Satu sesi makan di kantin, Shinichi Kudo duduk dengan seorang Kudaku yang lalu ngobrol ke sana kemari sampai akhirnya si Hitoichi Kudaku berkata:
“Wah, layanannya lambat. Tempatnya kurang bersih. Harusnya mereka belajar lebih profesional untuk melayani pelanggan”
Shinichi tersenyum dan mengiyakan dalam hati. Dia juga merasakan hal yang sama dengan Kudaku.
Kali lain Shinichi bertemu dengan Kudaku di tempat yang sama. Kali ini mereka kembali ngobrol kesana kemari sebelum si Kudaku tiba-tiba nyeletuk:
“Wah, sayurnya agak kurang bumbu nih. Harusnya mereka mencicipi sebelum menghidangkan pada kita. Masak siy, dah dibayar mahal-mahal rasa sayurnya kaya gini. Seragam pelayan harusnya putih bukan hitam, biar kondisi pakaian mereka selalu bersih”
Shinichi tersenyum mendengar kata-kata Kudaku. Tetapi kali ini dia tidak berminat menganalisa tentang juru masak yang membuat sayur kurang asin atau kurang bumbu atau pakaian seragam yang mereka kenakan. Shinichi jauh dari keinginan menilai kualitas kantin. Dia lebih tertarik untuk melihat lebih cermat ke dalam karakter Kudaku.
Kali ketiga Shinichi bertemu Kudaku di kantin, Kudaku mengkritisi tentang piring ceper yang dipergunakan oleh kantin. Menurutnya kantin seharusnya mempergunakan piring yang lebih cembung sehingga kuah sayur dapat tertampung di dalam piring.
Menurut Kudaku, kantin juga seharusnya menyediakan orang untuk mengangkat piring-piring kotor, bukannya pengunjung yang harus membawanya sendiri ke rak-rak piring kotor. Kudaku juga mengaku sebel banget mendengar bunyi-bunyian gaduh dari mesin produksi yang berada di belakang kantin. Menurut dia seharusnya mesin-mesin itu dimatikan selama jam makan.
Kini sungguh sulit bagi Shinichi untuk tidak menganggap Kudaku tukang protes. Sungguh sulit untuk tidak menganggap Kudaku suka mencela segala sesuatu. Secara dirinya merasakan hal yang sama dan tidak protes. Mengapa si Kudaku protes?
^_^
Dalam banyak kasus, orang lain menilai Shinichi dari berulangnya sebuah perilaku. Jika orang sering mendengar Shinichi protes lisan ataupun tulisan, maka dia dengan terbatasnya informasi yang dimiliki bisa jadi akan menarik kesimpulan bahwa Shinichi adalah tukang protes.
“Wah, layanannya lambat. Tempatnya kurang bersih. Harusnya mereka belajar lebih profesional untuk melayani pelanggan”
Shinichi tersenyum dan mengiyakan dalam hati. Dia juga merasakan hal yang sama dengan Kudaku.
Kali lain Shinichi bertemu dengan Kudaku di tempat yang sama. Kali ini mereka kembali ngobrol kesana kemari sebelum si Kudaku tiba-tiba nyeletuk:
“Wah, sayurnya agak kurang bumbu nih. Harusnya mereka mencicipi sebelum menghidangkan pada kita. Masak siy, dah dibayar mahal-mahal rasa sayurnya kaya gini. Seragam pelayan harusnya putih bukan hitam, biar kondisi pakaian mereka selalu bersih”
Shinichi tersenyum mendengar kata-kata Kudaku. Tetapi kali ini dia tidak berminat menganalisa tentang juru masak yang membuat sayur kurang asin atau kurang bumbu atau pakaian seragam yang mereka kenakan. Shinichi jauh dari keinginan menilai kualitas kantin. Dia lebih tertarik untuk melihat lebih cermat ke dalam karakter Kudaku.
Kali ketiga Shinichi bertemu Kudaku di kantin, Kudaku mengkritisi tentang piring ceper yang dipergunakan oleh kantin. Menurutnya kantin seharusnya mempergunakan piring yang lebih cembung sehingga kuah sayur dapat tertampung di dalam piring.
Menurut Kudaku, kantin juga seharusnya menyediakan orang untuk mengangkat piring-piring kotor, bukannya pengunjung yang harus membawanya sendiri ke rak-rak piring kotor. Kudaku juga mengaku sebel banget mendengar bunyi-bunyian gaduh dari mesin produksi yang berada di belakang kantin. Menurut dia seharusnya mesin-mesin itu dimatikan selama jam makan.
Kini sungguh sulit bagi Shinichi untuk tidak menganggap Kudaku tukang protes. Sungguh sulit untuk tidak menganggap Kudaku suka mencela segala sesuatu. Secara dirinya merasakan hal yang sama dan tidak protes. Mengapa si Kudaku protes?
^_^
Dalam banyak kasus, orang lain menilai Shinichi dari berulangnya sebuah perilaku. Jika orang sering mendengar Shinichi protes lisan ataupun tulisan, maka dia dengan terbatasnya informasi yang dimiliki bisa jadi akan menarik kesimpulan bahwa Shinichi adalah tukang protes.
Bila Shinichi beberapa kali terlambat dalam janji ketemu dengan orang yang sama, Shinichi harus bersiap-siap di golongkan sebagai manusia jam karet. Juga bila Shinichi berkali-kali tidak dapat mengerjakan sebuah tugas bersama dan membiarkan partnernya mengerjakan tugas itu sendirian, Shinichi harus bersiap dianggap kurang profesional.
Karenanya Shinichi sadar bahwa perilaku Shinichi yang berulang pada seseorang adalah bahan untuk menilai diri Shinichi. Dua kali terjadi -- bisa berarti mereka mulai menarik kesimpulan tentang dirinya. Dan Shinichi merasa perlu berhati-hati dengan hal tersebut, terkecuali Shinichi tidak keberatan mendapat sebuah predikat tertentu, misalnya predikat “baik hati dan tidak sombong” akibat berulang kali sehabis pulang kampung memberi oleh-oleh pada teman-temannya hehehe! (undil – 22 feb 09).
0 komentar:
Post a Comment