Ketika pertamakali gabung dengan pengurus Masjid Jami itu
yang terpikir oleh Shinichi adalah pengaruh dakwah masjid itu belum optimal. Masjid
Jami terletak di sebuah ruas jalan di pusat kota, berdekatan dengan beberapa
mal dan pusat perbelanjaan yang secara rutin menyedot publik untuk berkunjung.
Fasilitas mal yang nyaman untuk berekreasi, refreshing, belanja, dan rajin mengadakan
acara-acara pengasah kreativitas anak, telah membuat Mal itu selalu penuh.
Maka hal pertama yang dilakukan Shinichi adalah mengajak pengurus
lama berkunjung ke Manajer Mal, dan memperkenalkan diri mereka sebagai pengurus
Masjid Jami. Sambutan Manajer Mal sangat ramah, sementara Shinichi berusaha
menyampaikan maksudnya. Awalnya Manajer Mal menyangka Shinichi hendak minta
partisipasi pendanaan kegiatan masjid atau minta ijin menaruh kotak amal di
dalam Mal. Namun Shinichi menegaskan kunjungannya bukan untuk itu.
Masjid Jami punya buletin yang ditujukan untuk para remaja dan
terbit setiap hari Jumat. Selama buletin yang dikelola Remaja Masjid ini hanya dikonsumsi oleh para jamaah Sholat Jumat. Nah, Shinichi ingin pihak Mal memberi
kesempatan Shinichi menaruh buletin Jumat itu pada beberapa titik strategis di
Mal, yaitu di dekat pintu masuk, desk informasi, kasir swalayan, dan di kasir
pusat makanan jajanan. Namun Shinichi
tidak puas dengan hal itu saja.
Shinichi juga tertarik dengan ruang terbuka di tengah Mal
yang selama ini sering digunakan untuk pameran atau pertunjukan musik. Shinichi
ingin menggunakan tempat itu untuk menggelar sebuah acara yang tadinya akan diselenggarakan di Gedung
Pertemuan.
^_^
Manajer Mal sedikit kaget dengan permintaan Shinichi. Permintaan
ini lain dari biasanya. Diam-diam dia mengakui bahwa dampak permintaan ini jauh
lebih besar bagi Masjid Jami dibanding jika dirinya hanya memberi sumbangan
berupa uang. Ini dampaknya adalah dakwah Masjid Jami akan mengalir ke
pengunjung Mal yang setiap hari jumlahnya ribuan, jauh lebih banyak daripada
pengunjung Masjid Jami. Kini mereka akan dijangkau oleh pengurus Masjid dengan materi-materi
dakwahnya. Apalagi menurut pengamatan Manajer Mal yang rajin bertandang kepada
pengelola fasilitas umum di sekitar Mal, buletin itu selalu tampil colorful dan isinya menarik.
Permintaan pertama Shinichi dapat langsung diluluskan. Namun per
mintaan kedua masih memerlukan pengkajian. Ada hal-hal yang perlu dia bicarakan dengan
owner mal sebelum menerima usulan kedua. Itu pun dengan catatan acara tidak digelar
pada hari prime time seperti hari Sabtu dan Minggu, dimana lokasi ruang terbuka
telah banyak dibooking orang.
Ketika Shinichi mengatakan dirinya bakalan menggelar malam konsultasi
keluarga dengan menyediakan aneka ragam konsultan dari para aktifis masjid baik tua maupun muda yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang keluarga dari sisi psikologi dan agama, Si Manajer Mal buru-buru menelpon owner.
Beberapa saat kemudian dia menyatakan setuju untuk menyediakan tempat buat
acara yang akan digelar Shinichi. Acara seperti itu akan menjadi nilai tambah yang
luar biasa bagi Mal yang dikelolanya (Undil-2013)