Sabtu pagi ketika Maruko yang masih dengan tubuh kedinginan menghidupkan laptopnya menemukan sebuah e-mail aneh dari Shinichi Kudo. Rupanya anak itu sedang emosional, jengkel pada sesuatu dan parahnya menumpahkan semua “kemarahannya” dengan menuliskan hal-hal lain dengan kata-kata yang sepintas kelihatan normal-normal saja – namun Maruko dapat dengan terang benderang merasakan luapan emosi yang meledak-ledak dibaliknya.
Ungkapan-ungkapan itu banyak yang telah diketahui oleh Maruko. Bukan hal yang baru. Namun karena Shinichi “meneriakkannya” dengan kalimat-kalimat yang lantang tak urung Maruko merasa gusar juga. Marah-marah kok pada hal-hal yang tak berhubungan dengan penyebab kejengkelan!. Jadinya pilihan kata-katanya nabrak-nabrak kemana-mana!
Seperti tentang supervisor – enak saja Shinichi mengatakan bila Maruko terpaksa mengerjakan pekerjaan penting karena anak buahnya sibuk dengan pekerjaan tidak penting berarti dirinya tidak berhak disebut supervisor. Lalu siapa yang harus mengerjakan pekerjaan tidak penting ?. Gimana bila anak buahnya salah dalam mengerjakan pekerjaan penting ? Juga tentang cuti panjang. Apakah sesederhana itu ?. Bila dirinya tak bisa cuti panjang karena anak buahnya tak ada yang bisa menggantikannya, berarti dia tidak berhak mendapat tunjangan jabatan ? Ha ha ha! Maruko tertawa kala membayangkan dirinya memforward email itu ke bossnya.
Apalagi tentang meluaskan wewenang -- pembagian wewenang antara dirinya dengan boss memang tidak begitu jelas. Namun bila Maruko bermaksud meluaskan wewenangnya berarti dia mengambil resiko untuk kena damprat bila mengambil keputusan yang salah. Walaupun dengan perluasan wewenang itu pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan pekerjaan bossnya pun akan jauh lebih ringan. Karena “kera-kera” pekerjaan akan bergelantungan di tangan Maruko dan bukan di tangan bossnya yang telah dipenuhi “kera-kera” pekerjaan lain.
^_^
Akhirnya Maruko memutuskan untuk membaca saja e-mail itu tanpa komentar apapun. Yah dia juga tidak setuju dengan embel-embel tulisan yang berbunyi “Fakta-fakta yang akan kau sadari setelah empat tahun bekerja” --- yang menurut Maruko hanya berlaku bagi orang yang tidak pernah belajar dari para pakar dan “Begawan” yang telah berbaik hati membagi-bagikan ilmunya di jurnal-jurnal bisnis sejak puluhan tahun silam. Bila bisa belajar dari mereka mengapa aku harus menunggu bertahun-tahun untuk mengetahuinya.
^_^
From : Shinichi Kudo
Subject : Percayakah Kamu?
PERCAYAKAH KAMU ?
(Setelah 4 tahun bekerja kamu akan menyadari fakta-fakta berikut)
Kamu tidak akan bekerja efektif bila kau merencanakan lembur selepas jam kerja atau berencana lembur pada hari sabtu.
Sebaliknya kamu akan bekerja sangat efektif bila saat weekend kau merencanakan untuk cuti dan berlibur ke Bali. Kau akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan agar dapat menikmati liburan dengan tenang.
Kamu akan mudah terjebak pada pekerjaan-pekerjaan kurang penting atau pekerjaan orang lain bila pada pagi hari kamu datang ke kantor tanpa rencana daftar pekerjaan yang akan diselesaikan.
Kamu akan menghabiskan waktu seharian untuk menyelesaikan review 4 BPR (Batch Production Record), dan kamu juga hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menyelesaikan review 12 BPR. Tanpa kau sadari kecepatan kerjamu akan menyesuaikan dengan jumlah pekerjaan.
Kamu akan selalu menemukan kesalahan dan memperbaiki SOP yang sedang kau kerjakan, bila kau tidak memiliki batas waktu yang jelas untuk menyelesaikan sebuah SOP.
Kamu memiliki wewenang yang jauh lebih luas dari yang kau bayangkan bila kamu berani menjajaki. Jangan pernah berharap atasanmu akan mendeskripsikan secara jelas wewenang yang kau miliki.
Kamu akan mendapat perlawanan yang habis-habisan bila kau memperjuangkan pendapatmu dengan cara memojokkan pendapat orang lain dalam sebuah meeting. Orang tak akan mau kehilangan muka di depan orang banyak bahkan mungkin untuk sesuatu yang dia tahu salah.
Kamu harus secepatnya “memberi pelajaran” pada bawahanmu yang lebih suka berhubungan langsung dengan atasanmu dalam mengambil keputusan. Kecuali kau ingin kehilangan kendali atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu..
Kamu tidak berhak disebut supervisor bila kamu terpaksa harus terjun langsung mengerjakan pekerjaan penting karena anak buahmu sibuk dengan pekerjaan tidak penting.
Kamu akan kehilangan antusiasme seluruh anggota tim, bila kau membiarkan seorang anggota tim bekerja seenaknya.
Kamu sebenarnya tidak berhak mendapat tunjangan jabatan bila kamu tidak bisa mengambil cuti panjang karena tak seorang pun asistenmu yang mampu menggantikan pekerjaanmu. Kamu tak lebih dari seorang pekerja biasa yang dibayar lebih tinggi dari anak buahmu.
Meeting hanya memboroskan waktu bila pada akhir meeting kamu tidak menunjuk personil yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan hasil meeting dan menentukan batas waktu penyelesaiannya.
Kamu harus bersiap untuk kecewa bila mengharapkan atasan berperan seperti ibu kandung yang selalu mengasuh dan melindungimu. Bisa saja seorang atasan yang terjepit sebuah masalah besar dalam melakukan pembelaan diri tanpa sengaja menghancurkan reputasi bawahannya.
Wasalam
Kudou Shinichi.
^_^
Pastilah Maruko tidak menyetujui bulat-bulat semua petatah-petitih itu. Ada hal-hal yang terlalu ekstrim, yang menurutnya terlalu berlebihan. Karenanya Maruko menganggap email pagi-pagi itu sebatas pemicu mengalirnya kembali inspirasinya yang kebetulan sedang macet karena tertimbun pekerjaan yang melimpah ruah. (makmur 14, bandung november 2006)
Ungkapan-ungkapan itu banyak yang telah diketahui oleh Maruko. Bukan hal yang baru. Namun karena Shinichi “meneriakkannya” dengan kalimat-kalimat yang lantang tak urung Maruko merasa gusar juga. Marah-marah kok pada hal-hal yang tak berhubungan dengan penyebab kejengkelan!. Jadinya pilihan kata-katanya nabrak-nabrak kemana-mana!
Seperti tentang supervisor – enak saja Shinichi mengatakan bila Maruko terpaksa mengerjakan pekerjaan penting karena anak buahnya sibuk dengan pekerjaan tidak penting berarti dirinya tidak berhak disebut supervisor. Lalu siapa yang harus mengerjakan pekerjaan tidak penting ?. Gimana bila anak buahnya salah dalam mengerjakan pekerjaan penting ? Juga tentang cuti panjang. Apakah sesederhana itu ?. Bila dirinya tak bisa cuti panjang karena anak buahnya tak ada yang bisa menggantikannya, berarti dia tidak berhak mendapat tunjangan jabatan ? Ha ha ha! Maruko tertawa kala membayangkan dirinya memforward email itu ke bossnya.
Apalagi tentang meluaskan wewenang -- pembagian wewenang antara dirinya dengan boss memang tidak begitu jelas. Namun bila Maruko bermaksud meluaskan wewenangnya berarti dia mengambil resiko untuk kena damprat bila mengambil keputusan yang salah. Walaupun dengan perluasan wewenang itu pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan pekerjaan bossnya pun akan jauh lebih ringan. Karena “kera-kera” pekerjaan akan bergelantungan di tangan Maruko dan bukan di tangan bossnya yang telah dipenuhi “kera-kera” pekerjaan lain.
^_^
Akhirnya Maruko memutuskan untuk membaca saja e-mail itu tanpa komentar apapun. Yah dia juga tidak setuju dengan embel-embel tulisan yang berbunyi “Fakta-fakta yang akan kau sadari setelah empat tahun bekerja” --- yang menurut Maruko hanya berlaku bagi orang yang tidak pernah belajar dari para pakar dan “Begawan” yang telah berbaik hati membagi-bagikan ilmunya di jurnal-jurnal bisnis sejak puluhan tahun silam. Bila bisa belajar dari mereka mengapa aku harus menunggu bertahun-tahun untuk mengetahuinya.
^_^
From : Shinichi Kudo
Subject : Percayakah Kamu?
PERCAYAKAH KAMU ?
(Setelah 4 tahun bekerja kamu akan menyadari fakta-fakta berikut)
Kamu tidak akan bekerja efektif bila kau merencanakan lembur selepas jam kerja atau berencana lembur pada hari sabtu.
Sebaliknya kamu akan bekerja sangat efektif bila saat weekend kau merencanakan untuk cuti dan berlibur ke Bali. Kau akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan agar dapat menikmati liburan dengan tenang.
Kamu akan mudah terjebak pada pekerjaan-pekerjaan kurang penting atau pekerjaan orang lain bila pada pagi hari kamu datang ke kantor tanpa rencana daftar pekerjaan yang akan diselesaikan.
Kamu akan menghabiskan waktu seharian untuk menyelesaikan review 4 BPR (Batch Production Record), dan kamu juga hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menyelesaikan review 12 BPR. Tanpa kau sadari kecepatan kerjamu akan menyesuaikan dengan jumlah pekerjaan.
Kamu akan selalu menemukan kesalahan dan memperbaiki SOP yang sedang kau kerjakan, bila kau tidak memiliki batas waktu yang jelas untuk menyelesaikan sebuah SOP.
Kamu memiliki wewenang yang jauh lebih luas dari yang kau bayangkan bila kamu berani menjajaki. Jangan pernah berharap atasanmu akan mendeskripsikan secara jelas wewenang yang kau miliki.
Kamu akan mendapat perlawanan yang habis-habisan bila kau memperjuangkan pendapatmu dengan cara memojokkan pendapat orang lain dalam sebuah meeting. Orang tak akan mau kehilangan muka di depan orang banyak bahkan mungkin untuk sesuatu yang dia tahu salah.
Kamu harus secepatnya “memberi pelajaran” pada bawahanmu yang lebih suka berhubungan langsung dengan atasanmu dalam mengambil keputusan. Kecuali kau ingin kehilangan kendali atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu..
Kamu tidak berhak disebut supervisor bila kamu terpaksa harus terjun langsung mengerjakan pekerjaan penting karena anak buahmu sibuk dengan pekerjaan tidak penting.
Kamu akan kehilangan antusiasme seluruh anggota tim, bila kau membiarkan seorang anggota tim bekerja seenaknya.
Kamu sebenarnya tidak berhak mendapat tunjangan jabatan bila kamu tidak bisa mengambil cuti panjang karena tak seorang pun asistenmu yang mampu menggantikan pekerjaanmu. Kamu tak lebih dari seorang pekerja biasa yang dibayar lebih tinggi dari anak buahmu.
Meeting hanya memboroskan waktu bila pada akhir meeting kamu tidak menunjuk personil yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan hasil meeting dan menentukan batas waktu penyelesaiannya.
Kamu harus bersiap untuk kecewa bila mengharapkan atasan berperan seperti ibu kandung yang selalu mengasuh dan melindungimu. Bisa saja seorang atasan yang terjepit sebuah masalah besar dalam melakukan pembelaan diri tanpa sengaja menghancurkan reputasi bawahannya.
Wasalam
Kudou Shinichi.
^_^
Pastilah Maruko tidak menyetujui bulat-bulat semua petatah-petitih itu. Ada hal-hal yang terlalu ekstrim, yang menurutnya terlalu berlebihan. Karenanya Maruko menganggap email pagi-pagi itu sebatas pemicu mengalirnya kembali inspirasinya yang kebetulan sedang macet karena tertimbun pekerjaan yang melimpah ruah. (makmur 14, bandung november 2006)
0 komentar:
Post a Comment