Salah satu bisnis sampingan Romo Wage (dalam Bahasa Jawa, Romo = Bapak) selain bisnis inti adalah angkutan umum, angkot. Sebenarnya lebih tepat disebut angkudes karena menghubungkan kota dengan desa.
Penumpang angkot di Kota Badegan adalah penduduk Kota Badegan dan penduduk dari desa-desa sekitarnya yang hendak pergi ke Kota Badegan. Biasanya kalau pagi hari sebagian besar penumpang adalah ibu-ibu yang hendak berdagang ke pasar, dan anak-anak sekolah. Sore hari mereka menggunakan angkot yang sama untuk kembali ke kampungnya.
Diantara puluhan angkot di Kota Badegan, angkot milik Romo Wage adalah yang paling laku. Loh kok bisa? Bukankah angkot itu hanya bisa dibedakan berdasar rute bukan berdasar nama perusahaan atau merek angkot ?
Rupanya di Kota Badegan ada kebiasaan menarik. Setiap angkot diberi nama oleh pemiliknya. Nama setiap angkot berbeda, tergantung selera bosnya. Kebanyakan pemilik angkot memberi nama yang berbeda untuk beberapa angkot yang dimilikinya.
Misalnya Pak Kasan memberi nama tiga angkot miliknya berturut-turut : Andhini, Anggraini dan Jasmin. Nama itu sama dengan nama ketiga anaknya. Contoh lain adalah Pak Ruri Ernanda yang memberi nama dua angkotnya Milan dan Gullit, secara pensiunan pegawai Kantor Pos tersebut adalah penggila AC Milan.
Lain lagi dengan Ibu Ida Nurnaeni, juragan beras muda belia asal Kebon Kopi ini nama angkotnya sering diganti-ganti sesuai isu yang sedang hangat. Saat Film Laskar Pelangi lagi ngetop-ngetopnya, dua angkotnya diberi nama Andrea dan Belitong. Ketika dia keranjingan Facebook, angkotnya di beri judul Status Update dan Facebooker. Waktu marak berita pembantaian anak-anak oleh serdadu Israel di Jalur Gaza, dia memberi nama dua angkotnya Bocah Gaza dan Fans Hamas.
Romo Wage tak mau kalah dengan pengusaha lain. Dia memberi nama angkotnya Romo. Namun dia berbeda dengan yang lain karena kesepuluh angkotnya diberi nama sama. Hanya angka di belakangnya yang berbeda, yaitu Romo-1, Romo-2 sampai Romo-10. Nama tersebut ditulis di kaca depan dan di kaca belakang. Juga dipasang di atap angkot untuk memudahkan calon penumpang melihatnya. Romo Wage ingin memastikan semua calon penumpang mudah mengidentifikasi angkot miliknya, walaupun angkotnya warna kuning, sama dengan warna angkot lain.
Tentang sopir angkot, Romo Wage tak mau sembarangan. Dia memilih sendiri sopir utama dan juga sopir cadangan. Diluar itu, orang tak boleh menyopiri angkotnya. Bahkan Romo Wage sengaja merekrut fresh graduate, lulusan SMA atau STM untuk belajar akhlak di pesantren selama satu tahun sambil belajar nyopir, sebelum mereka diangkat menjadi sopir angkot. Tak heran sopir angkot Romo Wage terkenal ramah dan sopan pada penumpang. Ngebut dan ngetem juga tidak ada dalam kamus sopir-sopir itu karena Romo Wage memberi gaji secara mingguan kepada mereka.
Setiap malam Jumat, Romo Wage menggelar pengajian untuk semua sopirnya. Disitu mereka belajar akhlak dan juga pelajaran-pelajaran agama lain dari ustadz yang secara khusus di minta Romo Wage untuk memberikan pendidikan untuk menjaga akhlak para pegawainya. Di setiap pengajian, tak bosan-bosannya Romo Wage mengingatkan kepada para sopir tentang pentingnya pelayanan kepada para penumpang agar angkot tetap disukai penumpang. Di akhir pengajian Romo Wage membagikan gaji mingguan kepada mereka.
Untuk kebersihan angkot Romo Wage punya langganan tempat cuci mobil milik Haji Irpan Darfian. Haji Irpan tersohor akan ketelitiannya dalam merawat mobil-mobil pelanggannya. Ibaratnya tak setitik debu-pun dibiarkan leluasa melekat di mobil yang sedang dicuci -- makanya tempat pencucian mobil perantau asal Pontianak ini laku keras. Setiap malam hari setelah narik, angkot langsung masuk ke sana untuk dicuci bagian luarnya dan dibersihkan bagian dalamnya. Memang makan ongkos karena tarifnya lumayan mahal dibanding tempat lain, tetapi hasilnya angkot selalu dalam kondisi bersih dan wangi.
^_^
Ada pameo di kalangan penduduk Kota Badegan. Kalau ada angkot yang sopirnya ramah, bajunya rapi, tempat duduknya wangi, bersih dan penumpang tidak berdesakan serta perjalanannya tepat waktu dan tidak pernah ngebut, maka itulah angkot Romo Wage. Tentu saja hal itu berujung angkot Romo Wage menjadi pilihan pertama buat penduduk Kota Badegan (Undil 2009)
tags: cerpen, cerita pendek, cerita anak, romo wage, irpan darfian, ruri ernanda, ida nurnaeni, kota badegan, bisnis angkot, mendidik calon sopir angkot.
0 komentar:
Post a Comment