Apaan yang Bau? Kita adalah Orang-orang Sekeliling Kita.

Simak cerita menarik tentang bagaimana lingkungan mengubah kita berikut ini.

Dalam sebuah perjalanan piknik, bis wisata yang kita naiki berhenti di sebuah rumah makan untuk beristirahat. Kita yang telah setengah jam menahan keinginan ke kamar kecil langsung turun dari bis dan bergegas mencari kamar kecil. Tak berapa lama kemudian kita berhasil menemukan sebuah WC umum.


Tapi tunggu dulu!

Saat kita mau masuk ke dalam WC tercium bau pesing menyengat hidung. Kemudian saat kita buka pintunya

Jreeeeengggg...

Tampaklah sebuah pemandangan yang memilukan. Tembok WC yang kusam di sana sini rimbun oleh sarang laba-laba raksasa. Lantai WC dihiasi pulau-pulau lumut hijau plus ceceran tisue yang telah berwarna kecoklatan. Penampakan bak air juga sepertinya sudah setahun tidak dijamah tangan para pembersih WC.

Namun apadaya, keinginan buang air sudah tidak dapat ditahan lagi. Bila ditahan beberapa menit saja bisa-bisa terjadi kejadian gawat dan alamat kita dapat malu besar. Maka dengan sikap gagah perkasa sambil menutup hidung dan menahan rasa mual ingin muntah – kita masuk ke dalam WC. Kemudian dengan susah payah kita berhasil mengunci pintu WC.

Lima menit kemudian semuanya telah selesai. Hmmm tapi ada yang aneh. Bau menyengat sudah tidak terasa menyengat lagi. Emang siy, masih terasa sedikit bau pesing tapi sudah tidak mengganggu lagi. Aneh, kan?.

Saat kita putar anak kunci untuk membuka pintu, Klek! Terdengar suara kunci patah! Whoa! Anak kunci WC patah! Kita tidak dapat keluar! Panik dan mulai menggedor-gedor pintu. Malangnya petugas WC sedang pergi ke tetangga sebelah dan teman-teman kita memilih makan terlebih dahulu sebelum ke WC. Sementara HP kita tertinggal dalam bus. Jadilah baru satu jam kemudian kita berhasil keluar dari WC dengan bantuan petugas WC.

Saat pintu WC berhasil dibuka tampak serentak teman-teman kita menutup hidung.

“Huh! bau banget”

“Iyah! Pesing banget!”

“Hoeeek! alamak gak kuat de!”

“Kasihan banget de lu, terkurung di WC bau!”

Sementara kita malahan kaget!

“Hah! Bau? Bau apaan siy?”

Satu jam berada di WC superbau telah membuat kita berhasil menyesuaikan diri dengan bau yang menusuk hidung. Bau pesing sudah tidak terasa lagi. Segala macam keburukan dan kekumuhan WC seolah telah menyatu dengan diri kita. Kita tak ada lagi bedanya dengan segala bau itu dan tidak bisa lagi merasakannya.

^_^

Cerita adaptasi WC diatas dipergunakan oleh Andrew Matthews dalam bukunya Happiness Now sebagai contoh bagaimana sesuatu yang mengelilingi kita akan mempengaruhi kita.

Bila kita dikelilingi para pemalas, maka lambat laun kita mudah terseret menjadi pemalas dan tidak menyadari bahwa kita telah berubah menjadi pemalas. Demikian juga bila kita dikelilingi tukang mengeluh, tanpa kita sadari kita bisa menjadi tukang mengeluh juga.

Itulah sebabnya bila kita terpaksa hidup dengan orang-orang negatif dalam keluarga atau lingkungan kerja, Andrew Matthews menganjurkan kita untuk menambah teman-teman baru yang positif agar kita tidak terpengaruh. Bila kita dikelilingi orang-orang yang negatif dan menderita, kita perlu mencari tambahan teman-teman yang cerah dan bahagia. Itu adalah salah satu cara untuk memelihara sifat positif dan kebahagiaan dalam diri kita (undil-mei 2008).

referensi:
Andrew Matthews, 2007, Happiness Now (Bahagia Sekarang, diterjemahkan oleh Lyndon Saputra, Alvin Saputra), Karisma Publishing Group, Jakarta.






3 comments:

  1. Tulisan yang menginspirasi :)
    setuju mas, lingkungan memberikan banyak pengaruh terhadap diri kita seperti analogi tukang parfum dan tukang besi, jika kita memiliki teman tukang parfum secara tidak langsung kita akan terkena minyak wangi yang menjadikan kita wangi, tapi kalau kita memiliki teman tukang besi maka bau besi yang dibakar akan menempel dalam diri kita..bahkan ada istilah juga teman-teman kita mencerminkan diri kita, karena cenderung kita akan memiliki "frekuensi" yang sama dengan teman/lingkungan yang kita pilih

    Nice articles, Bro

    ReplyDelete
  2. Yap bener seratus mas nug. Kita sulit menghindar dari pengaruh frekuensi di sekeliling kita.

    ReplyDelete
  3. I think thats true! so we must go to a new world!

    ReplyDelete