Cerpen Romo Wage melawan Pekerjaan Sepele

Sejak kecil Romo Wage (romo = bapak dalam bahasa jawa) sudah merasakan bahwa banyak hal-hal kecil yang bila diabaikan akan menyulitkan dirinya. Pengalamannya dengan kuku jari adalah contohnya. Waktu itu Romo Wage masih duduk di bangku sekolah dasar.

Selama beberapa minggu Romo Wage tidak menggunting kukunya karena enggan harus menggunting kuku dengan gunting biasa, karena gunting kukunya hilang saat dibawa bermain di tepi sungai.

Dengan kuku tangan dan kuku kaki yang panjang itu hidup Romo Wage jadi sulit. Saat makan dia harus cermat meneliti tangannya agar tidak terdapat kotoran di kuku jari yang akan ikut terbawa masuk bersama makanan. Bila habis makan yang amis-amis, dia harus mencuci bersih kuku-kukunya yang panjang agar bau amis tidak tertinggal di dalamnya.


Saat tubuhnya gatal, tangannya harus menggaruk dengan hati-hati agar kulit tidak lecet. Tapi tetap saja banyak kulit lecet karena garukan kuku yang panjang itu. Saat cuci muka-pun timbul masalah, beberapa kali kuku jarinya melukai wajahnya.

Puncaknya adalah ketika Romo Wage berlomba lari dengan teman-temannya di sebuah lapangan bolavoli. Kakinya terantuk batu dan kuku jempol kaki yang panjang itu hampir lepas. Terpaksalah jempol kaki Romo Wage harus diperban untuk beberapa minggu.

Ketika mulai mendapat tugas membersihkan kebun, Romo Wage tahu persis bahwa bila dirinya terlambat membersihkan – mengabaikan pekerjaan mencabut ilalang yang mulai tumbuh di kebun, akan berakibat ilalang yang terlanjur berakar kuat mencengkram tanah menjadi sulit dicabut. Bila dicabut dengan tangan kosong, jari-jarinya akan lecet-lecet. Terpaksalah RomoW age mempergunakan cangkul kecil untuk mencabut ilalang dari tanah.

Hal serupa berlaku untuk ceceran makanan di lantai kamarnya. Bila dibiarkan beberapa hari akan mengundang semut-semut untuk datang. Lalu semut-semut itu akan merambah makanan-makanan yang diletakkan di atas meja, bahkan di atas lemari. Disusul kedatangan cicak-cicak yang merebut makanan yang sedang di bawa semut menyusuri dinding. Si cicak kemudian mencari makanan ke sumbernya, dan tak jarang masuk ke plastik makanan yang diletakkan di atas meja.

^_^

Karenanya RomoWage yang kini telah beranak cucu ini jengkel ketika melihat warung bakso yang telah diwariskan pada Kang Pon dibiarkan bocor atapnya. Alasan Kang Pon adalah orang suruhannya baru punya waktu minggu depan. Untuk sementara kebocoran yang terletak di dekat pintu masuk itu hanya ditangani dengan menaruh ember di bawahnya. Di kala hari hujan, setiap pembeli yang akan masuk dan keluar warung harus memiringkan tubuhnya saat melewati pintu untuk menghindari tetesan air.

Setelah melihat hal itu, tanpa basa-basi Romo Wage mengambil tangga lalu naik ke atas genting dan mengganti genting lama dengan genting baru. Sebuah pekerjaan yang memakan waktu kurang dari setengah jam. Tentu saja Kang Pon dan para pegawainya malu akan kesigapan Romo Wage mengatasi masalah yang seharusnya mereka bereskan. RomoW age tidak berkata ini dan itu tentang kepuasan pembeli. Tapi Kang Pon cukup paham akan kata-kata dibalik perbuatan orang tua ini. Hal-hal kecil bisa mengakibatkan pelanggan pergi (undil)


0 komentar:

Post a Comment