Sastrokreatip Mau Dodolan Gorengan



Inilah hari yang ditunggu-tunggu Haji Wage, yaitu datangnya Sastrokreatip ke rumahnya untuk menyatakan minat buka usaha. Mau bisnis saja, begitu kata Sastrokreatip pada Haji Wage lewat telpon. Setahun yang lalu Sastrokreatip lulus kuliah dengan IPK three point something. Namun entah kenapa hingga saat ini belum juga dapat pekerjaan yang sreg dengan panggilan hatinya.

Dua minggu lalu Haji Wage mendengar berita bahwa Sastrokreatip telah magang di warung Kang Dadang. Pertanda upaya Haji Wage tidak sia-sia. Sebulan sebelumnya Haji Wage yang dicurhati ayah Sastrokreatip tentang anaknya yang belum juga dapat kerja – berinisiatif mengajak Sastrokreatip jalan-jalan seharian.

Mereka berdua keliling-keliling Kota Bandung. Bukan keliling sembarang keliling. Si Sastrokreatip ini diajaknya jajan sambil ngobrol dengan tukang gorengan yang tersebar di seantero Bandung. Dari Jalan Eijkman sampai Gunung Batu, dari Dipati Ukur sampai Lembang, dari Tamansari sampai Surapati. Pokoknya komplitlah seluruh penjuru kota dijelajahi untuk bersua dengan para tukang gorengan.

^_^

Pukul sepuluh pagi tamu yang dinanti-nanti oleh Haji Wage datang. Setelah sejenak basa-basi, ngobrol sana-sini akhirnya Sang Tamu tiba pada inti persoalan yang ingin diungkapkan pada Haji Wage.

“Saya butuh uang untuk bisnis Kang!. Bisa nggak pinjem barang 10 juta untuk buka usaha jualan gorengan” pinta Sastrokreatip

“Berapa??. Sepuluhjuta????” Haji Wage kaget sampai rambutnya berdiri.

“Sedikitlah segitu!. Untuk beli gerobak saja berapa? Belum lagi kompor gas dan tabung gas. Wajarlah angka segitu!”

Haji Wage diam sejenak. Kemudian dia berceramah panjang lebar tentang perlunya Sastrokreatip berhati-hati dalam membelanjakan uang buat modal bisnis. Beli yang perlu-perlu saja, jangan dulu tanam modal banyak-banyak. Jelajahi kolamnya dulu, sebelum mencebur untuk berenang. Siapa tahu banyak buaya dan cicak dalam kolam. Intinya Haji Wage tidak setuju Sastrokreatip memulai usaha gorengan dengan modal sebesar itu.

“Bukannya pertigaan jalan tempat kau mau jualan itu dekat banget dengan rumahmu. Kamu juga gak akan jualan keliling kampung. Gak perlulah bikin gerobak dorong. Angkut saja satu meja dari rumahmu untuk pengganti gerobak dorong”. kata Haji Wage

“Waaah, gak nyeni dong Kang. Masa aku jualan pake meja belajar, malu dong!

“Ah, tenang aja. Ntar kalo daganganmu laku kamu gak akan malu lagi. Kalo soal kompor ambil saja satu kompor dari rumahmu, tabung gas tak liat banyak juga di rumahmu. Tinggal diambil satu”.

Sastrokreatip mau gak mau menerima saran Haji Wage untuk mempergunakan perabotan rumah buat jualan gorengan. Pertigaan jalan tempat dirinya akan berjualan memang bukanlah jalan raya yang ramai, tetapi banyak karyawan kantor yang ngontrak, juga banyak tempat kost anak koas kedokteran dan ramai oleh murid-murid SD yang jalan kaki ke sekolah. Ditaksirnya soal pembeli gak akan pernah sepi. Sekarang tinggallah persoalan dana untuk beli isi tabung gas, beli minyak goreng dan tenda sederhana biar dagangannya tidak bubar kalo tiba-tiba turun hujan.

“Kalo gitu aku pinjem uang buat beli bahan-bahan gorengan dan tenda aja” kata Sastrokreatip

“Bukannya kamu punya Motor Megapro di rumah?. Itu bisa untuk modal awal!”

“Apa maksudmu Kang? Kalo dijual, aku beli bahan-bahan gorengan pake apa? Lagipula motor itu sangat kubutuhkan untuk transportasi sehari-hari. Gak mungkinlah kujual!”

“Waaaah salah ngerti kamu!. Jual lalu beli lagi motor yang agak lebih tua. Beli aja motor keluaran akhir tahun 90-an atau awal 2000-an . Banyak yang masih bagus kok! Selisih uangnya buat modal usahamu!”

“Huuuuuu.....Kok Akang gitu siy! Gak bisa yah pinjem uang dulu ke Kang Wage?”

“Bisa aja siy. Tapi aku khawatir kamu jadi kurang semangat dalam jualan. Soalnya uangnya dari aku. Jadi kalo gagal -- yah kamu bisa berharap aku akan memberi kelonggaran dalam pembayaran hutang atau aku akan mengikhlaskan uang itu. Tapi jika modal berasal dari kocekmu sendiri, aku berharap kamu lebih bersemangat. Sebab kalau modal hilang berarti kamu gak akan punya Megapro lagi. Kalau bisnismu tutup, berarti kamu gak bisa naik motor bagus lagi. Makanya kamu bisa lebih semangat!”

Sastrokreatip diam. Dia sayang banget sama motornya. Motor itu diperolehnya dari uang hadiah saat menjadi juara satu lomba rekayasa teknologi tingkat nasional. Puncak dari sederet prestasi yang diraihnya semasa masih kuliah Makanya sangat bersejarah sekali bagi dirinya.



“Dengar!. Kalo kamu semangat, kamu tak akan berhenti jualan hanya karena seharian tidak laku. Kamu gak akan bermalas-malasan karena hujan. Kamu juga tak akan mundurin jadwal buka warung hanya karena ngantuk akibat baru pulang dari luar kota. Jadi pelangganmu dapat mengandalkan warungmu untuk mencari goreng-gorengan! Nah, semangat itu akan bangkit kalo kamu merasa udah membuat pengorbanan, yaitu motormu yang kau jual. Karena kalo kamu malas-malasan kamu rugi sendiri karena uangmu yang akan lenyap. Bukan uang orang lain yang akan hilang!” lanjut Haji Wage berusaha meyakinkan Sastrokreatip.

Sastrokreatip tertegun. Diam-diam dia mengakui bahwa dengan modal sendiri dirinya akan lebih bersemangat. Juga dirinya lebih bangga karena dapat berdiri di atas kaki sendiri (Undil – Okt 2009).


tags: cerpen, cerita pendek, cerita manajemen, cerita wirausaha, dongeng sebelum tidur, dongeng anak, haji wage, wiraswasta, tips mau buka usaha, harga diri, mandiri, hati-hati hutang untuk usaha, hemat modal, jualan gorengan, psikologi modal usaha


0 komentar:

Post a Comment