‘cause I worry all the time
If you paid attention you’d be worried, too.
You better pay attention
Or this world we love so much
might just kill you
(petikan soundtrack detective monk)
^_^
^_^
Shinichi Kudo adalah salah satu penggemar serial Detective Monk. Kisah tentang detektif jenius yang berhasil memecahkan kasus-kasus rumit -- bernama lengkap Adrian Monk. Bekas seorang detektif polisi brilian yang juga merangkap menjadi dosen di akademi polisi. Namun satu kasus kejahatan yang merenggut nyawa istrinya membuatnya shock – dan berubah menjadi pengidap kelainan jiwa -- dan terpaksa keluar dari dinas kepolisian.
Kini Monk menjadi seorang yang mengidap kegilaan pada kesempurnaan. Memilih adalah sebuah perjuangan berat baginya. Meskipun hanya sekedar memilih pensil warna biru atau hitam. Bila melihat sesuatu diletakkan tidak simetris dia ingin membuatnya menjadi simetris. Juga bila melihat keganjilan, misalnya melihat orang mengenakan kemeja dengan krah terlipat dia akan segera membetulkannya tanpa menghiraukan keberatan orang yang memakainya. Monk juga gila sanitasi. Dia selalu meminta tisue antiseptik pada Sharona untuk menyeka tangannya sehabis berjabat tangan dengan orang lain.
Monk dengan segala kelainan jiwanya tidak serta merta tersingkir dari dunia luar. Dia bahkan menjadi detektif langganan polisi San Fransisco. Terutama untuk memecahkan kasus-kasus rumit yang membutuhkan analisa yang tajam. Dari pekerjaan itulah Monk mendapat penghasilan, sekaligus membayar asisten yang merangkap menjadi sopir sekaligus “baby sitter” bagi dirinya. Kepolisian-pun sangat terbantu dengan keberhasilan Monk memecahkan kasus-kasus kejahatan yang terjadi di wilayahnya.
Sekilas orang bisa mengira Monk akan tersingkir dari dunia kerja karena perilakunya yang aneh. Namun pada kenyataannya dia berhasil mendapatkan pekerjaan, bahkan sangat dibutuhkan oleh kepolisian kota. Setiap orang punya tempat dalam bumi yang bulat ini. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda dan semua memiliki tempat di dalam masyarakat. Tentunya tidak termasuk bagi orang-orang yang “kelainannya” menyimpang dari ajaran-ajaran moral, seperti tukang mencuri atau berjudi.
Orang bodoh, orang pintar, orang cekatan, pemberani, pemalu, hati-hati semua memiliki kursi masing-masing. Mungkin perbedaannya adalah kecepatan dalam meraih sesuatu. Seorang yang cerdas dan cekatan akan menyelesaikan masalahnya lebih cepat daripada seorang bodoh yang agak lamban. Namun keduanya mampu menyelesaikan masalahnya – hanya beda waktunya saja.
Demikian juga dengan keberanian untuk melakukan sesuatu. Seorang anak pemberani akan berani pergi ke kamar mandi sendiri pada umur 5 tahun. Seorang anak yang lebih penakut mungkin baru pada umur 10 tahun berani melakukannya. Seorang mahasiswa yang kreatif dan pemberani mungkin akan merintis bekerja pada saat masih kuliah, sementara yang pemalu mungkin baru beberapa bulan setelah lulus memberanikan diri untuk bekerja. Namun pada akhirnya keduanya akan sama-sama bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.
Kini Monk menjadi seorang yang mengidap kegilaan pada kesempurnaan. Memilih adalah sebuah perjuangan berat baginya. Meskipun hanya sekedar memilih pensil warna biru atau hitam. Bila melihat sesuatu diletakkan tidak simetris dia ingin membuatnya menjadi simetris. Juga bila melihat keganjilan, misalnya melihat orang mengenakan kemeja dengan krah terlipat dia akan segera membetulkannya tanpa menghiraukan keberatan orang yang memakainya. Monk juga gila sanitasi. Dia selalu meminta tisue antiseptik pada Sharona untuk menyeka tangannya sehabis berjabat tangan dengan orang lain.
Monk dengan segala kelainan jiwanya tidak serta merta tersingkir dari dunia luar. Dia bahkan menjadi detektif langganan polisi San Fransisco. Terutama untuk memecahkan kasus-kasus rumit yang membutuhkan analisa yang tajam. Dari pekerjaan itulah Monk mendapat penghasilan, sekaligus membayar asisten yang merangkap menjadi sopir sekaligus “baby sitter” bagi dirinya. Kepolisian-pun sangat terbantu dengan keberhasilan Monk memecahkan kasus-kasus kejahatan yang terjadi di wilayahnya.
Sekilas orang bisa mengira Monk akan tersingkir dari dunia kerja karena perilakunya yang aneh. Namun pada kenyataannya dia berhasil mendapatkan pekerjaan, bahkan sangat dibutuhkan oleh kepolisian kota. Setiap orang punya tempat dalam bumi yang bulat ini. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda dan semua memiliki tempat di dalam masyarakat. Tentunya tidak termasuk bagi orang-orang yang “kelainannya” menyimpang dari ajaran-ajaran moral, seperti tukang mencuri atau berjudi.
Orang bodoh, orang pintar, orang cekatan, pemberani, pemalu, hati-hati semua memiliki kursi masing-masing. Mungkin perbedaannya adalah kecepatan dalam meraih sesuatu. Seorang yang cerdas dan cekatan akan menyelesaikan masalahnya lebih cepat daripada seorang bodoh yang agak lamban. Namun keduanya mampu menyelesaikan masalahnya – hanya beda waktunya saja.
Demikian juga dengan keberanian untuk melakukan sesuatu. Seorang anak pemberani akan berani pergi ke kamar mandi sendiri pada umur 5 tahun. Seorang anak yang lebih penakut mungkin baru pada umur 10 tahun berani melakukannya. Seorang mahasiswa yang kreatif dan pemberani mungkin akan merintis bekerja pada saat masih kuliah, sementara yang pemalu mungkin baru beberapa bulan setelah lulus memberanikan diri untuk bekerja. Namun pada akhirnya keduanya akan sama-sama bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.
^_^
Dari film itu Shinichi baru mengerti apa yang sering dikatakan Hiromi selama ini tentang menghakimi seseorang. Menghakimi seseorang karena raihannya dibawah orang lain tidak selalu merupakan hal yang tepat untuk dilakukan karena latar belakang setiap orang berbeda. Walau pada akhirnya orang akan meraih sesuatu yang serupa, setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda-beda untuk mendapatkannya.
0 komentar:
Post a Comment