Sebuah Permintaan akan Menyederhanakan Persoalan


Tanpa disadari Ayu menunggu-nunggu kesempatan untuk “meledakkan” kemarahannya


^_^

Ayumi seringkali bete pada beberapa teman-teman kerja yang tak pernah membalas SMS, khususnya SMS yang dia kirimkan pada saat dirinya sedang meeting. Memang pada waktu meeting seringkali ada permintaan mendadak yang harus disiapkan, dan suasana meeting tidak memungkinkan Ayu untuk menelpon. Jadilah SMS menjadi andalan Ayu.

Memang siy SMS itu isinya hanya permintaan, bukan pertanyaan. Jadi seolah-oleh tidak membutuhkan balasan. Isi SMS seperti:

“Tolong print catatan pelatihan karyawan baru”

atau

“Siapkan infocus untuk presentasi desain reaktor baru untuk jam 09.00”

atau

“Tolong wakili aku di meeting dengan Bagian Listrik pukul 13.00”

Sekilas SMS itu tidak perlu balasan, tetapi Ayu menginginkan balasan untuk mengkonfirmasi bahwa SMS telah dibaca dan akan segera dikerjakan. Darimana Ayu tahu pekerjaan itu disanggupi, kalo mereka tidak membalas SMS-nya?.

Sejauh ini semua baik-baik saja. Semua pekerjaan termaktub dalam SMS dikerjakan oleh mereka. Karenanya Ayu merasa tidak ada alasan untuk marah pada mereka. Hanya saja rasa was-was masih hinggap dalam dirinya. Takut-takut SMS tidak sampai atau HP mereka ketinggalan di rumah.

Diam-diam Ayu memendam kekesalan itu dalam hati. Tanpa disadari dirinya menunggu-nunggu kesempatan untuk “meledakkan” kemarahannya, yaitu saat permintaan dalam SMS-nya tidak dikerjakan. Entah karena SMS tidak sampai atau HP mereka ketinggalan di rumah. Pada saat itu Ayu berencana untuk membongkar habis kekesalan dirinya atas SMS yang tidak pernah dibalas.

^_^

Untunglah rencana bawah sadar Ayu tidak kesampaian. Penyebabnya adalah sebuah SMS dari adik sepupunya yang sedang nebeng di rumah Ayu. Sepupu itu sedang mengikuti ujian masuk di sebuah PTN di Bandung. Dalam SMS-nya yang intinya minta dijemput, si sepupu dengan beraninya membubuhkan kata-kata “cepat dibalas” di akhir SMS.

“Uff, berani-beraninya nyuruh gw cepat-cepat ngebales SMS” gerutu Ayu.

Namun kemudian Ayu menyadari bahwa kekesalan pada teman-teman kerjanya tidak perlu terjadi bila dirinya membubuhkan kata-kata serupa pada SMS kepada mereka.

Hiks!

Baru Ayu menyadari adiknya yang baru mau masuk kuliah telah mengetahui sesuatu yang belum dia ketahui. Sebuah hal sepele yang dapat menyingkirkan kekesalan terpendam pada teman-temannya.

Seandainya Ayu mau membubuhkan kata-kata “mohon dibalas” atau ngomong langsung ke mereka untuk cepat membalas SMS-nya, tentu rasa kesal tidak perlu dialami oleh dirinya. Bila dirinya mau meminta, tentu teman-temannya dengan senang hati akan mememuhi permintaanya. Sebuah permintaan akan membuat sebuah pemasalahan yang menjengkelkan menjadi sebuah perkara sederhana.

Andrew Matthews dalam bukunya Happiness Now mengatakan bila kita meminta, mungkin kita akan mendapatkannya. Bila kita mendapat jawaban “Tidak”, kita bisa memintanya dari orang lain. Menurut Andrew Matthews orang lain bukanlah pembaca pikiran. Mereka seringkali menyetujui permintaan kita bila mereka mengetahui keinginan kita (Undil 18 Mei 08)


Referensi:
Andrew Matthews, 2007, Happiness Now (Bahagia Sekarang, diterjemahkan oleh Lyndon Saputra, Alvin Saputra), Karisma Publishing Group, Jakarta.






dago pakar's narsis mode on


0 komentar:

Post a Comment