Resensi Film: Pan's Labyrinth, Kesedihan yang Wajar

Langit tak pernah bersedih
meskipun kegelapan malam selalu berulang
sebagaimana kehadiran siang yang benderang.

^_^

Apakah kepedihan adalah sebuah malapetaka yang harus ditangisi? Apakah kesulitan adalah sesuatu yang harus membuat manusia menderita dan meranakan hari-hari yang dikaruniakan Tuhan pada-nya?. Benarkah manusia harus menjauh, sejauh-jauhnya dari gelapnya masalah yang akan menenggelamkan dirinya dalam penderitaan?. Apakah kebahagiaan itu hanya hadir pada manusia yang bebas dari kesulitan, bebas dari kepedihan dan menjalani hari-hari yang bebas dari persoalan?.

Pan’s Labyrinth (The Labyrinth of the Faun) adalah sebuah film yang menceritakan kehidupan Ofelia (Ivana Baquero), seorang gadis kecil yang menjalani hidup di Pos Militer seusai perang sipil di Spanyol (1936-1939). Film berlatar-belakang tahun 1944, ketika Jendral Franco telah mengalahkan para pendukung pemerintahan republik yang menjadi rivalnya. Dikisahkan Ibu kandung Ofelia menikah lagi dengan seorang perwira militer pengikut Jendral Franco -- setelah ayah kandung Ofelia meninggal dunia. Mereka berdua kemudian tinggal di sebuah pos militer yang merupakan garda depan dalam perang melawan sisa-sisa kaum Republikan.

Peseteruan dengan ayah tirinya, hidup yang mencekam seusai perang, dan hadirnya mata-mata musuh adalah menu sehari-hari Ofelia setelah menetap di Pos Militer yang berlokasi di daerah pedesaan. Ibu Ofelia yang sedang hamil tua dan sakit-sakitan terlalu payah untuk dapat memberi perhatian penuh pada Ofelia. Jadilah anak itu membangun kehidupannya sendiri – yang disusun berdasar buku-buku cerita yang rajin dibacanya. Hadirlah dunia Pan’s Labyrinth yang menjanjikan dia menjadi seorang puteri raja di sebuah dunia bawah tanah. Ofelia akan menempati posisi sebagai Putri Moanna, seorang puteri raja bawah tanah yang dahulu kala ingin tahu kehidupan di dunia permukaan, namun setelah naik ke dunia permukaan dia melupakan dunia lamanya, sampai menua dan mati.

Berawal dari keberangkatan Ofelia dan Ibunya untuk menetap di sebuah Pos Militer, tempat ayah tirinya menjadi komandan. Pertualangan-petualangan yang seru di alam labyrinth – dimulai -- sejak persinggahan di perjalanan. Seekor serangga membuntuti mobil Ofelia hingga ke rumah barunya. Kemudian Ofelia bertemu seorang makhluk yang menawarkan kedudukan sebagai puteri raja.

Faun, makhluk itu mengharuskan Ofelia memenuhi tiga persyaratan sebelum diterima menjadi putri. Mulailah serangkaian petualangan Ofelia untuk memenuhi persyaratan Faun di berbagai tempat. Seperti penjelajahan di labyrinth bawah tanah yang tersembunyi di akar sisa sebuah pohon besar di hutan dekat pos militer -- untuk mendapatkan sebuah anak kunci dari perut seekor katak; juga pada sebuah labyrinth rahasia yang bisa diakses dari kamarnya saat dia bertemu dengan Manusia Pucat – seekor monster pemakan-anak yang lubang matanya terletak di kedua telapak tangan dan bola matanya bisa dilepas.

Dalam petualangannya di sekitar Pos Militer, Ofelia sempat memergoki orang kepercayaan ayah tirinya adalah pengikut musuh yang sedang menyamar. Para penyusup itu menjalin hubungan rahasia dengan musuh, yang bergerilya di hutan. Diantara mereka terdapat seorang dokter yang bertugas di pos militer – yang ternyata adalah mata-mata yang memasok obat-obatan pada musuh.

Seorang perempuan, pembantu rumahtangga di Pos Militer, adalah simpatisan musuh dan saudara kandung seorang gerilyawan – yang pada akhirnya kepergok dan dikurung oleh Sang Komandan. Perempuan yang memperlakukan Ofelia dengan baik itu, beruntung dapat meloloskan diri setelah berhasil melukai Sang Komandan di ruang penyekapan.

Tertangkapnya mata-mata mengakibatkan hubungan Ofelia dengan ayahnya semakin memanas. Si komandan menyalahkan Ofelia yang diam saja, sekalipun tahu ada penyusup di Pos Militer. Puncak perseteruan mereka terjadi ketika Ofelia melarikan adik-nya yang belum lama lahir – setelah memasukkan obat bius ke minuman ayah tirinya. Pelarian bersama adiknya itu atas permintaan Faun — sebagai persyaratan ketiga yang harus dipenuhi Ofelia. Sang ayah tiri yang dalam kondisi setengah sadar karena pengaruh obat bius berusaha mengejarnya. Pada saat bersamaan Pos Militer kacau balau oleh serbuan mendadak kaum perlawanan.

^_^

Satu hal yang mengesankan pada tokoh-tokoh cerita Pan’s Labyrinth adalah cara mereka menghadapi penderitaan. Ofelia sangat tegar dalam menghadapi perseteruan dengan ayah tirinya -- yang tak segan-segan menggunakan kekerasan terhadap dirinya. Sementara ibunya yang terbaring sakit tak berdaya dan tak bisa melindunginya lagi. Hebatnya gadis kecil itu tak banyak mengobral tangisan walaupun secara rutin menghadapi situasi sulit. Hari-hari dilalui biasa saja, sebagaimana hari-hari seorang gadis kecil pada umumnya. Tak ada cerita Ofelia mengasihani diri karena kemalangan hidupnya. Malahan si kutu buku itu sibuk dengan dunia yang dibangunnya sendiri -- dunia Pan’s Labyrinth.

Demikian juga dengan sang ayah tiri. Komandan Pos Militer itu menghadapi masalah-masalah pelik dalam pertempuran dengan ekspresi yang wajar. Tidak ada bilur-bilur kesedihan yang membekas pada dirinya. Sekalipun dia dikhianati oleh orang-orang kepercayaannya. Juga ketika dirinya terluka parah kala Si Pembantu menyerangnya dengan pisau, sebelum melarikan diri. Sang Komandan dengan cepat pulih dan kembali menjalankan fungsinya sebagai panglima perang seperti biasa.

Semua kesulitan dihadapi dengan sikap wajar. Tidak ada keluhan berlebihan, tidak ada obral tangisan, tidak ada rasa sentimen yang mendayu-dayu –- semua kenyataan dihadapi apa adanya. Kepedihan dihadapi dengan cara sederhana, sewajar menghadapi datangnya malam setelah siang. Tidak ada waktu untuk meratapi kepedihan, karena mereka sibuk melanjutkan kehidupan seperti biasa. Seolah-olah kehadiran kepedihan dianggap wajar, sewajar datangnya kesenangan.

^_^

Gambar-gambar indah mendominasi film yang melukiskan pemandangan seputar Pos Militer yang berlokasi di daerah pedesaan, lengkap dengan hutan alam yang elok. Gambar-gambar artistik dengan tatacahaya yang prima adalah kekuatan utama film, disamping alur cerita yang kuat. Animasi tokoh-tokoh fiktif pada Pan’s Labyrinth juga sangat menarik sebagai pelengkap cerita. Tokoh-tokoh fiktif itu berada di dunia tersendiri dan bersentuhan dengan dunia nyata hanya lewat Ofelia.

Guillermo Del Toro, sutradara Pan’s Labyrinth, -- berhasil menyuguhkan sebuah film tentang orang-orang yang mampu menjalani hidup dengan wajar di tengah-tengah berkecamuknya perang -- melalui serangkaian gambar-gambar yang menawan (UNDIL).

bacaan : wikipedia



12 comments:

  1. pilmnya ngebosenin gan, kagak ada seru-serunya. kalo menurut ane mah, tapi di imdb ratingnya gede juga.
    http://www.imdb.com/title/tt0457430/

    ReplyDelete
  2. Aksinya gak sekeren kaya hollywood, tapi temanya gak sekere hollywood.
    Daripada dar der dor kalau temanya miskin, ya tetep film miskin.

    ReplyDelete
  3. Baru nonton, film nya mencekam, drama fanatasy yang gak cocok untuk anak-anak

    ReplyDelete
  4. Keren... Setelah nonton film ini terasa sangat fantastis dan takjub, perjuangan seorang anak yang membangun dunianya sendiri, ditinggal ibu yang dicintainya, menghadapi takdir yang harus dijalani walaupun teramat pahit..

    ReplyDelete
  5. Semua elemen yang diangkat di film ada semua di mitologi, bisa bikin penasaran faun beneran ada atau engga

    ReplyDelete
  6. Barusan nonton, dan filmnya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Saya juga sempat menganggap ofelia mati seperti ayah dan ibunya, jd negeri dongeng yang dia impikan itu surga karena dia bertemu ayah dan ibunya. Dan saya juga membenarkan sudut pandang bahwa yg dialami ofelia bukan imajinasi, karena pohon yang dia selamatkan dari kodok bisa tumbuh lagi di akhir film, kemudian ibunya ofelia juga bs melihat akar yang ditaruh di bawah kasurnya, jd itu bukan imajinasi ofelia. Film yang bagus.

    ReplyDelete
  7. Serem ... Ga ccok buat anak anak

    ReplyDelete
  8. Menurut saya film Pan's labyrinth mempunyai aspek-aspek yang bagus, film ini menampakan warna-warni kehidupan dengan cara yang berbeda. Setiap scene mempunyai arti seperti scene waktu ofelia tak dapat menahan hawa nafsu untuk memakan makanan dari mahluk yang menyeramkan. Scene tersebut menjelaskan sifat manusia yang sulit melawan hawa nafsunya sendiri. Bagi saya film ini pantas untuk mendapatkan ratting yang tinggi

    ReplyDelete
  9. Salah satu film terbaik yang pernah dibuat, semua aspek cerita ngeblend dengan rapih di film ini, ngga heran film ini dapet 22 menit standing ovation (terlama dalam sejarah) di cannes festival yang isinya kritikus2 film, gokilllll

    ReplyDelete