Hal-hal Kecil yang Berarti Besar

Seorang Pak Tua pencari udang dengan raut muka sedih mendatangi Hattori yang sedang sibuk menyiram tanaman di depan rumahnya. Di bahu pencari udang tersebut tersampir jala yang dipergunakannya untuk mencari udang di sungai-sungai sekitar wilayah itu. Sebuah wadah dari anyaman bambu tempat menyimpan udang hasil tangkapan nampak menempel di pinggangnya.

Hattori menghentikan sejenak air yang mengalir dari selang ditangannya. Senyumnya mengembang menyambut kedatangan Pak Tua. Kemudian mereka berbincang sejenak tentang ini dan itu. Hattori sering melihat Si Pak Tua, karena dia adalah langganan tetangga yang sudah dua bulan silam meninggal dunia. Setelah tetangga yang setiap jumat pagi membeli udang itu meninggal – kini rumah itu sedang sepi karena istri tetangga tersebut sedang menginap di rumah seorang cucunya di luar kota.

“Sekarang saya tak punya penghasilan tetap seminggu sekali” kata Pak Tua

“Apa maksudmu Pak?”

“Pak Haji yang meninggal dua bulan lalu itu adalah pelanggan tetap setiap Jumat. Jadi saya tak perlu keliling dari kampung ke kampung untuk menawarkan udang” lanjutnya

“Ooo gitu yah”

“Yah, Pak Haji juga suka membeli dengan harga lebih tinggi dari penawaran saya -- dengan pekerjaan tambahan membersihkan udang. Saya senang sekali, tiap Jumat saya dapat penghasilan lebih dari biasanya” katanya lirih.

^_^

Hattori tertegun. Pak Tua ini bukan orang pertama yang menyatakan kehilangannya atas kematian Pak Haji. Beberapa hari yang lalu seorang penjual onde-onde juga menyatakan hal yang sama. Dia kehilangan pelanggan tetap setiap minggu pagi. Juga seorang tukang pijit dan penjual jamu yang kehilangan pelanggan.

Belum lagi anak-anak kecil yang sering mengaji ke Masjid juga kehilangan seorang guru yang mengajarkan syair-syair berbahasa arab yang dinyanyikan bersama-sama setiap habis Sholat Subuh. Sungguhpun anak-anak itu tak begitu mengerti arti syair yang berisi ajaran-ajaran agama itu – mereka sangat senang bisa menyanyikannya. Syair-syair yang lebih bervariasi daripada yang diajarkan di sekolah mereka, taman kanak-kanak.

Kemudian Hattori menyadari hal-hal kecil yang dilakukan oleh Pak Tua tetangganya itu ternyata berarti besar buat orang lain. Beberapa ribu rupiah yang tidak berarti bagi penghuni kompleks itu akan sangat berarti bagi orang lain. Mengajarkan syair-syair yang merupakan kegemaran Pak Haji ternyata sangat berarti bagi anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Juga tanaman-tanaman jeruk, mangga, papaya, cacao hingga alpukat yang berbuah lebat di kebun Pak Haji – yang sering dibagikan ke tetangga-tetangganya – memberi pekerjaan bagi tukang kebun yang secara rutin diundang seminggu sekali.

Hattori melihat dirinya yang masih muda. Banyak hal yang dikuasainya. Tetapi tak pernah diajarkan pada orang lain. Hattori adalah jagoan pidato, juga dalam bahasa Inggris. Dia juga jago karate, volley dan pingpong. Dia juga lihai menanam berbagai jenis tanaman hias. Tahu banyak tentang reparasi barang-barang elektronik ataupun reparasi perabot rumah tangga. Tetapi semua itu hanya dipergunakannya sendiri. Bahkan tidak juga untuk bekerja, karena pekerjaannya di sebuah manufactur lebih banyak mengandalkan kemampuan manajerial. Tiba-tiba Hattori merasa malu (undil – 2008)



1 comment: