Dari Kartu Lebaran, Penemu Kertas, sampai Resep Membuat Sari Buah.

Sampai awal tahun 2000-an mengirim kartu lebaran adalah sebuah kegiatan yang menarik minat banyak orang di negeri kita setiap kali menjelang lebaran. Kartu-kartu tersebut dibuat dengan desain menarik dan kalimat ucapan yang tak kalah menarik, bahkan kadangkala dengan kata-kata yang lucu-lucu untuk menarik perhatian pembeli. Kini kartu lebaran sudah mulai tergeser oleh media elektronik, terutama oleh SMS karena kehadiran ponsel sudah merata ke seluruh penjuru Indonesia.

Tahukah anda dibalik desain kartu lebaran yang warna-warni – ada satu orang yang berjasa besar menemukan kertas yang merupakan bahan dasar membuat kartu. Siapakah orang yang telah menemukan kertas sehingga sebuah kartu lebaran dapat dibuat indah dan praktis untuk dikirim ke tempat-tempat sejauh ribuan kilometer? Siapa pula yang membuat sebuah buku tidak lagi setebal kala masih menggunakan bambu dan kulit binatang sebagai bahannya?. Siapakah orang yang memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih mudah dibanding sewaktu manusia masih menulis di atas bahan-bahan tradisional?.

Sebelum menggunakan kertas, di Cina sebuah buku ditulis pada bambu -- yang tentu saja membuat buku berukuran besar dan tidak praktis. Buku dapat juga ditulis pada sutera, namun harganya kelewat mahal. Sementara di Eropa sebuah buku ditulis diatas kulit kambing atau lembu. Orang Romawi, Yunani dan Mesir menulisnya di atas papyrus. Kulit dan papyrus adalah bahan langka dan harganya terlalu mahal untuk menulis buku.

Lalu siapakah yang merubah semua itu? Siapakah orang yang berjasa membuat sebuah buku menjadi tipis dan praktis dibawa kemana-mana? Penemu kertas adalah seorang warga Cina bernama Ts’ai Lun. Seorang pegawai negeri di pengadilan kerajaan yang mempersembahkan contoh kertas pada Kaisar Ho Ti pada tahun 105 M. Catatan penemuan Ts’ai Lun ini tercatat dalam penulisan sejarah resmi dinasti Han. Nama Ts’ai Lun sebagai penemu kertas telah tersohor di seluruh Cina.

Ts’ai Lun membuat kertas dari bahan dasar bambu. Pertama potongan bambu dicuci dan dicelup ke dalam bak air. Selanjutnya batang bambu tersebut dilumat dan dibuat lembaran kertas. Kemudian lembaran kertas dipres dan dikeringkan.

Pada abad ke-2 penggunaan kertas meluas di seluruh Cina, dan dalam beberapa abad saja Cina sanggup mengekspor kertas ke negara-negara asia. Selama ratusan tahun rahasia teknik pembuatan kertas tersimpan rapi di Cina hingga pada abad ke-8 M orang-orang Arab berhasil mendapatkan teknologi membuat kertas -- konon dari ahli pembuat kertas Cina yang tertawan. Akibatnya dalam tempo singkat kertas telah dibuat di dua kota pusat peradaban dunia waktu itu, yaitu Baghdad dan Samarkand, kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Baru pada abad ke-12 orang-orang Eropa belajar membuat kertas dari orang-orang Arab. Belakangan orang Eropa berhasil mendayagunakan kertas untuk mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lewat penemuan Johann Gutenberg yang memodifikasi mesin cetak temuan Cina -- sehingga dapat memperbanyak materi tulisan dengan cepat dan tepat. Akibatnya buku-buku dapat dicetak dengan jumlah banyak dan murah sehingga ilmu pengetahuan dapat tersebar luas di kalangan rakyat. Konon hal itulah yang membuat Eropa bergerak maju lebih cepat daripada benua lain sejak mesin cetak ditemukan.

^_^

Beberapa tahun yang lalu kita masih banyak melihat kartu lebaran yang dipajang secara besar-besaran setiap menjelang Idul Fitri. Kini fungsi kartu ucapan telah mulai tergerogoti oleh media elektronik, seperti e-mail dan SMS. Walaupun demikian kertas masih memegang peran vital dalam peradaban manusia saat ini. Buku cetak masih lebih dominan dibanding e-book. Demikian juga dokumen-dokumen cetak masih lebih banyak digunakan di perusahaan, sekolah maupun kantor-kantor dibanding media elektronik.

Resep Membuat Saribuah
Akhirnya iseng niy! Membuat sari buah ternyata mudah banget....heuheuheu!. Di hari lebaran ini saat mudik ke rumah nenek, mungkin anda mendapati kelebihan persediaan buah-buahan akibat semua sanak keluarga yang datang membawa berbagai jenis buah-buahan sehingga terancam membusuk? Atau pohon buah-buahan di belakang rumah nenek sudah saatnya dipetik sehingga persediaan buah-buahan melimpah ruah? Jangan khawatir, Anda dapat memanfaatkan resep membuat sari buah berikut untuk membuat suasana kumpul-kumpul dengan keluarga terasa istimewa berkat racikan saribuah bikinan anda sendiri.


Saribuah pisang
Bahan :
Pisang yang matang penuh (10 liter saribuah membutuhkan sekitar 5 kg pisang segar); gula pasir 150 g/liter sari buah; dan asam sitrat 2 g/ liter saribuah.

Cara pembuatan:
Pilihlah pisang yang manis tanpa rasa sepet, boleh saja menggunakan pisang yang berukuran kecil. Selanjutnya pisang dikupas, rendam dalam larutan asam sitrat 5% selama 15 menit. Kemudian kukus pisang selama 7 menit. Hancurkan hasil kukusan dengan blender sambil ditambah sedikit air matang. Tambahkan setiap 1 liter bubur dengan 3 liter air. Sari buah disaring menggunakan kain saring. Tambahkan gula sebanyak 150 g dan asam sitrat 2 g untuk setiap liternya. Campuran diaduk sampai larut kemudian dimasukkan botol yang steril (rebus dulu botol yang akan digunakan), tutup rapat dan direbus selama 30 menit.

Saribuah sirsak
Bahan:
buah sirsak matang penuh (untuk 10 liter saribuah dibutuhkan sekitar 5 kg sirsak); gula pasir 150 g/ liter saribuah dan 2 g asam sitrat / liter saribuah (bisa dibeli di warung atau toko bahan kue).

Cara pembuatan:
Cuci buah dengan air bersih, kupas, buang bijinya dan daging buah dihancurkan dengan blender. Tambahkan setiap 1 liter bubur buah dengan 5 liter air matang. Aduk campuran bubur buah-air matang hingga homogen, kemudian saring dengan kain saring atau saringan plastik. Setiap 1 liter saribuah ditambah 150 g gula pasir dan 2 g asam sitrat (untuk jenis sirsak ratu butuh asam sitrat lebih banyak karena rasanya manis tidak asam). Aduk hingga rata dan saribuah masukkan ke dalam botol, kemudian direbus selama 30 menit.

Saribuah mangga
Bahan:
Untuk 10 liter saribuah dibutuhkan sekitar 12-15 kg buah mangga matang; gula pasir 150 g/ liter sari buah dan asam sitrat 2 g/ liter saribuah.

Cara Pembuatan:
Cuci mangga dengan air bersih, kupas dan ambil daging buahnya. Blender hingga halus. Tambahkan 5 liter air matang untuk setiap 1 liter bubur mangga. Aduk campuran hingga homogen kemudian saring menggunakan kain saring. Tambahkan gula pasir 150 g dan asam sitrat 2 g untuk setiap 1 liter saribuah, dan aduk hingga homogen. Masukkan dalam botol bersih, tutup rapat dan rebus dalam panci rebus selama 30 menit (UNDIL).

Bacaan:
Michael H. Hart, 1984, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Pustaka Jaya, Jakarta.

Suyanti Satuhu, 1994, Penanganan dan Pengolahan Buah, Penebar Swadaya, Jakarta.


1 comment:

  1. kalo mau obat dengan alami kunjungi saja http://solusiherbal.blogspot.com/ disitu ada tanaman yang dapat dibuat sirup yang berkhasiat obat

    ReplyDelete