Hari-hari padat penumpang membuat Shinichi Kudo dan Hattori yang hendak ke kota lain untuk menghadiri pernikahan sepupu Shinichi, hanya kebagian tiket kereta untuk 2 kursi paling belakang, dekat toilet.
Sialnya lagi nomor tersebut telah diisi oleh 2 orang lelaki empat puluhan tahun yang menolak memberikan tempat duduknya karena merasa membayar harga yang sama dengan Shinichi. Padahal tiket mereka adalah tiket berdiri. Setelah sempat ribut selama lebih dari seperempat jam --- karena malu menjadi tontonan penumpang lain --- Shinichi dan Hattori mengalah duduk di lantai gerbong, bersama penumpang lain yang hanya mengantongi tiket berdiri..
“Loisel adalah seorang perempuan muda, menawan, yang hidup di sebuah keluarga sederhana” Hattori tiba-tiba bicara dengan suara keras. Beberapa penumpang menoleh dan memperhatikan Hattori.
“Pada suatu hari suaminya yang pegawai negeri pulang sambil menunjukkan undangan resepsi dari salah seorang menteri. Si Loisel yang ingin menjadi bintang di sebuah resepsi --- yang jarang diikutinya --- berhasil membujuk suaminya untuk membeli sebuah gaun mewah dengan uang tabungan. Bahkan dia berhasil meminjam kalung mutiara dari sahabatnya untuk melengkapi penampilannya. Untunglah semua pengorbanan mereka terbayar lunas seiring tampilnya Loisel sebagai bintang resepsi yang dikagumi semua orang”. lanjut Hattori.
Sejenak kemudian Shinichi tertawa geli setelah menyadari bahwa Hattori sengaja bercerita dengan suara yang keras untuk mengundang penumpang lain mendekatinya. Rupanya dia ingin melupakan kekesalannya dengan cara menghibur para penumpang.
“Sepulang dari pesta, Loisel dan suaminya baru menyadari bahwa kalung pinjaman hilang. Karena dicari kemana-mana – si kalung tidak juga ketemu – maka diputuskan mereka akan bertanggung jawab. Ternyata harga kalung permata adalah 36 000 franc, sementara dia punya warisan dari ayahnya sebanyak 18 000 franc, terpaksalah Loisel meminjam sisanya.
Sejak hari itu Loisel dan suaminya harus bekerja keras membanting tulang dan berhemat untuk melunasi hutang-hutangnya yang berbunga tinggi. Sepuluh tahun kemudian hutang mereka lunas. Namun penderitaan telah merubah penampilan Loisel yang anggun menjadi Loisel yang acak-acakan & pemarah” Hattori melanjutkan ceritanya dengan penuh semangat setelah melihat semakin banyak penumpang yang antusias mengerumuninya. Mimik kesal telah lenyap dari wajahnya, bahkan Hattori seperti ayam habis bertelur yang menularkan “kotek-kotek kegembiraan” pada para pendengarnya.
“Sampai di suatu hari Loisel bertemu dengan sahabat yang pernah meminjamkan kalung kepadanya. Si sahabat heran melihat perubahan Loisel. Setelah diceritakan penyebabnya dia kaget sekali. Karena kalung yang pernah dipinjamkan pada Loisel hanyalah kalung imitasi yang harganya tak lebih dari 500 franc” Hattori menutup ceritanya dengan sebuah senyum lebar. Terdengar suara belasan orang bergumam mengasihani kemalangan Loisel. Beberapa ibu-ibu menggerutu dan menyalahkan Loisel yang ingin tampil melebihi kemampuannya.
^_^
Setengah jam kemudian --- setelah semua pendengarnya puas mengomentari nasib Loisel --- Hattori kembali meluncurkan sebuah cerita baru. Kali ini tentang seorang istri yang gagal membujuk suaminya untuk memasang pemanas ruangan untuk menghangatkan rumah di musim dingin.
Dalam rangka menaklukkan hati suaminya --- si istri diam-diam bergulung-gulung di salju hingga jatuh sakit --- dengan harapan si suami mengira istrinya sakit karena tidak ada pemanas di rumah. Walaupun akhirnya dia mendapat apa yang diinginkan, namun sang istri benar-benar sakit berat dan membuat dokter angkat tangan tak sanggup mengobatinya.
^_^
Sepanjang malam Shinichi terkagum-kagum melihat kemampuan Hattori membalik situasi dongkol karena kehilangan kursi, menjadi kesenangan memukau penumpang kereta dengan cerita-cerita yang mengalir lancar dari mulutnya, seakan dia mengalami sendiri peristiwanya.
Padahal semua bahan cerita berasal buku terjemahan kumpulan cerpen Guy de Maupassant terbitan Obor --- yang baru tadi siang dibelinya. Hebatnya lagi Hattori mampu membawakan cerita seolah-olah tokoh-tokoh cerita hidup dan hadir diantara mereka. Kepiawaian sastrawan Perancis tersebut dalam mengupas sifat-sifat manusia dengan contoh-contoh yang ekstrim --- nampak begitu nyata --- setelah karyanya meluncur lewat mulut Hattori (undil)
Sialnya lagi nomor tersebut telah diisi oleh 2 orang lelaki empat puluhan tahun yang menolak memberikan tempat duduknya karena merasa membayar harga yang sama dengan Shinichi. Padahal tiket mereka adalah tiket berdiri. Setelah sempat ribut selama lebih dari seperempat jam --- karena malu menjadi tontonan penumpang lain --- Shinichi dan Hattori mengalah duduk di lantai gerbong, bersama penumpang lain yang hanya mengantongi tiket berdiri..
“Loisel adalah seorang perempuan muda, menawan, yang hidup di sebuah keluarga sederhana” Hattori tiba-tiba bicara dengan suara keras. Beberapa penumpang menoleh dan memperhatikan Hattori.
“Pada suatu hari suaminya yang pegawai negeri pulang sambil menunjukkan undangan resepsi dari salah seorang menteri. Si Loisel yang ingin menjadi bintang di sebuah resepsi --- yang jarang diikutinya --- berhasil membujuk suaminya untuk membeli sebuah gaun mewah dengan uang tabungan. Bahkan dia berhasil meminjam kalung mutiara dari sahabatnya untuk melengkapi penampilannya. Untunglah semua pengorbanan mereka terbayar lunas seiring tampilnya Loisel sebagai bintang resepsi yang dikagumi semua orang”. lanjut Hattori.
Sejenak kemudian Shinichi tertawa geli setelah menyadari bahwa Hattori sengaja bercerita dengan suara yang keras untuk mengundang penumpang lain mendekatinya. Rupanya dia ingin melupakan kekesalannya dengan cara menghibur para penumpang.
“Sepulang dari pesta, Loisel dan suaminya baru menyadari bahwa kalung pinjaman hilang. Karena dicari kemana-mana – si kalung tidak juga ketemu – maka diputuskan mereka akan bertanggung jawab. Ternyata harga kalung permata adalah 36 000 franc, sementara dia punya warisan dari ayahnya sebanyak 18 000 franc, terpaksalah Loisel meminjam sisanya.
Sejak hari itu Loisel dan suaminya harus bekerja keras membanting tulang dan berhemat untuk melunasi hutang-hutangnya yang berbunga tinggi. Sepuluh tahun kemudian hutang mereka lunas. Namun penderitaan telah merubah penampilan Loisel yang anggun menjadi Loisel yang acak-acakan & pemarah” Hattori melanjutkan ceritanya dengan penuh semangat setelah melihat semakin banyak penumpang yang antusias mengerumuninya. Mimik kesal telah lenyap dari wajahnya, bahkan Hattori seperti ayam habis bertelur yang menularkan “kotek-kotek kegembiraan” pada para pendengarnya.
“Sampai di suatu hari Loisel bertemu dengan sahabat yang pernah meminjamkan kalung kepadanya. Si sahabat heran melihat perubahan Loisel. Setelah diceritakan penyebabnya dia kaget sekali. Karena kalung yang pernah dipinjamkan pada Loisel hanyalah kalung imitasi yang harganya tak lebih dari 500 franc” Hattori menutup ceritanya dengan sebuah senyum lebar. Terdengar suara belasan orang bergumam mengasihani kemalangan Loisel. Beberapa ibu-ibu menggerutu dan menyalahkan Loisel yang ingin tampil melebihi kemampuannya.
^_^
Setengah jam kemudian --- setelah semua pendengarnya puas mengomentari nasib Loisel --- Hattori kembali meluncurkan sebuah cerita baru. Kali ini tentang seorang istri yang gagal membujuk suaminya untuk memasang pemanas ruangan untuk menghangatkan rumah di musim dingin.
Dalam rangka menaklukkan hati suaminya --- si istri diam-diam bergulung-gulung di salju hingga jatuh sakit --- dengan harapan si suami mengira istrinya sakit karena tidak ada pemanas di rumah. Walaupun akhirnya dia mendapat apa yang diinginkan, namun sang istri benar-benar sakit berat dan membuat dokter angkat tangan tak sanggup mengobatinya.
^_^
Sepanjang malam Shinichi terkagum-kagum melihat kemampuan Hattori membalik situasi dongkol karena kehilangan kursi, menjadi kesenangan memukau penumpang kereta dengan cerita-cerita yang mengalir lancar dari mulutnya, seakan dia mengalami sendiri peristiwanya.
Padahal semua bahan cerita berasal buku terjemahan kumpulan cerpen Guy de Maupassant terbitan Obor --- yang baru tadi siang dibelinya. Hebatnya lagi Hattori mampu membawakan cerita seolah-olah tokoh-tokoh cerita hidup dan hadir diantara mereka. Kepiawaian sastrawan Perancis tersebut dalam mengupas sifat-sifat manusia dengan contoh-contoh yang ekstrim --- nampak begitu nyata --- setelah karyanya meluncur lewat mulut Hattori (undil)