Puasa sebentar lagi usai
dan pamit undur diri.
Lalu apakah kita kembali fitri
atau menjadi manusia yang menyesali
hari-hari puasa yang berlalu tanpa arti
tanpa usaha peningkatan diri
dan tanpa pendekatan pada Ilahi?
Pada diri kita sendiri
jawaban itu bisa dicari
dan ditindaklanjuti
dengan perbaikan diri
sebelum ramadhan pergi
Malam waktu instropeksi diri
menimbang diri
apa yang kita cari?
apa yang telah kita beri?
apa yang harus kita kurangi?
apa yang harus kita perbaiki?
apa yang selama ini kita cueki?
apa yang harus kita peduli?
Ramadhan bulan menghisab diri
agar saat ramadhan pergi
kita menjadi manusia sejati
Setelah puasa
semoga kita sadar bahwa
sia-sia saja
mencari kebenaran
diluar jalan agama
Karena hanya Allah
yang menjamin kepastian kebenaran
Karena akal pikiran manusia
hanya janjikan kebenaran nisbi
yang mungkin benar tapi
mungkin saja salah.
Karena tanpa kepastian
manusia akan habiskan
umur pendeknya hanya untuk mencari-cari,
tanpa pernah bertemu kebenaran sejati.
Hanya agama yang memberi jalan
yang lapang dan lurus pada manusia
untuk meraih kebenaran,
dan bila manusia teguh beriman
kebahagiaan akan malu bila
tak menjadi teman setianya
Puasa melatih diri
untuk tidak meletakkan bahagia
pada pencapaian materi.
Karena bahagia bergantung materi
adalah semu dan sumber kecewanya hati
Karena begitu manusia mencapainya
akan segera disadarinya bahwa
bahagia-nya sirna bersamaan diraihnya
benda-benda yang didambakannya.
Karena rahasia bahagia sejati
hanya ada pada agama yang lurus
dan iman yang kuat dipegang
dan bakti pada Allah yang tiada bandingan
Alangkah ruginya
manusia yang menolak kitab suci
dan mencari-cari kebenaran sejati
dengan mengandalkan ideologi-ideologi
buatan makhluk bumi walaupun berilmu tinggi
dan dari bangsa adidaya di muka bumi
ilmunya tak akan menandingi firman Ilahi.
Karena dia selamanya dalam keresahan
Karena hanya ajaran dalam Al Quran
dan bukan pemikiran makhluk ciptaan Tuhan
yang bisa memberi petunjuk kebenaran.
0 komentar:
Post a Comment