Hmmm...pemilu udah lama usai. Pencontrengan wakil-wakil kita di parlemen telah terlihat hasilnya. Hasil perhitungan suara yang dikeluarkan KPU (Komisi Pemilihan Umum) menunjukkan Partainya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yaitu Partai Demokrat berhasil meningkatkan perolehan suaranya dari sekitar 8% di pemilu tahun 2004, menjadi sekitar 20% di pemilu 2009. Disusul Golkar dan PDIP yang pada pemilu kali ini tergeser posisinya oleh Partai Demokrat. Pada pemilihan presiden-pun, SBY yang diusung Demokrat kembali memenangkan pemilihan presiden dengan sekitar 60% suara.
Pada pemilu 2009, pada umumnya partai-partai mengalami penurunan suara, kecuali Demokrat dan PKS. Ada juga dua partai baru yang muncul dengan suara cukup signifikan, yaitu Hanura-nya Wiranto dan Gerindra-nya Prabowo.
Perolehan beberapa Partai berbasis massa Islam seperti PAN, PBB dan PPP mengalami penurunan. Jumlah total suara partai Islam juga menurun. Namun ada fakta yang menarik. Heboh undang-undang anti pornografi tahun lalu, yang pengesahannya juga didukung oleh Demokrat ternyata tidak membuat suara partai itu menurun.
Dukungan SBY dan Demokrat terhadap undang-undang yang oleh segelintir orang dituduh sebagai undang-undang yang bernuansa Islam tersebut – tidak membuat perolehan suara partainya SBY menurun.
Juga pemerintahan SBY yang tidak melakukan pembatalan perda-perda (peraturan daerah) di beberapa daerah -- yang dituding beberapa kelompok di Indonesia sebagai perda yang diwarnai ajaran Islam – ternyata tidak menyurutkan popularitas pemerintahan SBY. Dus, kenaikan suara Demokrat menunjukkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan pemerintah tidak bertentangan dengan keinginan rakyat.
Sejumlah kecil kelompok di Indonesia memang menghendaki Islam hanya berada di ruang kehidupan pribadi. Tidak dibawa-bawa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebuah harapan yang susah diwujudkan di masyarakat yang demokratis.
Seperti halnya ajaran-ajaran sekuler yang mewarnai masyarakat sekuler di Eropa dan Amerika, ajaran-ajaran Islam dengan sendirinya akan mewarnai masyarakat muslim di Indonesia. Termasuk dalam pembuatan undang-undang dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Satu hal yang alami bahwa negara mengadopsi aspirasi rakyatnya.
Mulai diterimanya sistem ekonomi non riba (tanpa bunga) adalah salah satu contoh bahwa negara mulai mengikuti keyakinan yang dianut rakyatnya. Fenomena tersebut mau tak mau harus diterima sebagai kenyataan yang tak bisa dihindari (bandung-sept-2009)
Pada pemilu 2009, pada umumnya partai-partai mengalami penurunan suara, kecuali Demokrat dan PKS. Ada juga dua partai baru yang muncul dengan suara cukup signifikan, yaitu Hanura-nya Wiranto dan Gerindra-nya Prabowo.
Perolehan beberapa Partai berbasis massa Islam seperti PAN, PBB dan PPP mengalami penurunan. Jumlah total suara partai Islam juga menurun. Namun ada fakta yang menarik. Heboh undang-undang anti pornografi tahun lalu, yang pengesahannya juga didukung oleh Demokrat ternyata tidak membuat suara partai itu menurun.
Dukungan SBY dan Demokrat terhadap undang-undang yang oleh segelintir orang dituduh sebagai undang-undang yang bernuansa Islam tersebut – tidak membuat perolehan suara partainya SBY menurun.
Juga pemerintahan SBY yang tidak melakukan pembatalan perda-perda (peraturan daerah) di beberapa daerah -- yang dituding beberapa kelompok di Indonesia sebagai perda yang diwarnai ajaran Islam – ternyata tidak menyurutkan popularitas pemerintahan SBY. Dus, kenaikan suara Demokrat menunjukkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan pemerintah tidak bertentangan dengan keinginan rakyat.
Sejumlah kecil kelompok di Indonesia memang menghendaki Islam hanya berada di ruang kehidupan pribadi. Tidak dibawa-bawa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebuah harapan yang susah diwujudkan di masyarakat yang demokratis.
Seperti halnya ajaran-ajaran sekuler yang mewarnai masyarakat sekuler di Eropa dan Amerika, ajaran-ajaran Islam dengan sendirinya akan mewarnai masyarakat muslim di Indonesia. Termasuk dalam pembuatan undang-undang dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Satu hal yang alami bahwa negara mengadopsi aspirasi rakyatnya.
Mulai diterimanya sistem ekonomi non riba (tanpa bunga) adalah salah satu contoh bahwa negara mulai mengikuti keyakinan yang dianut rakyatnya. Fenomena tersebut mau tak mau harus diterima sebagai kenyataan yang tak bisa dihindari (bandung-sept-2009)