Awalnya Ayumi Kawabata kerap kali uring-uringan atas ulah teman-temannya di ruang kerja. Secara dirinya itu biangnya tertib dan sanitatis maka amarahnya suka meledak bila melihat orang melakukan perbuatan-perbuatan yang menurutnya tidak tertib.
Catatan merah itu berawal dari gelas plastik. Gelas plastik bekas minum aqua seringkali dibiarkan tergeletak dimana-mana. Bahkan dibiarkan berada di bawah kran dispenser tempat menuangkan air minum sehingga mengganggu orang-orang yang akan menggunakan dispenser.
Belum lagi soal bolpoin, kalkulator dan penggaris dari meja Ayu yang seringkali dipinjam lalu tidak dikembalikan ke tempat semula. Akibatnya saat Ayu membutuhkannya jadi kelabakan mencari kemana-kemana. Dus waktunya banyak terbuang hanya untuk mencari benda-benda yang seharusnya tetap berada di tempatnya.
Ditambah lagi kertas-kertas bekas mencetak draft dokumen yang dibiarkan memenuhi meja komputer dan mengakibatkan meja komputer tertutup oleh timbunan kertas bekas. Dengan sendirinya meja komputer tidak pernah dibersihkan sehingga baik komputer maupun mejanya tebal oleh tumpukan debu. Ayu suka pusing melihat barang-barang berdaki tebal beredar di kantornya.
Gagal dengan segala celotehnya untuk “memperbaiki” kelakuan teman-temannya membuat Ayu bete. Kebeteannya terus dibawa kemana-mana hingga suatu hari saat dia bertamu ke temannya di bagian lain dilihatnya bolpoin temannya diikat pada meja. Ketika ditanya alasannya, si teman hanya tersenyum dan mengatakan tak ada cara lebih baik yang ditemukannya untuk mencegah bolpoin berpindah tempat selain mengikatnya.
Sepulang dari tempat temannya Ayu segera meniru langkah-langkah temannya. Dipikirnya bahwa sulit untuk merubah orang lain, maka lebih baik dirinya saja yang merubah “sistem” sehingga berjalan sesuai keinginannya.
Pertama diikatnya bolpoin dan kalkulator di meja kerjanya sehingga orang yang pinjem tak bisa membawanya kemana-mana. Kemudian dia memutuskan tidak lagi menyediakan gelas plastik untuk minum. Jadi orang yang hendak minum cukuplah menggunakan gelas mereka sendiri. Dengan demikian tidak ada lagi cerita orang meninggalkan gelas plastik bekas dimana-mana.
Untuk menghindari tumpukan kertas bekas di komputer, Ayu memisahkan letak printer dengan komputer. Jika pada awalnya semua komputer dilengkapi printer, kini hanya disediakan 2 printer di meja khusus. Semua orang mencetak dokumen ke printer-printer tersebut sehingga tidak ada cerita kertas bekas dibiarkan teronggok di komputer masing-masing. Tiap Jumat sore petugas cleaning service telah dipesan untuk membersihkan semua komputer dari debu.
Menurut Andrew Matthews dalam Bukunya Happiness Now sungguh sulit untuk merubah sifat-sifat orang. Cara yang lebih realistis adalah merubah diri kita agar tidak kecewa dengan perilaku orang yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Cara lain adalah dengan membuat sistem yang “memaksa” atau sistem yang “tidak memberi kesempatan” orang untuk menyimpang dari peraturan (undil 19 mei 08)
Bacaan:
Andrew Matthews, 2007, Happiness Now (Bahagia Sekarang, diterjemahkan oleh Lyndon Saputra, Alvin Saputra), Karisma Publishing Group, Jakarta.