. Itu bukan rizki kita. Mudah-mudahan akan menjadi pelajaran yang akan membuat kita lebih baik dari sebelumnya.


D’Masiv Jangan Menyerah

tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
seakan hidup ini
tak ada artinya lagi

reff1:
syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik

tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

Fabel Kancil Mencuri Timun

Alkisah Sang Kancil yang baru saja diangkat jadi raja hutan kedatangan serombongan gajah yang bertamu sambil membawa anak mereka yang sakit. Semua tabib di hutan telah menyerah, tak mampu mengobati penyakitnya. Badan Si Ajah (Anak gaJah) demam, kepalanya pusing, perut mual dan tidak mau makan, mirip dengan penyakit meriang biasa tetapi tidak kunjung sembuh.




Setelah Sang Kancil memeriksa dengan seksama, tahulah dia bahwa si Ajah telah terserang typhus. Belum ada obat typhus yang dimiliki apotek hutan raya, sehingga hanya ada harapan kecil bagi Ajah untuk sembuh.

Namun sebenarnya ada peluang untuk sembuh, yaitu mendapatkan antibiotik yang telah ditemukan bangsa manusia bertahun-tahun silam.  Sang Kancil tahu ada beberapa keluarga petani yang menetap di pinggir hutan. Mungkin mereka memiliki persediaan antibiotik itu.

Tapi siapakah yang berani meminta antibiotik pada mereka?

Seperti yang diduga Sang Kancil, tak satupun gajah yang berani pergi ke rumah petani untuk meminta antibiotik. Termasuk Sang Gajah Ketua. Si Gajah raksasa paling besar diantara rombongan gajah itu gentar mendengar kata “manusia”. 

Dalam bayangannya, bila dia muncul di depan Pak Tani yang gagah perkasa itu, dia masih beruntung bila hanya ditangkap dan dijadikan kuli pengangkut barang. Kalo lagi sial, hidupnya bakalan berakhir di moncong senapan berburu yang sangat dahsyat itu. Andai di sini ada si biri-biri pemberani, pasti dia mau datang pada petani. Tapi biri-biri tinggal di kota, bukan di hutan ini.

Tidak pilihan lain bagi Sang Kancil selaku cendekiawan sekaligus pemimpin binatang-binatang di hutan raya selain datang sendiri ke rumah petani untuk meminta antibiotik. Maka pada pagi hari yang cerah, dengan diiringi lambaian tangan rakyatnya, Sang Kancil melangkahkan kakinya meninggalkan hutan raya menuju tanah pertanian di pinggir hutan dengan hanya membawa sedikit bekal makanan. Maklum dia sedang diet karena beberapa bulan ini tubuhnya terasa makin tambun saja.

Dengan bantuan peta yang dipinjam dari perpustakaan hutan raya, Sang Raja Hutan tahu jalan paling pendek menuju tanah pertanian. Hanya butuh waktu satu minggu sebelum Sang Kancil menginjakkan kakinya di tepi hutan, padahal bila tanpa bantuan peta bisa mencapai 1 bulan untuk sampai di pemukiman manusia. Wajarlah karena Sang Kancil adalah seorang raja yang suka melakukan inovasi agar segala sesuatunya semakin baik.   Samar-samar dilihatnya kebun tanaman luas membentang di hadapannya.

^_^  property http://duniashinichi.blogspot.com

Setelah melewati kebun kiwi, kebun alamanda, kebun bunga matahari, kebun rapunzel dan kebun lidah buaya, sampailah Sang Kancil di kebun timun yang berbuah lebat. Dipandanginya ratusan timun yang menjuntai dari batang-batang tanaman.

Timun-timun yang panjang dan gemuk, dengan warna hijau segar yang menerbitkan selera. Dilihatnya ada sesosok tubuh yang berdiri membelakangi dirinya. Disangkanya dia adalah Pak Tani.

Sang Kancil menyapa sesosok tubuh itu. Tapi dia diam saja. Sang Kancil mencoba menyapa dengan suara lebih keras, kemudian lebih keras lagi lalu sampai setengah berteriak. Tapi sosok itu masih diam saja. Sang Kancil mendekat dan mencoba menyentuh bahu sosok itu. Tapi celaka. Tangannya menempel pada sosok itu.

Saat tangan yang satunya mencoba membantu melepaskan, justru ikut menempel di sosok itu. Tahulah Sang Kancil bahwa dirinya telah terjebak pada orang-orangan sawah yang telah dilumuri getah nangka yang sangat lengket.

Dia pernah membaca tentang bahaya jebakan orang-orangan sawah itu di salah satu buku di perpustakaan hutan raya. Menurut buku itu seharusnya dirinya tak boleh dekat-dekat sosok mirip manusia itu, karena bisa terperangkap. Tapi terlambat, Kancil baru menyadari setelah terjebak.

Story of Sang Kancil and The Cockroach

One day Sang Kancil met a cockroach named Coro who complain about being hunted by Mr. Farmer in his farmhouse. As he sobbed, Coro said  that he ordered by his friends walked away into the forest solely to ask for advice from Sang Kancil who infamous of his wisdom.

"Hiks ... hiks Sang Kancil ....please help us!. Almost everiday we've been hunted by Mr. Farmer and his family in the kitchen, the sink and the dining room. Whereas we're just looking for food in there and not disturb them at all". Sang Kancil smiling and answer Coro’s questions with a short sentence.

"Come into forest’s library. Please read the books about the food of cockroaches, and the description of farmhouse. After finished those books, please you come back to me".

Dongeng SI Kancil Menolong Keluarga Kecoa yang Diburu Pak Tani


Suatu ketika Kancil bertemu dengan seekor kecoa yang mengadu karena dirinya selalu diburu petani di rumahnya karena dianggap mengganggu. Sambil menangis terisak-isak Si Kecoa menceritakan dirinya diutus teman-temannya berjalan jauh masuk ke dalam hutan semata-mata untuk minta petunjuk Sang Kancil yang tersohor sangat bijaksana.

“Hiks...hiks....begitulah Sang Kancil, aku selama ini diburu-buru oleh Pak Tani dan keluarganya tiap kali ada di dapur dan di ruang makan mereka. Padahal kami hanya mencari makan di sana, tidak berniat mengganggu sama sekali” . Sang Kancil tersenyum menenangkan hati Kecoa, lalu menjawab pertanyaan Kecoa dengan kalimat singkat.

“Masuklah ke perpustakaanku. Baca buku tentang biologi kecoa, lalu baca buku tentang rumah petani. Setelah itu datang lagi padaku”.

Begitulah akhirnya Si Kecoa selama satu minggu penuh ngendon di perpustakaan milik Sang Kancil untuk membaca buku-buku tentang kehidupan kecoa dan tentang rumah petani. Dia bekerja keras memahami dan mencatat point-point penting dari buku yang dibacanya. Kebetulan dia pernah diajar Sang Kancil tentang cara membaca dan memahami buku dengan cepat. Seminggu kemudian dia kembali menghadap Sang Kancil dengan muka muram.

“Wahai Sang Kancil yang bijaksana. Saya telah membaca buku-buku tentang kecoa dan tentang rumah petani di perpustakaanmu. Tapi aku tidak tahu apa gunanya bagiku?. Aku tidak paham bagaimana buku-buku itu bisa mengatasi masalahku sebagai sekelompok kecoa yang dikejar-kejar petani”. Sang Kancil lalu menjawab dengan sabar atas kegagalan Si Kecoa menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya.

“Tahukah kamu apakah yang suka dimakan kecoa?”

Uang Receh

Uang receh adalah uang yang nilainya relatif kecil. Uang kembalian pecahan lima ribu ke bawah kadang kita anggap akan merepotkan karena bikin penuh saku atau dompet. Buat  mereka yang tidak telaten dalam menyimpan uang receh lalu meletakkannya dimana saja, maka mereka akan mendapati uang receh bertumpuk dalam jumlah besar.

Bila uang receh kurang terurus maka dia akan ada dimana-mana. Ada yang di atas meja, di atas lemari, di saku jaket, di dalam tas atau bertumpuk di dalam laci. Uang receh dalam jumlah banyak tentu merepotkan saat kita ingin menggunakannya untuk membeli sesuatu yang nilainya besar. Segepok uang harus dibawa untuk membayarnya.

Namun kadang-kadang kita ingin memiliki uang receh karena kebutuhan tertentu yang bersifat rutin. Seperti bayar parkir atau naik angkot yang ingin kita bayar dengan uang pas. Hal itu saya alami saat ini. Setelah kuliah di UI Salemba, saya harus kuliah lagi di UI Cikini. Biasanya saya naik bajaj ke sana. Bayarnya antara tujuh hingga sepuluh ribu rupiah.

Kalau saya ingin bayar tujuh ribu, maka saya harus menyiapkan satu pecahan lima ribuan dan satu pecahan dua ribuan atau dua pecahan seribuan. Karenanya uang lima ribu dan dua ribu adalah pecahan favorit yang sangat saya butuhkan saat kuliah di UI pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu.

Uang pecahan yang saya dapat selama di Bandung dari hari Minggu hingga Rabu akan sangat berguna kala saya kuliah ke UI. Tentunya dengan kondisi seperti itu uang pecahan adalah kebutuhan bagi saya. Uang pecahan bukan lagi merepotkan tapi sangat berguna bagi saya. Bolak-balik kuliah dari Mikrobiologi Klinik UI Cikini ke UI Salemba, IHVCB (Institut of Human Virus and Cancer Biology) atau ke Eijkman (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman) sangat terfasilitasi dengan keberadaan uang pecahan untuk membayar bajaj.

Bila kita punya kebutuhan uang receh secara rutin, maka banyaknya uang receh yang kita terima tidak begitu bermasalah. Namun bila kita jarang butuh uang receh, maka ada potensi uang kita akan menumpuk dalam bentuk recehan. Tanpa kita sadari uang kita akan akan mengendap dalam bentuk recehan (Undil -Nopember 2010).