Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung



Suatu ketika Kancil sedang bercengkrama dengan kawanan semut. Dia meloncat-loncat di sepanjang parit kecil yang dialiri air yang jernih, sementara para semut berlari-lari di pinggir parit sambil menari dan menyanyi. Sebagian semut yang lain berlayar dengan perahu daun-daunan di belakang Sang Kancil.

Ketika para semut melihat segerombol buah apel merah menjulur ke sungai, mereka berteriak-teriak pada Sang Kancil untuk memetiknya.

Maka Sang Kancil dengan gesit melompat dan menyundul apel-apel itu hingga jatuh ke parit, lalu mendorongnya dengan kaki ke tepian. Tak berapa lama kemudian para semut merubungi apel-apel tersebut dan mulai memotongnya menjadi potongan kecil-kecil. Sebagian dipanggul, sebagian lagi diangkut ke atas perahu daun. Begitulah acara bermain dihentikan sejenak setelah mereka menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati apel.

Namun saat para semut sedang berpesta apel, tiba-tiba muncul binatang melata yang merayap cepat dan Happp!!! menangkap potongan apel yang paling besar dengan lidahnya lalu cepat-cepat kabur.

“Waaahhh ada pencuri! Pencuri! Pencuri!” teriak para semut dengan kagetnya

Kancil yang sedang enak-enak berjemur mengeringkan tubuhnya sambil menikmati manisnya buah apel jadi kaget. Kemudian setelah tahu apa yang telah terjadi maklumlah dia. Rupanya ada cicak badung yang berulah menyerobot potongan apel yang di bawa para semut.

Setelah berpikir sejenak, Si Kancil yang sangat bijaksana ini membisikkan suatu rencana pada para semut. Sontak setelah mendengar kata-kata yang dibisikkan, para semut serentak tertawa terpingkal-pingkal.

Sang Kancil melompat ke semak-semak dan sebentar kemudian kembali dengan membawa segenggam buah kecil berwarna merah. Para semut membawa potongan buah merah itu sambil sebentar-sebentar berhenti karena tak kuat menahan tawa. Rupanya para semut menganggap rencana mereka benar-benar sangat lucu.

Pesta dimulai lagi, para semut kembali makan apel yang telah dipotong kecil-kecil. Buah merah pemberian Sang Kancil sengaja diletakkan di pinggir dan tidak dijaga oleh para semut. Mereka tertawa-tertiwi, bergandengan tangan, menari-nari sambil sebentar-sebentar melirik ke tumpukan buah merah. Ada juga yang menyanyi dengan syair lagu yang lucu-lucu.

Buah merah,
Buah merah
Enak sekali
Jangan lupa kawan
yang paling manis
taruh di pinggir
buat dimakan nanti
Tralala trilili

^_^

Disaat para semut sedang berpesta, tiba-tiba Cicak kembali datang dan langsung menangkap buah-buah merah yang diletakkan di pinggir lalu kabur. Anehnya bukannya marah, tapi para semut malahan tertawa terpingkal-pingkal melihat Cicak membawa lari buah-buah itu. Terdengar suara tawa para semut riuh rendah mentertawakan Cicak yang lari sambil menggondol buah merah.

Cicak yang tengah berlari itu jadi bertanya-tanya mengapa para semut tertawa terbahak-bahak melihat dia mencuri buah merah. Kemudian dicicipinya buah merah itu, mmm rasanya manis dan enak. Tak terasa beberapa saat kemudian dia sudah tertidur kekenyangan dan lupa dengan pertanyaan yang timbul dalam benaknya.

Saat terbangun si Cicak penasaran dengan tawa para semut. Maka dia kembali ke pinggir sungai dan mengintip ingin tahu apa yang aneh dengan para semut. Dilihatnya Sang Kancil sedang dikerumuni para semut sambil berbicara sesuatu.

“Jadi buah merah tadi bukan cabe yah???. Percuma dong kita gagal memberi pelajaran pada si pencuri” kata seekor semut paling besar mewakili teman-temannya.

Rupanya para semut tertawa terpingkal-pingkal karena menyangka buah yang mereka letakkan di pinggir adalah cabe, sehingga si pencuri akan kepedasan saat memakannya. Saat tahu buah merah itu bukan cabe mereka jadi kecewa.

“Kalian terlalu tulus untuk bisa menjebak orang lain. Kalian tak bisa menahan tawa terpingkal-pingkal mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri akan curiga dan meneliti buah yang dicurinya. Saat tahu itu cabe, dia tidak akan memakan dan akan kembali untuk mencuri buah lainnya. Jadi aku ganti saja dengan buah strawberry yang banyak di sekitar sini. Biar saja dia kenyang, ntar tidak akan mengganggu kita lagi” kata Kancil

Para semut saling berpandang-pandangan dan mengakui bahwa mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Pastilah si pencuri mendengar tawa itu dan jadi curiga. Para semut memang tidak bisa berpura-pura, mereka selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata.

“Pencurinya adalah si Cicak kecil yang bandel. Biarlah nanti aku datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry dan sedikit nasehat. Biar dia tidak mencuri lagi” kata Si Kancil.

Cicak kecil meneteskan air mata mendengar semua kata-kata Si Kancil. Rupanya Sang Kancil mengganti cabe dengan apel bukan saja karena para semut tidak bisa menahan tawa, tapi juga karena dia sayang pada Cicak kecil. Buktinya Sang Kancil akan datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry. Diam-diam Cicak kecil merasa dirinya telah melakukan perbuatan hina dina pada makhluk-makhluk yang baik hati (Undil – 2010).


gambar diambil dari: downloadcheapapp


Puisi Pernikahan buat Catur dan Wening

Seandainya kamu punya kesempatan
merubah batu-batu menjadi permata,
membuat nilai-nilai ujianmu jadi A semua,
menyelesaikan tugas akhirmu sekejap mata,
memenuhi hari-harimu dengan hujan keberhasilan,
meraih cinta dan persahabatan dari sejuta manusia

ITU SEMUA TIDAK ADA ARTINYA!

Dibanding kesempatan yang kau genggam saat ini
Untuk meletakkan hatimu di dalam hatinya,
agar dapat merasakan apa yang dirasakannya.
Untuk memadukan keinginanmu dan keinginannya,
agar serasi dalam keteguhan menempuh jalan suci-Nya.
Untuk memuliakan dan membimbingnya,
agar bersama meraih ridha-Nya,
demi kebahagiaan sejati di dunia,
demi KEABADIAN cinta di SURGA.

Puisi pernikahan dedicated to
Catur Gunawan Wibisono dan Wening Pusparini

Semoga menjadi keluarga Sakinah



Additional:
Lirik lagu berikut ini diambil dari Wening dan Catur Wedding Website
Bila ingin memberi ucapan selamat, bisa disampaikan melalui buku tamu website

TEMAN SEJATI -Brothers
Selama ini Kumencari-cari
Teman yang sejati
Buat menemani Perjuangan suci

Bersyukur kini PadaMu Illahi
Teman yang dicari
Selama ini Telah kutemui

Dengannya di sisi
Perjuangan ini
Senang diharungi
Bertambah murni
Kasih Illahi

KepadaMu Allah
Kupanjatkan doa
Agar berkekalan
Kasih sayang kita

Kepadamu teman
Ku pohon sokongan
Pengorbanan dan pengertian
Telah kuungkapkan
Segala-galanya...

KepadaMu Allah
Kupohon restu
Agar kita kekal bersatu
Kepadamu teman
Teruskan perjuangan
Pengorbanan dan kesetiaan
Telah kuungkapkan
Segala-galanya
Itulah tandanya
Kejujuran kita

Listen Teman Sejati -BROTHER


DINDA -Gradasi
Engkau sambut pagi
Dengan senyum ceria yang menawan
Mengantarkan daku pergi
Meraih mimpi ….kita
Andai ku bisa
Membuat diriku menjadi dua
Kutinggalkan yang satunya
Tuk temanimu…cinta duhai permataku

Reff:
Dinda…Sejuta pesonamu hadir dalam jiwa
Dinda…Senyummu mampu membuatku tak mengeluh
Dinda…Binar bola matamu terangi hariku
Dinda…Ketenangan bagai telaga yang kau berikan

Ketika ku pulang
Dibawah naungan lembayung senja
Kau berhias menantiku
Bertabur rindu …kita

Listen - Dinda Gradasi


Theme Song selengkapnya bisa diakses di catur

Cerita Lucu Bahasa Sunda: Sato Dugem dan Jadi Sapuluh Lambar

Berikut ini adalah dua bobodoran sunda, humor lucu bahasa sunda yang saya cuplik dari Majalah Cakakak Nomor 6 tahun 2010. Ada banyak cerita lucu di majalah humor basa sunda seharga Rp. 12.500 tersebut, dan cerita lucu berjudul Sato Dugem dan Jadi Sapuluh Lembar menurut saya termasuk yang paling orisinil.

Sato Dugem bercerita tentang para hewan yang saling bertukar cerita sepulang dari diskotik lengkap dengan musik keras dan lampu-lampu warna-warninya. Mereka saling bercerita tentang “bencana” yang dialami masing-masing hewan terkait dengan fisiknya.

Sebenarnya dari awal cerita hingga tengah isinya biasa-biasa saja. Namun tendangan lucunya terasa di alinea terakhir. Di penutup cerita ditampilkan keluhan seekor hewan yang lain daripada yang lain yang bisa membuat Anda tertawa geli.

Penulis humor tersebut berhasil menemukan seekor hewan unik dihubungkan kondisi unik yang ada di diskotik, jadilah sebuah paragraf “kojo” yang sangat nendang di akhir cerita. Cerita ini bisa juga dijadikan nasehat buat anak-anak supaya jangan suka dugem biar gak kaya si hewan unik itu.

^_^

Anak-anak adalah tema favorit para pembuat humor. Saya menemukan humor anak-anak dikelompokkan secara terpisah di Majalah Reader Digest, dan kini juga pada bab tersendiri berlabel Humor-humor Kang Suryana Sarimbit oleh Taufik Faturohman di Majalah Cakakak.

Memang kenaifan anak-anak di keseharian mereka -- misalnya terkait cara mereka mendapatkan sesuatu yang diinginkan -- adalah gudang bahan baku humor yang siap diolah menjadi ramuan humor yang menggigit. Bahkan kadangkala tingkah laku alami anak-anak-pun sudah cukup lucu untuk ditampilkan menjadi sebuah cerita humor.

Humor berjudul Jadi Sapuluh Lambar menceritakan kenaifan seorang anak kecil yang menemukan dompet berisi uang seratus ribu rupiah. Si anak ini jujur, namun dia juga ingin mendapat uang jajan dari kebaikannya mau mengembalikan dompet pada pemiliknya. Ramuan dua hal itu ternyata bisa menjadi sebuah humor yang nendang.


SATO DUGEM

Balik dugem ti diskotik, sato-sato ngarariung. Katenjo maranehna jiga geus balik perang wae.

“Kapok uing mah euy, geuning teu ngeunah dugem teh. Eta musik ajeb-ajeb matak katorekan kana ceuli!”, ceuk kelinci ngararasakeun ceulina nu dungdeng keneh.

“Mending keneh maneh, uing mah bororaah bisa joged. Hayoh we cungcet-cingcet sieun katincak ku nu keur ajojing!”, ceuk sireum, bari awakna pias.

“Komo uing mah, hayoh we diusir satpam. Di cenah meakkeun tempat!”, ceuk gajah jeung Kuda Nil.

“Kuring mah geleuh ku lagu disco mixna. Cik atuh tong nyindiran uing wae euy...mani keong racun lagu teh! Padahal kuring mah apan resepna musik disko ti DJ Tiesto atawa DJ Deep Dish!” ceuk Keong Racun nafsu.

“Ah, dikumaha oge maraneh mah bisa ngasaan ka jero diskotik. Uing mah karek nepi na lawang ne geus nutup manten! Padahal indit ti imah minggu kamari”, ceuk Kuya bangun nu handeueul.

“Waduuuuh, sarua euy. Eta mah uing kuat ka error yeuh kulit. Eta lampu disko gunti-ganti wae warna!”, ceuk londok, nu awakna ayeuna ngadadak jiga katumbiri. (Ning – Baraya Banyolan Sunda – Malaysia – Majalah Cakakak)

Catatan:
Hehehe Si bunglon kasihan tuh kulitnya yang suka berganti-ganti warna jadi error akibat mengikuti lampu diskotik yang cepat sekali ganti warna.  Makanya belajar saja di rumah jangan suka dugem :).



JADI SAPULUH LAMBAR 


Balik sakola Ocad manggih dompet di jajalaneun ka imahna. Ku Ocad dicokot. Ku lantaran Ocad mah budak jujur, eta dompet teh dianteurkeun ka nu bogana. Kebeneran deuih di jerona aya KTP. Singhoreng, eta teh dompet Pa Haji Abdul, tetanggana. Nya dompet teh dianteurkeun we ka Pa Haji Abdul.
 
“Pa Haji, ieu dompet Pa Haji sanes?” ceuk Ocad bari mikeun dompet.
 
“Enya, puguh Pa Haji teh leungit dompet. Ti mana kapanggihna ku Ocad?”
 
“Itu, di handapeun tangkal cengkeh, payuneun bumi Mang Didin,” tembal Ocad.
 
Dompet ditampanan ku Pa Haji Abdul. Dibuka, eweuh nu leungit. Duitna aya keneh, saratus rebu.
 
“Euweuh nu leungit. Ngan naha nya, da tadina mah duit Pa Haji teh seratus rebu salambar, ayeuna bet jadi sepuluh rebuan sapuluh lembar?” ceuk Pa Haji Abdul bari kerung.
 
“Ku abdi dilironkeun Pa Haji. Atuda kamari oge abdi mendakan dompet, dipasihkeun ka nu kagunganana, abdi teu janten kenging peresenan. Ari alesanana teh teu aya artos receh cenah,” tembal Ocad kalem (Taufik Faturorahman – Majalah Cakakak)
 
Catatan:
Humor in menceritakan seorang anak kecil yang menukar selembar uang seratus ribu rupiah dengan sepuluh lembar sepuluh ribuan di dompet yang ditemukannya sebelum mengembalikan ke empunya dompet. Dia belajar dari pengalaman sebelumnya dimana dia tidak diberi persenan karena pemilik dompet tidak punya uang kecil.


(Undil-2010)

tags: cerita lucu basa sunda, humor basa sunda, banyolan sunda, lelucon sunda, ketawa basa sunda

Berapakah Satuan Waktu Terkecil?

Berapakah satuan waktu terkecil ?.

Jawaban umum untuk pertanyaan itu adalah detik. Jam dinding di rumah kita bergerak berdasarkan detik. Waktu berlalu dihitung dari gerakan jarum merah berputar dari angka 1 sampai 12 yang melewati 60 satuan kecil yang disebut detik. Satu jam ada 3600 detik. Walaupun demikian dalam kebiasaan sehari-hari kita jarang menghitung waktu berdasarkan detik.

Kita jarang memakai satuan detik. Biasanya dalam undangan meeting atau janjian ketemu dengan orang lain satuan waktu yang dipergunakan adalah jam atau setengah jam dan jarang yang mempergunakan perempat jam atau kurang. Di dalam undangan meeting biasanya dicantumkan pukul 9.00 atau 9.30, jarang dipakai 9.15. Dalam hal ini satuan waktu terkecil adalah 30 menit.

Jaman dahulu sewaktu petani masih menjadi matapencaharian utama, satuan waktu terkecil lebih longgar lagi. Petani berangkat ke sawah pagi hari, lalu bekerja di sawah, terus siang hari istirahat sambil makan dan pulang di waktu sore hari. Manusia agraris tidak banyak memperhitungkan waktu dalam satuan yang lebih rinci, terkecuali waktu-waktu sholat.

Lain halnya dengan seorang pelari 100 meter seperti Usain Bolt-- yang memecahkan rekor dunia lari 100 meter atas namanya sendiri di Berlin tahun 2009 -- waktu bukan lagi detik, tapi perseratus detik. Bolt membakukan kecepatan 9,58 detik, hanya 0,11 detik lebih cepat dari rekor dunia sebelumnya. Dengan bekal 0,11 detik Bolt kembali menjadi manusia tercepat di dunia.

Bagi seorang desainer processor komputer, waktu dihitung dengan satuan yang lebih kecil lagi. Sebuah prosesor berkecepatan 3,4 GHz berarti memiliki kemampuan kalkulasi 3,4 milyar per detik. Angka tersebut berarti satuan waktu per satu kalkulasi adalah 1/3,4 milyar detik. Sebuah satuan waktu yang sangat kecil. Pesaingan keras di bisnis prosesor akan memaksa mereka berpikir dalam satuan 0,000000000001 (per milyar) detik sebagai satuan waktu terkecil.

Bagiamana dengan kita?


Dalam kesibukan waktu sehari-hari seseorang berbeda-beda dalam mendefinisikan satuan waktu terkecil. Seorang dengan beban kerja normal akan melihat waktu dalam satuan setengah jam. Waktu setengah jam bukan untuk mengerjakan pekerjaan terpenting tidak akan mengganggu produktifitasnya. Seorang dengan beban kerja yang lebih padat akan mendapati setengah jam salah memilih prioritas telah menyebabkan pekerjaan pentingya tertunda dan berdampak buruk baginya. Setiap menit adalah tetes-tetes waktu yang sangat berharga baginya. Terlewatnya waktu setengah jam bisa berarti pekerjaan yang harusnya bisa siap saat dibutuhkan menjadi tertunda.

Seseorang yang bertransisi dari beban kerja normal ke beban kerja yang lebih padat akan mendapati dirinya menjadi bottle neck bagi pekerjaan orang lain saat dirinya belum berhasil menyesuaikan diri. Beberapa menit waktu menunggu rapat seharusnya diisi untuk memeriksa dokumen yang telah dibuat staf atau membalas email-email yang masuk daripada sekedar duduk menunggu sambil mengantuk. Buku-buku tentang aturan terbaru bisa dibaca setengah jam sebelum tidur atau pagi hari menjelang jam kerja karena jika tidak demikian maka bahan-bahan bacaan wajib itu akan selamanya menjadi bahan tanpa pernah kita baca sama sekali (undil -2010).




A Thing which Makes Maruko Feel Safe in Her Job

There is one thing that makes Maruko feel save and comfortable in her job. The thing had nothing to do with her office nor related to her job. However, the thing had associated with a friend’s decision.

Her old friend named Mitsunari related to it. He is one of Maruko’s best friends during in college. Maruko inspired by Mitsunari who resign from his company for run a small business in Jogja.

The Mitsunari business is just a modest  business. He have a modest mung bean porridge stall set up not far from his house. Maruko surprised by  his  decision to let go of the position of manager of Quality Control of Microbiology in a notable food processing company in Jakarta for a modest stall.

"How dare the boy's" thought Maruko.

However, after Maruko visiting the Mitsunari’s stall, she became aware that the Mitsunari’s decision was not a ridiculous choice. It appears that Mitsunary just suffer a little loss for his decision.

Only nine months after becoming a stall owner, his finance conditions  almost recovered as the previous one. Although his income was just three-quarters of the salary while working in Jakarta, he gets compensation in the form of freely work hours without depending on the office hours. Today he had enough time to work for his hobbies, ie build a beautiful orchid garden behind his house, and teaching karate for youth clubs.

Maruko realizes that the life of Mitsunari is just fine. He  was not forced to  make drastic changes on his lifestyle. He still riding his Toyota Yaris everywhere nor buying some sophisticated gadgets as usual.

Since Maruko be confident that she has capability to do as Mitsunari’s do, then she considers herself should not have to worry about her job. If one day she leaves the company for any reasons, then a mung bean porridge stall is her first choice. Refers to her experiences during in college, her skills are not be much different from Mitsunari.


In terms of skill on cooking nor selling, Maruko believes that she was not  inferior to Misunari. It has been demonstrated during their activities on campus. Bazaars or exhibitions which handled by Maruko usually more successful compared to Mitsunari. The other proof is kolak pisang which sold by Maruko on Boulevard of UGM during  the fasting month also more in demand than the one that sold by Mitsunari and his friends. The number of population of Bandung which is far above Jogja where Mitsunari run his business will be an an additional factor that support her business.

Thanks to Mitsunari who have demonstrated a backup job for her. Maruko was no longer afraid about the future of her job. She realize that the consequences of leaving the job was not scary as she thought.

Previously, Maruko frequently feel worried while the company's condition worsened. The decrease in sales or the failure of a new product contantly makes Maruko feel nervous about her future. She was afraid those things will result in downsizing employees. Now the worry is starting to subside. However Maruko also realizes that her life in case of resign from the job may not be as smooth as the fate Mitsunari (undil -2010)

Ketika Mitsunari Keluar dari Pekerjaannya

Alkisah meskipun terhitung baru, warung Mitsunari tergolong  kasta yang laris manis dibanding warung lain di sekelilingnya. Di lokasi yang selalu dibanjiri pembeli dari sore hingga pukul sembilan malam itu memang telah ada belasan pedagang aneka makanan. 

Di sana terdapat dari tukang pecel lele, sea food, nasi goreng, sate ayam hingga warung steak. Namun belum satu-pun pedagang bubur kacang hijau. Makanya dagangan Mitsunari cepat mendapat perhatian pengunjung. Rasanya tidak sia-sia dia meninggalkan posisi manajer QC sebuah perusahaan makanan besar untuk mulai merintis warungnya sendiri. Pengalamannya menjaga kualitas makanan nampaknya menunjang keberhasilannya sebagai tukang burjo.

Awalnya para pembeli hanya coba-coba mencicipi burjo sambil menunggu siapnya hidangan yang dipesan dari warung lainnya. Namun nampaknya lidah mereka mereka cocok dengan burjo racikan Mitsunari. Tak jarang pembeli masih minta satu dua bungkus untuk dinikmati di rumah. Bahkan kini lebih banyak bubur yang dibungkus dibanding yang dimakan di tempat. Pertanda makin banyak orang yang datang ke tempat itu khusus untuk membeli burjo.

Kelebihan burjo Mitsunari disamping pada konsistensi rasa dan kualitas burjonya, juga terletak pada aneka roti tambahan pada burjo. Tersedia beraneka pilihan jenis dan rasa roti sebagai tambahan burjo. Sebuah feature yang jarang dimiliki warung burjo di tempat lain. Pembeli dapat leluasa memilih jenis roti sesuai dengan seleranya.

Namun jangan dikira Mitsunari tidak bekerja keras untuk bisa seperti saat ini. Enam bulan sebelum mundur dari pekerjaannya Mitsunari telah memangkas waktu tidur untuk mencari resep bubur kacang hijau yang istimewa. Hampir setiap malam selepas kerja, dia begadang untuk mencoba resep-resep baru. 

Setelah dianggap rasanya layak, maka burjo buatan Mitsunari di cobakan ke teman-temannya untuk dinilai. Bila menurut mereka enak, dia mencoba menjualnya ke kampus-kampus dengan menitipkan ke kantin-kantin kampus. Begitu seterusnya sehingga enam bulan kemudian Mitsunari menemukan resep istimewa yang dapat diterima pembeli, yaitu dengan menambahkan feature aneka macam roti sebagai pelengkap burjo.

^_^

Saat ini omzet burjo Mitsunari sekitar 300 porsi perhari. Harga jual burjo per porsi bervariasi dari 3000 hingga 7000 rupiah tergantung jenis roti yang ditambahkan. Dengan omzet sebesar itu, pendapatan Mitsunari tidak terlalu jauh dari gaji di perusahaan makanan.

Masih ditambah benefit lain, yaitu Mitsunari punya waktu luang untuk membuat kebun anggrek yang cantik di belakang rumahnya, kembali aktif di klub Linux, mengajar karate untuk klub remaja masjid dan membuat klub sosialisasi ekonomi Islam bersama teman-teman takmir Masjid di dekat rumahnya. Khusus untuk kegiatan yang terakhir ini dilakukan pada acara cafe morning setiap minggu pagi sehabis sholat shubuh di halaman masjid di kompleksnya. Mitsunari berhasil menyalurkan hoby-hoby yang selama ini hanya tersimpan dalam benaknya karena tidak adanya waktu luang.

Maruko melihat nasib baik Mitsunari setelah keluar kerja sebagai sebuah “nasehat berharga” bagi dirinya untuk tidak perlu terlalu khawatir tentang masa depannya. Kini Maruko merasa yakin bahwa masa depannya tidak sepenuhnya bergantung pada perusahaan tempatnya bekerja. Walaupun dia juga sadar bahwa bila dirinya keluar dari pekerjaan untuk merintis usaha sendiri mungkin nasibnya tidak akan sebaik Mitsunari. (Undil – 2010).

Small Change

Sometimes some small change with a value of five thousand rupiahs or below were labelled as a troublesome by reason of consume a big space in our pockets nor wallets. Moreover, when  we are a careless person who put them anywhere, we will experience the pile up of small change.

When our small change are neglected then we will have them everywhere. Some of them easy to find on the table, on top of the cabinet, inside the pocket of a jacket, inside the bag or piled in the drawer. Small change in a large number is a troublesome.  Once we want to use them to buy some expensive goods then we should bring around a  large quantities of banknotes.

However, occasionally we want to have some small change for specific purposes that are routinely. Such as paid for parking or ride public transportation  which we want to pay with exact fare. I have experienced with the later. Once I had a class at the University of Indonesia of Salemba, followed by a class at the UI building of Cikini. I usually ride a bajaj (a three-wheeler) to go Cikini. The fare of bajaj between seven to ten thousand rupiahs.

Since I want to pay with exact fare of seven thousand rupiahs, then I have to prepare a change of five thousand plus two change of a thousand whether one change of two thousand. Hence the change of five thousand and two thousand rupiahs is a very favorite change which very useful for me while studying  at the University of Indonesia on Thursday, Friday and Saturday. Therefore all small change which I get while in Bandung from Sunday to Wednesday will be very useful later when I had a class in Jakarta.


Obviously with such conditions then a small change is necessity for me. The small change are no longer troublesome for me. My mobility from the Clinical Microbiology Department of Cikini to the Medical Faculty of Salemba, IHVCB (Institute of Human Virology and Cancer Biology) or the Eijkman (Eijkman Institute for Molecular Biology), all located at Salemba is facilitated by the existence of small change which useful for bajaj's fare payment.