Pripun kabaripun Mbah
mugi-mugi panjenengan
tansah diberkahi samudayanipun
pun ugi garwa lan sedaya kaluwarga
tan kendat saking kasih sayang Ilahi
Ing dinten bahagia punika
kawula ngaturaken sugeng tanggap warsa
kanthi tulusing athi
Sumangga kita dunga dinonga
supados manah kita tansah lega lila
marang pepesthen Ilahi,
minangka kunci kabahagiaan sejati
Cerita pendek ringan bernuansa psikologi dan manajemen untuk teman minum teh
Rahasia Rumah Kos Romo Gatu
Jika kita bertandang ke rumah kos Romo Gatu tentu kita tidak segera bisa melihat
hal yang istimewa dari rumah kostnya selain tampak bersih dan halaman belakang
yang luas yang ditanami berbagai macam sayuran, terdapat kandang ayam, dan sebuah kolam
ikan besar di pinggirnya. Di bangunan
dua lantai itu terdapat kamar-kamar kos ukuran sedang, kamar tamu, ruang tengah
yang merangkap ruang makan dan sebuah ruang belajar besar yang dilengkapi
dengan meja-meja panjang. Tak jauh beda
dengan rumah kos biasa di wilayah itu, selain keberadaan ruang belajar yang luas.
Letaknya di pinggiran selatan Kota Jogja, rata-rata rumah disitu masih
memiliki halaman belakang yang luas. Walaupun di pinggiran kota namun letaknya
tidak terlalu jauh dari kampus dan terhitung lebih laku dibanding rumah kos
sekitarnya. Padahal harga yang ditawarkan juga sama saja dengan tempat kos lain
yang juga ada di sekitarnya.
Penyebabnya apa? Ternyata ada pada suasana yang dibangun lulusan sebuah pesantren di Jawa Timur ini. Suasana itu timbul
dari aturan-aturan yang diterapkan pemilik beberapa toko oleh-oleh di Jogja ini.
Romo Gatu memiliki aturan-aturan yang harus ditandatangani
seorang calon anak kos sebelum bisa diterima menjadi penghuni kos. Dia punya dua orang penjaga kos yang bertugas
menegakkan aturan-aturan itu. Para pelanggar aturan pastinya harus rela angkat kaki dari tempat kos itu. Diantara aturannya adalah semua penghuni kos pria
ini harus sholat berjamaah di mushola samping rumah.
Sehabis maghrib mereka harus
mengaji Al Quran sampai saat sholat Isya. Kemudian
pembersihan rumah digilir untuk semua penghuni kos, persis seperti tugas piket
anak SD jaman dulu. Mencuci baju juga tidak diperkenankan mempergunakan
pembantu, kecuali untuk urusan setrika baju, Romo Gatu menyediakan pembantu
untuk melakukannya.
Urusan memasak sudah ada koki yang menyediakan makan
malam sederhana, tapi urusan cuci piring harus dilakukan oleh penghuni kos
secara bergilir. Biasanya diantara anak-anak itu secara bergiliran menyumbang
lauk-pauk untuk melengkapi lauk pauk sederhana yang disediakan Romo Gatu.
Romo Gatu
hampir selalu bergabung makan malam dengan anak-anak kos dan mendiskusikan
hal-hal menarik, terutama tentang hal-hal yang menyangkut masa depan anak-anak
muda itu. Serunya kos di rumah Romo Gatu terletak pada makan malam ini. Anak-anak
kos jadi saling kenal dan mengerti latar belakang keluarga masing-masing serta
menjadi lebih akrab. Setelah akrab mereka
jadi tidak sungkan saling bantu dan merasa seperti memiliki keluarga sendiri di
perantauan.
Label:
cerita manajemen,
cerita pendek,
cerpen
Bagaimana Romo Wage Merubah Kebiasaan Kuliner Warga Jalan Komaruddin
Ketika tinggal sementara di rumah pamannya di Jalan Komarudin -- saat
ngumpul-ngumpul dengan para pemuda -- Romo Wage sering mendengar mereka membicarakan
tentang jajanan enak-enak yang baru saja mereka nikmati.
Rata-rata mereka
memiliki standar cita rasa yang sama. Jadi saat seseorang mengatakan bahwa bakso anu
enak, kemudian seorang yang lain mengatakan bakso ana yang enak, setelah lain hari mereka
ramai-ramai mencoba rasa kedua bakso tersebut,
maka mereka akan sepakat bakso mana yang lebih enak.
Pembicaraan akan lebih seru klo ada jajanan yang baru
buka di salah satu sudut kota. Si penemu jajanan itu akan dengan antusias
menggambarkan rasa jajanan yang baru saja dicobanya. Dari mulai racikan
bumbunya, hingga aksesories-aksesories penunjang makanan.
Jika makanan itu
berupa bakmi jawa, maka akan dinilai rasa kuahnya, lalu mienya dan ayamnya. Kemudian
menyusul dinilai aksesories seperti perkedel, kerupuk, tambahan brutu dan
uritan serta tak lupa minumannya. Dari hasil penilaian itu akan disimpulkan
apakah bakmi jawa tersebut layak dicoba atau tidak. Pendeknya warga Jalan Komaruddin
rata-rata memiliki bakat kuliner dan selera yang bagus tentang cita rasa makanan.
Romo Wage yang mengamati kebiasaan warga itu menjadi
tertarik untuk mendorongnya ke arah yang lebih bermanfaat. Jalan Komaruddin
adalah jalan utama yang sangat strategis di Jogja. Jalan peninggalan Belanda ini bagus dan
lebarnya sampai 10 meter sehingga kanan kirinya bisa dipakai untuk parkir. Udah
gitu gampang dicapai, tidak terlalu ramai dan rumah-rumah penduduk rata-rata
memiliki halaman depan yang lumayan luas.
Yang terpikir di benak Romo Wage adalah merubah kebiasaan
penduduk dari sekedar pecinta kuliner menjadi pelaku bisnis kuliner. Dengan
bekal pengetahuan mereka tentang cita rasa makanan dan lokasi rumah-rumah
penduduk yang strategis, maka tak ada alasan untuk tidak membuka bisnis
kuliner.
Saat Romo Wage mencetuskan ide tersebut di rapat warga, banyak pemuda
yang terhenyak. Selama ini kebanyakan mereka membayangkan bekerja di toko atau di kantor setamat sekolah. Bagi yang sekolah sampai universitas tentu
memimpikan kerja di Jakarta atau di luar negeri.
Yang tak kalah terhenyak adalah para orang tua yang
selama ini ikut pontang-panting mencarikan pekerjaan bagi anak-anak mereka yang
sudah lulus kuliah. Kebanyakan mereka serta merta mengatakan tidak ragu untuk
memberikan modal pada anak-anaknya. Hitung-hitung sambil menunggu dapat kerja.
Tentu saja ada juga yang pesimis dengan ide Romo Wage.
Penduduk Jalan Komaruddin tidak terbiasa menjadi wirausahawan kuliner. Sebagian
besar para orang tua bekerja sebagai dosen, pegawai negeri, dan
juga pemilik toko kelontong di sejumlah pasar. Sementara para anak muda banyak bekerja di
bengkel, percetakan, usaha fotokopi dan pemilik counter handphone di mal. Ide Romo Wage ini dengan cepat diterima oleh
para anak muda, terutama yang sudah selesai sekolah tetapi belum mendapat
pekerjaan.
Ada tiga puluh anak muda yang tertarik untuk berbisnis
kuliner. Romo Wage yang mengumpulkan mereka di rumah pamannya segera saja memberi
kursus kilat tentang bisnis kuliner kepada mereka. Kursusnya cuman 15 menit,
karena menurut Romo Wage bisnis kecil bisa dipelajari sambil jalan. Isi
kursusnya sederhana, bahwa mereka harus kerja keras, klo perlu mengurangi jam
tidur dan harus berdisiplin membelanjakan uang. Habis itu Romo Wage membagi
mereka menjadi enam kelompok, masing-masing diminta memilih makanan yang akan
dijual.
Seminggu kemudian anak-anak muda itu telah memutuskan
makanan yang akan dijual, ada enam jenis makanan sesuai dengan jumlah kelompok,
yaitu Bakso Malang, Batagor, Rawon, Sushi,
Bakmi Godhog dan Surabi. Modal bukan masalah buat mereka karena rata-rata orang
tua mereka mampu menyediakan modal yang dibutuhkan. Tinggal masalah cara
memasaknya. Walaupun mereka jago menilai makanan, mereka tidak berpengalaman
dalam meracik makanan. Karenanya Romo Wage sengaja mengundang ekspert untuk
masing-masing makanan.
Untuk Bakso Malang, Romo Wage mengundang temannya dari
Malang yang sudah terbiasa mengajari orang membuat Bakso. Kelompok yang akan
menjual Batagor diperkenalkan oleh Romo Wage dengan temannya dari Bandung yang
memiliki warung Batagor yang laris di Bandung.
Demikian juga dengan pembuatan Bakmi Godhog akan langsung diajari oleh suhunya bakmi dari Gunung Kidul, Rawon oleh Empu Rawon dari Ponorogo, Surabi oleh Tukang Surabi dari Solo dan pembuatan Sushi akan diajari oleh teman Romo Wage yang menjadi koki di hotel bintang lima di Bali. Semua ahli meracik makanan itu disewa Romo Wage selama dua minggu. Seminggu untuk mengajari meracik makanan dan seminggu lagi untuk mendampingi berjualan makanan.
Demikian juga dengan pembuatan Bakmi Godhog akan langsung diajari oleh suhunya bakmi dari Gunung Kidul, Rawon oleh Empu Rawon dari Ponorogo, Surabi oleh Tukang Surabi dari Solo dan pembuatan Sushi akan diajari oleh teman Romo Wage yang menjadi koki di hotel bintang lima di Bali. Semua ahli meracik makanan itu disewa Romo Wage selama dua minggu. Seminggu untuk mengajari meracik makanan dan seminggu lagi untuk mendampingi berjualan makanan.
Selama tujuh hari para anak muda itu belajar membuat
makanan di rumahnya. Dan mulai hari kedelapan hingga keempat belas mereka langsung praktek membuat makanan yang
hasilnya langsung dijual di cafe-cafe tenda yang dibangun di depan rumah
mereka. Awalnya finishing pembumbuan masih dilakukan oleh para expert, namun
setelah hari ketujuh para expert tinggal mengawasi saja sambil memberi petunjuk
bila bumbu-bumbu yang ditambahkan kurang pas.
Label:
cerita manajemen,
cerita pendek,
cerpen,
pengembangan diri
Cerita Anak: Beginilah Perang di Gaza
Pada suatu ketika, ada sebuah keluarga yang disebut Pal. Mereka tinggal di sebuah rumah yang panas dan berdebu, tetapi mereka suka, dan telah tinggal di sana selama lebih dari 2000 tahun. Kemudian satu hari, mereka kedatangan beberapa pengunjung.
"Kami adalah Keluarga Izzy," kata kepala keluarga yang baru datang.
"Kami akan pindah ke sini"
"Apa?" tanya Keluarga Pal. "Kalian tidak boleh pindah ke sini"
"Ya, kami boleh," kata Izzy. "Orang-orang itu berkata kami boleh
pindah ke sini" kata si pendatang baru sambil menunjuk ke sejumlah orang
bersenjata lengkap yang mendampingi mereka. Nama mereka adalah Usa dan Uk.
"Hai," kata yang besar.
"Saya di sini untuk memberitahu kalian bahwa Izzy dan keluarganya telah
menderita trauma menyedihkan. Mereka membutuhkan rumah baru"
"Saya setuju," ujar Pal.
"Tapi ini adalah rumah kami, dan ukurannya sangat kecil. Bagaimana jika
kalian saja yang memberikan sebagian ruangan di rumah kalian untuk mereka?
"
"Mereka ingin tinggal di sini, karena nenek moyang mereka tinggal di sini," kata Usa.
"Tetapi itu tidak adil," kata Keluarga Pal keberatan.
Terjadilah jalan buntu. Masyarakat
luas dipanggil untuk mengadili. Keluarga Izzy mengatakan bahwa masalah dapat
disimpulkan dalam sebuah pertanyaan sederhana:
"Apakah keluarga Izzy memiliki hak untuk hidup? Ya atau Tidak?"
Kemudian si raksasa Usa sangat menyetujuinya:
"Ya, kami menyatakan bahwa keluarga Izzy pasti memiliki hak untuk hidup"
"Tunggu dulu" kata salah seorang anggota Keluarga Pal.
"Persoalannya bukan Keluarga
Izzy memiliki hak untuk hidup. Namun apakah mereka memiliki hak untuk hidup di
rumah kami"
Usa tampak sangat terkejut.
"Keterlaluan! Kalian berkata
Keluarga Izzy tidak memiliki hak untuk hidup? Kalau begitu otomatis kalian
adalah Kelompok Teroris! Tukang Genocide!. Sekarang kalian dalam masalah
besar!"
Anggota keluarga Pal tidak tahu apa
yang bisa dilakukan. Mereka menyadari bahwa mereka perlu teman yang kuat juga.
Mereka membawa perkara ke pengadilan. Ketua hakim adalah seseorang bernama
Yuen, terkadang dilafalkan U.N.
Hakim Yuen berbicara ke banyak anggota
masyarakat, termasuk Ms Asia, Perancis, dan sebagainya. Mereka semua sepakat
apa yang dialami Keluarga Pal sangat tidak adil. Hakim Yuen mengeluarkan
beberapa keputusan untuk membuat situasi lebih adil. Tetapi Keluarga Izzy
mengabaikan keputusan itu, dan mereka didukung sepenuhnya oleh Usa.
Keluarga Izzy semakin besar, semakin
kuat, semakin kokoh dan semakin kaya. Sementara Keluarga Pal semakin miskin dan
semakin miskin. Tahun-tahun penuh ketidakadilan dan kesewenang-wenangan tidak
dapat dielakkan. Salah satu anggota Keluarga Pal adalah seorang lelaki bernama
Hamas. Dia tidak tahan lagi. Dia tidak mau tunduk dan mulai melawan.
Dalam pembalasan terhadap lelaki
itu, Keluarga Izzy melakukan serentetan tindak kekerasan secara besar-besaran terhadap Keluarga
Pal. "Tolong berhenti," ujar Keluarga Pal, setelah 900 anggota
keluarga mereka terbunuh.
Hakim Yuen dan sebagian besar anggota masyarakat internasional juga menyerukan Izzy menghentikan serangan.
Tapi anggota yang paling kuat dari
masyarakat internasional, yaitu Usa, berkata kepada Keluarga Izzy agar terus
melanjutkan pembantaian. Usa berkata bahwa segala kejadian mengerikan yang
terjadi pada Keluarga Pal adalah kesalahan mereka sendiri. "Keluarga Izzy
memiliki hak untuk hidup," kata Usa. "Dan dia mempunyai hak untuk
membela diri."
Kemudian mereka semua hidup dalam
kondisi menyedihkan secara berkepanjangan.
^_^
Sebuah cerita sedih bukan? Hanya ada satu cara agar cerita ini memiliki akhir yang berbeda.
Pemerintahan baru U.S perlu
mengingat kata-kata Abraham Lincoln, yang telah dilupakan oleh pemerintahan
yang lama: "Satu-satunya cara untuk membinasakan musuhmu: Buatlah dia
menjadi teman Anda" .
Ditulis oleh Nury Vittachi
Penulis adalah wartawan dan kolumnis.
diterjemahkan oleh undil dari the jakarta post
catatan:
USA: United States of America
UK: United Kingdom (Inggris)
U.N: United Nation (PBB)
Label:
cerita anak,
cerpen
Puisi Anak: Perang Suci di Gaza
Kala perang suci tak
terelakkan
musuh menyerang
dengan senjata tak terbilang
kalian bertempur
dengan senjata sekedarnya di tangan
Mereka berperang
dengan perut kenyang
Kalian sudah lama sekali
sulit menemukan makanan
Tapi perang kalian beda dengan mereka!
Bila mereka perang
untuk mendapatkan tanah jarahan
kalaupun mati, hanya mati demi materi
(hiks! sungguh kasihan Perang demi Materi)
Kalian bertempur demi kemerdekaan
Kalian berjuang mengakhiri penjajahan
Kalian ditemani ribuan malaikat bertasbih
Kalian dirindukan para penghuni langit
Kemenangan berarti kemerdekaan
Kematian-pun janji kemuliaan di alam keabadian
Mereka betempur penuh ketakutan
hati berkerut-kerut karena takut mati!
Kalian bertempur gagah berani, tidak takut mati!
Mereka sungguh ngeri dengan keberanian kalian
karena jiwa-jiwa mulia sungguh menakutkan
bagi jiwa-jiwa lemah yang berkerudung kegelapan
Bagi mereka kematian adalah jalan kehinaan
Mati demi sejumput tanah rampasan
sungguh kehinaan yang tak terlukiskan
musuh menyerang
dengan senjata tak terbilang
kalian bertempur
dengan senjata sekedarnya di tangan
Mereka berperang
dengan perut kenyang
Kalian sudah lama sekali
sulit menemukan makanan
Tapi perang kalian beda dengan mereka!
Bila mereka perang
untuk mendapatkan tanah jarahan
kalaupun mati, hanya mati demi materi
(hiks! sungguh kasihan Perang demi Materi)
Kalian bertempur demi kemerdekaan
Kalian berjuang mengakhiri penjajahan
Kalian ditemani ribuan malaikat bertasbih
Kalian dirindukan para penghuni langit
Kemenangan berarti kemerdekaan
Kematian-pun janji kemuliaan di alam keabadian
Mereka betempur penuh ketakutan
hati berkerut-kerut karena takut mati!
Kalian bertempur gagah berani, tidak takut mati!
Mereka sungguh ngeri dengan keberanian kalian
karena jiwa-jiwa mulia sungguh menakutkan
bagi jiwa-jiwa lemah yang berkerudung kegelapan
Bagi mereka kematian adalah jalan kehinaan
Mati demi sejumput tanah rampasan
sungguh kehinaan yang tak terlukiskan
Label:
puisi,
puisi anak
Cerpen Kebiasaan-kebiasaan Naida yang Menggemaskan
Seminggu sekali ketika penjual udang itu datang,
Naida sudah berdiri di depan pintu rumahnya, sebentar memeriksa udang-udang
dalam jala dan menanyakan harganya. Biasanya Naida selalu membayar lebih dari
yang ditawarkan si bapak dan orang itu akan membantu membersihkan udang di
pancuran depan rumah.
Begitulah rutinitas tiap minggu yang selalu dilakukan
Naida. Si Bapak adalah pencari udang dari sungai-sungai yang masih memiliki air
yang jernih yang masih banyak terdapat di sekeliling kota kecil ini. Bagi Si Bapak, Naida adalah konsumen
favoritnya. Hanya Naida yang mau membeli udangnya dengan harga mahal dan
menjadi tumpuan penghasilan untuk hari-hari dimana udangnya tidak laku.
Kebiasan lain Naida adalah membeli koran duaribuan dengan
harga lima ribu dari seorang perempuan penjaja koran di perempatan dekat
kantornya. Biasanya si Mbak yang sudah hapal dengan mobil Naida mengulurkan
korannya dan Naida memberikan uang lima ribu rupiah walaupun harga koran
tersebut hanya dua ribu rupiah. Tentu saja hal itu membuat kehadiran Naida dinanti-nanti
setiap hari kerja oleh Si Mbak. Walaupun hanya tiga ribu perak, kelebihan uang itu membuat dirinya merasa ada yang memperhatikan.
O-ya ada kebiasaan unik lain yang rutin dilakukan Naida.
Setiap hari jam 6.15 selama 10 menit dia nongkrong di halte bis di pintu keluar
kompleks perumahannya. Ada banyak teman kerjanya yang tinggal di perumahan yang
sama dengan Naida. Sebagian besar naik
kendaraan sendiri, namun ada juga yang rutin naik angkutan umum walaupun harus
beberapa kali ganti.
Biasanya dengan nongkrong 10 menit itu ada saja temannya yang kebawa bersama mobilnya. Lumayanlah bisa jadi teman ngobrol selama perjalanan. Penumpang favoritnya adalah Si Ucil yang memiliki perbendaharaan ratusan cerita menarik berkat kegemarannya berpetualang ke pulau-pulau terpencil di seluruh penjuru nusantara.
Biasanya dengan nongkrong 10 menit itu ada saja temannya yang kebawa bersama mobilnya. Lumayanlah bisa jadi teman ngobrol selama perjalanan. Penumpang favoritnya adalah Si Ucil yang memiliki perbendaharaan ratusan cerita menarik berkat kegemarannya berpetualang ke pulau-pulau terpencil di seluruh penjuru nusantara.
Kebiasaan lain yang gak pernah ditinggalkan Naida adalah menyambangi
tukang gorengan yang buka lapak di depan Plaza seratus meter dari kantor.
Biasanya Naida memperlambat mobilnya, Si tukang gorengan buru-buru mendekati
mobil Naida sambil mengulurkan bungkusan gorengan dan menerima uang dua puluh
ribuan dari Naida. Sudah otomatis karena Naida selalu membeli gorengan di hari
kerja untuk dimakan bersama teman-temannya di kantor.Walaupun kadang buntutnya gorengan
Naida jadi bahan candaan sebagai tertuduh utama kalau hasil general checkup temannya menunjukkan kadar
kolesterol yang tinggi.
Kalo di kantor lagi ada bonus yang biasanya dibagikan 10
kali dalam setahun, maka empat karton pizza big size adalah makanan yang rutin
dibeli Naida untuk dimakan ramai-ramai di kantor. Uniknya Naida selalu memesan Pizza
dari vendor yang berbeda. Terkadang dari
toko-toko besar kaya Papa Ron, tetapi lebih seringnya dari tukang pizza rumahan
atau dari ibu-ibu yang sedang memulai usaha menjual pizza.
Berkat tantenya yang mejadi ketua asosiasi katering di kota ini, maka Naida selalu mendapatkan info tukang pizza yang enak yang ada di seantero kota. Acara makan pizza Naida ini adalah acara yang sangat ditunggu-tunggu teman-teman Naida karena memberi inspirasi tempat-tempat menjual pizza yang enak.
Berkat tantenya yang mejadi ketua asosiasi katering di kota ini, maka Naida selalu mendapatkan info tukang pizza yang enak yang ada di seantero kota. Acara makan pizza Naida ini adalah acara yang sangat ditunggu-tunggu teman-teman Naida karena memberi inspirasi tempat-tempat menjual pizza yang enak.
Naida juga gemar membeli mainan anak-anak yang ditawarkan
penjaja di lampu merah. Entah kenapa mainan murah itu selalu saja menarik buat
Naida. Tentunya bukan untuk dirinya sendiri. Biasanya diberikan pada anak-anak
tetangga sekitar rumah Naida atau pada
keponakan-keponakannya. Makanya Naida adalah tante paling favorit buat para keponakannya
karena mainan-mainan yang sering dibagikan itu. Yah, buat anak-anak mainan harga
murah atau mahal tidak ada bedanya.
Buku adalah kegemaran lain Naida. Uniknya dia tidak
pernah menyimpan buku lama-lama. Biasanya begitu selesai dibaca, Naida mencatat
hal-hal yang menarik dari buku yang sudah dibacanya tersebut lalu memberikan
pada teman-temannya. Naida hanya menyediakan rak untuk menyimpan dua ratus buku
di rumah. Jika dia membeli buku baru maka harus ada buku lama yang diberikan
kepada teman-temannya. Kadangkala temannya ada yang sudah booking buku yang
baru saja dibeli Naida. Jika nanti Naida sudah selesai baca maka buku itu akan
beralih ke tangan temannya.
Kadang-kadang Naida tidak langsung melepas buku yang
sudah selesai dibaca karena masih ingin membaca ulang. Jadi baru dua atau tiga
bulan kemudian buku itu dikeluarkan oleh
Naida. Aliran buku-buku Naida ini sangat dinanti oleh teman-temannya, terutama
karena Naida sangat jago memilih buku-buku yang berkualitas. Bagi Naida sendiri
kebiasaan itu membuat dirinya tidak dipusingkan dengan urusan mencari tempat
menyimpan buku-bukunya.
Kebiasaan lain yang tidak bisa ditinggalkan Naida adalah
mengajar mengaji anak-anak tetangga. Dulu waktu Naida masih tinggal bersama
Bapak Ibunya dia mengajar di masjid samping rumahnya. Namun setelah tinggal di
rumah sendiri, Naida lebih sering mengundang anak-anak mengaji dirumahnya. Kini
Naida bukan hanya mengajar mengaji, tapi juga mengajar anak-anak itu untuk
menghapal surat-surat dalam Al Quran.
Bagi Naida kedatangan anak-anak untuk mengaji adalah kebutuhan
dirinya, bukan hanya kebutuhan anak-anak itu. Ruang tengah tempat anak-anak itu mengaji
serasa menjadi bercahaya terang benderang di hati Naida. Alunan suara Al Quran
yang dilantunkan anak-anak itu menyebarkan rasa tentram dan damai di dada Naida.
^_^
Ketika Naida harus menjalani pelatihan 6 bulan di Iwate,
Jepang, ketidakhadiran Naida menjadi kehilangan besar bagi banyak orang.
Mulai dari Tukang Udang, sahabat-sahabatnya di kantor, tukang koran sampai anak-anak
tetangga merasa rindu atas kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan Naida (undil-2012).
Label:
cerita pendek,
cerpen
Subscribe to:
Posts (Atom)