Kejutan Upacara Bendera


Sebulan setelah ditunjuk jadi manajer SDM, Rowisky mendapat tugas menangani upacara bendera yang rutin diselenggarakan kantor pada saat tanggal 17 Agustus. Berdasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Rowisky merasa bahwa karyawan tidak begitu tertarik mengikuti upacara bendera, banyak diantara mereka yang datang sekedar untuk menggugurkan tugas.

Tahun ini Rowisky ingin membuat upacara bendera lebih menarik, dan bukan sekedar seremonial yang datar-datar saja tanpa greget di mata karyawan. Makanya Rowisky sengaja menyewa group marching band untuk menyanyikan lagu-lagu perjuangan maupun lagu-lagu pop untuk memeriahkan upacara. Namun Rowisky merasa belum cukup. Dia merasa ada hal yang lebih nendang lagi yang perlu dilakukan.

Setelah berhari-hari berpikir keras dan mencari masukan sana-sini akhirnya Rowisky menemukan cara jitu untuk menarik perhatian para karyawan terhadap upacara. Ide “gila” Rowisky adalah menjadikan para kepala divisi sebagai petugas upacara. Kepala Divisi adalah jabatan karir tertinggi bagi karyawan di perusahaan, hanya setingkat di bawah direksi.

Tiga orang Kepala Divisi Produksi akan bertindak sebagai petugas pengibar bendera. Kepala Divisi QC sebagai pembaca teks Pancasila. Kepala Divisi QA sebagai pembaca pembukaan UUD 45. Kepala Divisi Bengkel sebagai komandan upacara. Kepala Divisi Keuangan sebagai pembaca doa. Kepala Divisi Perencanaan sebagai  pembawa acara.  Para Kepala Divisi sisanya akan bertugas sebagai komandan regu-regu peserta upacara.

Tentu saja usulan Rowisky bikin geleng-geleng kepala Direksi -- sebelum akhirnya disetujui -- karena Rowisky berhasil meyakinkan mereka bahwa cara ini akan membuat para kepala divisi lebih dekat dengan karyawan. Sebelumnya yang menjadi petugas upacara  adalah para satpam dan pelaksana di perusahaan. Dengan terjunnya para kepala divisi ini diharapkan dapat meyakinkan karyawan bahwa para atasan mereka adalah sejenis pekerja  keras yang tidak ragu-ragu terjun langsung mengerjakan tugas-tugas lapangan yang biasanya dikerjakan para pelaksana.

Seperti yang sudah diduga Rowisky, perlu waktu berhari-hari guna meyakinkan para kepala divisi untuk mau menjadi petugas upacara. Di tengah jadwal ketemu klien yang padat, dikejar target produksi, acara kunjungan ke luar negeri dan audit eksternal yang datang silih berganti – meluangkan waktu untuk latihan upacara adalah “barang mewah” bagi mereka.

Waktu para kepala divisi ini begitu berharga sehingga membuat mereka mau menjadwalkan latihan upacara ke dalam agenda adalah sebuah perjuangan tersendiri.  Namun berkat dukungan dari direksi, Rowisky dapat meyakinkan mereka.

^_^

Seperti yang diduga Rowisky jalannya upacara menjadi sangat menarik. Para karyawan tentu saja sangat antusias melihat bagaimana para atasan mereka menjalankan tugasnya. Upacara bendera jadi sangat menarik  untuk disimak karena baru pertama kali ini dalam sejarah perusahaan para pejabat tinggi menjalankan peran sebagai petugas upacara.

Tentu saja aura upacara jadi beda. Misalnya saja cara pembacaan pembukaan UUD 45 -- menjadi  sangat enak didengar di tangan Kepala Divisi QA. Sebagai ekspert yang sering menjadi pembicara di pertemuan ilmiah internasional tentunya beliau memiliki kelas tersendiri dalam membacakan teks pembukaan UUD 45. Apalagi beliau benar-benar memahami maknanya.  Demikian juga dengan kapala divisi lain, mereka telah memberi sentuhan lain pada upacara bendera ini dengan expertise masing-masing.

Rowisky mendapat ucapan selamat dari Direksi atas keberhasilannya menjalankan upacara bendera dengan cara yang lebih menarik ini. Namun tahun berikutnya Rowisky tidak lagi menjabat manajer SDM karena ditugaskan menjadi perwakilan perusahaan di sebuah lembaga internasional. Akibatnya ide menunjuk petugas upacara dari kalangan kepala divisi ini tidak berlanjut lagi di tahun-tahun berikutnya (Undil-2012).  

0 komentar:

Post a Comment