Studi Kasus Hiromi

"Bukankah lebih baik bila kamu menahan diri dari menyalahkan dia?".

Saran Hiromi ketika Shinichi Kudo marah-marah pada temannya karena salah membeli memori CF (Compact Flash) yang akan dipasang di kamera digital. Soalnya si teman membeli memori ukuran 64 mb-- padahal memori yang dipesan berukuran besar yaitu 512 mb--- agar Shinichi bebas memotret maupun merekam video tanpa takut kehabisan memori. Kini dengan memori sekecil itu Shinichi hanya bisa merekam video selama 8 menit, sama sekali tak akan leluasa bermain-main dengan kameranya.


Tetapi menurut Hiromi kemarahan itu tetap saja kurang tepat. Orang wajar saja berbuat salah. Bahkan si teman masih berhak diberi ucapan terimakasih karena telah rela berpanas-panas di jalanan Jakarta dan menyempatkan diri mampir ke Glodok. Pengorbanan seseorang juga harus dihargai. Shinichi tak boleh sekedar fokus pada tercapainya kepentingan sendiri. “Tak apalah sekarang salah beli, bila kau mau mengerti tentu dia seterusnya akan lebih hati-hati” kata Hiromi dengan pasti.

^_^

Kali lain Hiromi menyarankan untuk tidak memotong penjelasan orang hanya karena merasa telah tahu lanjutannya. Saat itu seorang teman Shinichi menjelaskan tentang proses pembuatan air minum isi ulang yang sedang marak menjadi topik pembicaraan umum. Berhubung pekerjaan Shinichi sehari-hari banyak bersentuhan dengan filtrasi yang dianggapnya jauh lebih rumit dari sekedar filtrasi air minum, maka Shinichi dengan gaya “koboi” memotong pembicaraan temannya. Bahkan memintanya meloncat ke inti-intinya saja. Lebih efisien dan lebih efektif, begitu pikir Shinichi.

Namun bagi Hiromi, perilaku tersebut membuat si teman merasa “bodoh” dan hanya “tahu sedikit” tentang air minum isi ulang sehingga tak pantas memberi penjelasan. Mengapa Shinichi tidak memberi kesempatan kepadanya untuk men-sharing ilmunya dan malahan menenggelamkannya?. Tak ada ruginya mendengarkan, bahkan mungkin ada sisi-sisi lain dari filtrasi yang belum pernah didengarnya. Setidaknya dari sisi penerapan filtrasi di industri kecil.

^_^

"Cobalah kau katakan padanya bahwa brownies-nya enak!" celetuk Hiromi suatu ketika--sesaat setelah makan brownies buatan teman Shinichi. Tak cukup hanya dengan berterimakasih saja, karena brownies tersebut benar-benar lezat. Katakan brownies-nya tidak kalah dengan rasa brownies yang di jual di Merdeka. Nggak usah ragu mengatakannya. Karena ungkapan penghargaan atas kelezatan roti tersebut berpijak pada kenyataan dan bukan sekedar pujian pura-pura untuk menyenangkan hatinya. Pujian tulus tersebut akan membuat temanmu mengetahui bahwa dia memiliki kompetensi dalam membuat roti. Siapa tahu kelak dia akan membangun sebuah bakery besar?. Ujar Hiromi sambil tersenyum.

^_^

Review atas tiga peristiwa tersebut disampaikan Hiromi sesuai kesepakatan mereka bahwa Hiromi akan mengoreksi perilaku Shinichi selama 1 bulan. Shinichi memang bermaksud belajar “ilmu jiwa manusia” pada Hiromi melalui studi kasus kehidupan sehari-hari. Dan Shinichi harus mengakui bahwa dirinya tak pernah mempedulikan peristiwa-peristiwa sepele seperti itu, karena dianggapnya tak berarti apa-apa bagi orang-orang sekitarnya. Tetapi menurut Hiromi hal-hal kecil tersebut harus diperhatikan karena akan berdampak besar terhadap kehidupan Shinichi

0 komentar:

Post a Comment