Mencetak SDM Unggul: Manusia Multitalenta, SDM Versatilis & T-Shape People

Membaca T-Shape People-nya Wage Indrya Nugraha dan SDM Versatilis-nya Romi Satria Wahono saya jadi tertarik untuk mengambil contoh di lapangan. Menurut saya pada dasarnya manusia T-Shape maupun manusia versatilis merujuk pada orang yang sama. Yaitu seorang yang beyond spesialis. Seorang pekerja yang lebih dari sekedar seorang spesialis. Manusia istimewa ini memiliki kemampuan multitalenta yang diperolehnya melalui pengalaman yang panjang selama menjadi spesialis.

^_^


Sebagai orang produksi, Planta Famina yang berbasis mikrobiologi dituntut bukan hanya bekerja di lingkup membiakkan mikroba di departemennya, tetapi juga menyelesaikan pekerjaan teknik mekanik, persediaan material dan administrasi yang berkaitan dengan proses produksi.

Planta tidak dituntut menguasai bidang teknik seperti memasang sebuah sistem sterilisasi insitu (teknik sterilisasi dengan menyemburkan steam langsung ke alat yang hendak disterilisasi), tetapi Planta harus mampu menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem sterilisasi insitu agar sesuai dengan kebutuhan Planta.

Misalnya insitu harus memiliki sistem pembuangan satu arah sehingga air dari luar tidak dapat masuk ke dalam ruangan. Kemudian insitu harus mampu mensterilisasi 3 tangki sekaligus tanpa menaikkan suhu ruangan hingga tetap berada di batas persyaratan. Setelah selesai sterilisasi harus bisa dialirkan udara ke dalam tangki untuk menjaga agar tekanan tangki tetap posistif sehingga udara dari luar tidak dapat masuk.

Suplai steam harus menggunakan valve (kran) otomatis dengan kisaran suhu naik dan turun paling besar 0,2 derajad celcius dan tidak boleh dibawah suhu 121 derajad Celcius. Recorder pada saat mencapai suhu sterilisasi harus membuat tanda berupa garis merah dan recorder bisa mencetak waktu mulai dan waktu selesai sterilisasi. Pendeknya Planta harus mengkomunikasikan kebutuhannya hingga para engineer mampu menterjemahkannya dalam sebuah rancangan insitu sterilisasi.

Demikian juga dengan Mesin Pengolah Air. Planta harus mengkomunikasikan kebutuhannya dengan para ahli WTP (Water Teatment Plant) sehingga diperoleh sebuah mesin yang paling sesuai dengan kebutuhan departemennya.

WTP harus memiliki sistem pengolahan air yang sesuai dengan jenis air baku (raw water) yang tersedia di perusahaan. Kapasitas produksi WFI (Water for Injection = air bebas pyrogen sehingga bila disuntikkan ke tubuh manusia tidak menimbulkan demam) harus sesuai kebutuhan. Volume tangki WFI disesuaikan dengan pola konsumsi WFI dan kecepatan aliran sirkulasi WFI harus sesuai persyaratan dalam SOP. Semuanya harus digambarkan dengan jelas sehingga para engineer itu paham dan mampu menerjemahkannya dalam rancangan mesin yang sesuai.

Di sisi pengelolaan persediaan spare part dan bahan baku, Planta dituntut untuk menjamin agar bahan baku dan spare part mesin tidak kehabisan ditengah jalan. Artinya untuk bahan baku dia harus menyeimbangkan persediaan bahan baku dengan waktu yang dibutuhkan bagian pengadaan untuk membeli bahan baku dari vendor. Dengan demikian jumlah persediaan bahan baku di gudang tidak berlebihan atau kurang. Untuk keperluan itu Planta harus bisa menjelaskan trend konsumsi bahan baku di departemennya dengan pihak gudang dan bagian pengadaan.

^_^

Untuk dapat berkomunikasi dengan para ahli bidang lain sebaiknya seorang versatilis mengetahui backbone, atau dasar-dasar umum ilmu lain. Misalnya untuk sebuah alat sterilisasi insitu otomatis komponen utamanya adalah:

(1) controller yang mengatur kerja valve dan dapat diprogram untuk melakukan sterilisasi pada suhu dan waktu tertentu sesuai kebutuhan kita,
(2) valve steam otomatis yang membuka dan menutup berdasar perintah controller
(3) recorder yang mencatat suhu dan tekanan selama sterilisasi
(4) suplai steam (sumber steam yang akan disemburkan ke dalam alat), steam trap (untuk membuang kondensat steam yang terbentuk selama proses sterilisasi) dan alat-alat penunjang lain.

Berbekal pengetahuan tentang insitu seorang mikrobiolog versatilis dapat mengkomunikasikan kebutuhannya dengan para engineer.

Dr. Romi Satria Wahono menggambarkan versatilis bukanlah seorang generalis yang menguasai banyak bidang tapi kulitnya saja, tetapi dia memiliki keahlian tertentu selanjutnya dengan berbekal pengalaman kerjanya, manusia ini mengembangkan kemampuannya menjadi meliputi banyak bidang. Seorang versatilis memiliki pengalaman dan kemampuan melakukan berbagai macam tugas yang melibatkan multidisiplin (versatile).


Apakah versatilis harus sangat ahli di semua bidang?.


Tentu saja tidak. Yang penting adalah kemampuan mengkomunikasikan bahasa teknis menjadi bahasa yang dimengerti para ahli di bidang lain. Dr. Romi Satrio Wahono memberi contoh di industri IT di Amerika, dimana 80% pekerjaan IT berada di perusahaan-perusahaan non IT. Oleh karenanya spesialis IT dituntut memiliki kemampuan mengkomunikasikan konsep-konsep IT dengan bahasa yang dimengerti oleh orang-orang non IT agar dapat dibangun sistem IT yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Untuk dapat mengkomunikasikan bahasa teknis menjadi bahasa awam tentu saja diperlukan pengetahuan dasar yang kuat yang diperoleh seorang versatilis selama pendidikan ditambah pengetahuan selama proses dari seorang newbie (pendatang baru) menjadi seorang spesialis.



Skema Sistem Sterilisasi Insitu

Masalahnya adalah bila seorang pekerja menjadi spesialis aja belum mampu, tentu terlalu jauh untuk bermimpi menjadi versatilis. Pengalaman kerja yang panjang tidak selalu membentuk seseorang menjadi spesialis yang matang.

Bisa saja seorang pekerja hanya mengetahui kulitnya saja tanpa didukung penguasaan prinsip-prinsip dasar dari pekerjaan yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun. Untuk menjadi spesialis seorang pekerja harus bersedia mengorbankan waktu -- terkadang waktu tidur -- untuk mempelajari dasar-dasar scientific pekerjaan yang sehari-hari dilakukannya (undil).

0 komentar:

Post a Comment