Testimoni (2) Seandainya Saya Tidak Hobby Mengoleksi Helm

Rudi Kartika (17 thn) siswa SMU kelas XII.
Sore hari dua minggu yang lalu aku naik motor untuk pergi ke tempat les bahasa jepang. Kurang lebih 100 meter sebelum tempat les, tiba-tiba mobil yang berada di depanku berhenti mendadak karena ada orang menyeberang jalan. Aku kaget setengah mati dan membanting motorku ke kiri. Diluar dugaanku di sebelah kiri mobil terdapat parit yang terbuka tanpa penutup. Aku dan motorku terjun bebas ke dalam parit sedalam 2 meter. Kepalaku sempat membentur dinding parit sebelum jatuh terkapar di dasar parit yang kering.

Kata orang-orang yang menyaksikan kejadian itu dan kemudian datang menolongku, aku beruntung sekali karena memakai helm. Karena terlindung helm, kepalaku tidak terluka parah walaupun terbentur dinding parit yang keras. Menurut dokter yang memeriksaku, helm yang kukenakan berkualitas bagus. Helm itu membantu melindungi kepalaku dari benturan sehingga aku tidak mengalami cedera otak berat. Selama ini aku memang senang mengoleksi helm-helm jagoan. Hobiku itu ternyata telah membantuku terhindar dari cedera berat. Seandainya aku memakai helm ala kadarnya mungkin hingga saat ini aku masih terbaring di rumah sakit. Alhamdulilah aku sangat bersyukur pada Allah bahwa kebiasaanku memakai helm telah memberi manfaat yang besar kepadaku.

^_^

Kisah rekaan di atas hanyalah contoh iklan layanan masyarakat berbentuk testimoni. Iklan tersebut terutama ditujukan pada orang-orang yang sudah menggunakan helm tetapi belum helm yang memenuhi syarat. Melalui testimoni seorang konsumen diajak untuk melihat secara langsung bukti-bukti keuntungan yang akan diperolehnya setelah menggunakan produk yang diiklankan. Si pengiklan berusaha menggunakan kacamata konsumen untuk memberi alasan mengapa konsumen perlu menggunakan produk tersebut. Tentu saja untuk membuat iklan testimoni si pengiklan harus gigih mencari konsumen yang memiliki pengalaman menarik.

Kisah dibawah ini adalah contoh lain iklan testimoni pemakaian helm yang ditujukan pada orang-orang yang enggan memakai helm karena dianggap merepotkan.

^_^

HELM TELAH MENGHINDARKAN SAYA DARI CACAT SEUMUR HIDUP

Irawati (21 thn) mahasiswi & kasir part time pasar swalayan.
Selama ini saya tidak pernah memakai helm kecuali terpaksa karena takut dirazia polisi. Helm itu merepotkan, gerah, gatal dan sungguh terasa tidak enak di kepala. Namun kejadian malam hari itu telah merubah segalanya. Malam itu saya bersama teman-teman habis menghadiri acara kantor di sebuah villa di luar kota. Menjelang tengah malam kami beramai-ramai pulang naik motor. Saya dibonceng oleh seorang teman yang berhasil memaksa saya memakai helm. Sebenarnya saya bersedia memakai helm karena helm itu akan merepotkan pengemudi bila digantung di motor. Alasan lainnya adalah udara malam itu dingin sekali sehingga helm akan membantu menghangatkan kepala saya.

Kecelakaan itu terjadi di satu lampu merah menjelang mamasuki kota. Dari arah belakang ada sebuah sedan yang diduga sopirnya ngantuk menghantam tiga motor kami yang sedang berhenti di lampu merah. Enam orang terlempar dari motor ke aspal jalan, termasuk saya. Tubuh saya terlempar paling jauh sampai ke tepi jalan dan kepala saya menghantam tiang listrik. Kami berenam sempat beberapa lama dirawat di rumah sakit. Beberapa diantara kami mengalami retak kaki dan tangan. Namun kami sangat beruntung karena kepala kami tidak cedera parah berkat helm standard yang kami kenakan. Terutama saya. Sulit membayangkan apa yang terjadi pada saya bila saya tidak memakai helm atau memakai helm murahan. Kepala saya yang membentur tiang listrik mungkin akan mengalami cedera otak yang membuat saya cacat seumur hidup (makmur - bandung).








0 komentar:

Post a Comment